Bab 1

3.9K 296 18
                                    

Semua anak panti dihimbau untuk berkumpul di aula sebelum makan siang. Suster kepala mengatakan bahwa donatur utama panti mereka akan datang bersama anak lelakinya. Jaejoong mendengus, "Tidak penting."

Tapi mau tidak mau anak laki-laki yang baru beranjak remaja itu tetap menyeret kakinya menuju aula. Disampingnya, Yu Jin berjalan dengan riang. Ia bahkan terus mengoceh tanpa henti sepanjang perjalanan menuju aula.

"Kuharap anak laki-laki Tuan Jung tampan seperti appanya. Kita tidak tahu kan, mungkin saja ia dan aku berjodoh," lalu gadis itu terkikik seperti orang gila. Membuat Hankyung di belakangnya memutar bola mata dengan malas.

"Yeah, teruskan saja khayalan mu itu," ucapnya sinis.

Satu-satunya anak perempuan di antara mereka itu tampak tidak terima, Yu Jin mengerutkan keningnya dan menoleh ke belakang dengan kesal.

"Tentu, tentu! Dan jangan menyesal jika semua itu menjadi nyata!" pekiknya.

"Perhatikan langkahmu atau kau akan jatuh terguling," suara Jaejoong menyela perdebatan mereka.

Remaja manis itu hanya mengingatkan temannya yang menapaki anak tangga dengan kepala menoleh ke belakang.

Sebagian aula sudah diisi oleh anak-anak yang lebih kecil. Yu Jin menarik tangan kedua sahabatnya menuju tiga kursi di barisan paling depan.

"Kau gila?!" Hankyung melemparkan pandangan tidak percaya.

"Kau mau Tuan donatur melihat kita tidur seperti sarden tumpuk selama dia berbicara?" tambahnya.

Yu Jin mengangkat bahunya acuh, tidak perduli. Sementara Jaejoong sudah mendudukkan dirinya pada salah satu kursi. Remaja laki-laki itu menyilang kan kakinya dengan anggun, dan jangan lupakan tangannya yang terlipat di dada. Tak bisa dipungkiri menimbulkan decak kagum dari anak-anak yang lebih muda.

"Ah, jadi dia kakak yang cantik itu. Padahal dia pria ya ...." seorang gadis berbisik pada temannya. Mendapat anggukan bersemangat sebagai tanda persetujuan yang mutlak. Jaejoong memang terlalu indah.

Suster kepala naik ke atas podium. Memberi himbauan agar seluruh anak tenang karena tuan donatur dan anak laki-lakinya telah tiba. Sesaat kemudian seluruh mata benar-benar terpusat pada satu titik, pintu aula yang terbuka.

Donatur itu tersneyum ramah seperti biasanya. Senyuman yang Jaejoong suka kaJaejoonga terlihat tulus dan hangat. Tapi kali ini, sosok tinggi yang berjalan di belakang pria paruh baya itu lebih menarik perhatiannya. Sosok itu tampak lebih tinggi darinya, dengan rambut hitam yang ditata rapi dan wajah dingin yang dhiasi senyum mati setipis benang.

"Sombong sekali," cibirnya.

"Oh my God, aku tidak percaya manusia bisa setampan itu! Bapa di surga, kuharap kami benar-benar berjodoh. Amen!" Yu Jin menyelesaikan doa singkatnya. Memberikan tatapan memuja pada pemuda tampan bermarga Jung itu.

Jaejoong menatap lurus ke arah podium. Tuan Jung sedang memberikan kata-kata sambutan yang sama membosankannya dengan ocehan Yu Jin. Doe eyes-nya bergulir, lantas membuatnya menahan napas sepersekian detik saat mendapati sepasang manik kelam pemuda tampan itu menatapnya dari atas sana.

Anggap ia gila, tapi remaja manis itu bersumpah pemuda Jung itu baru saja melemparkan seringai menyebalkan padanya.

"Sial! Apa-apaan orang gila itu!" gumamnya. Perlahan ia merapatkan tubuh pada Hankyung.

Berbisik sambil menutupi gerak bibirnya dengan tangan, "Aku bersumpah pemuda itu menyeringai kepadaku."

Hankyung tidak tampak terkejut sama sekali, ia malah balas berbisik, "Aku berjanji akan berdoa pada Tuhan agar kau dan gadis gila disampingku berhenti delusi."

Fall, Fell, Fallen [YUNJAE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang