Bab 14

1.2K 140 47
                                    

Setelah dipaksa menginap oleh Selena dan Tuan Jung, keesokan harinya Jaejoong bangun sepagi mungkin. Doe eyes pria cantik itu mengerjap, berusaha mengumpulkan kesadaran. Alarm ponselnya sudah berdering sejak dua menit yang lalu. Bising tapi tidak mampu membangunkan Yunho yang tidur seranjang dengan Jaejoong.

"Astaga!" Jaejoong baru bangun tapi tenaganya sudah harus dikerahkan untuk menggeser kepala Yunho dari lengannya yang kurus.

Pria 21 tahun itu mendesah lega setelah lengannya bebas. Lantas ia turun dari ranjang lalu berdiri di depan cermin seukuran badan yang terletak di samping lemari. Ia merapikan pakaian yang kusut setelah dipakai tidur.

"Ya Tuhan! Wajahku jelek sekali!" Keluhnya sambil memandangi cermin. Ia cemberut, menyesal karena tidak cuci muka sebelum tidur. Tanpa melepaskan pandangan dari cermin di hadapannya, Jaejoong menyisir rambut kebelakang. Helainya dengan lembut melewati sela jari Jaejoong.

"Kau sudah mau pergi?"

Suara lain menyela aktivitas si pria cantik. Meski agak terkejut, Jaejoong tidak menoleh untuk mencari tahu dari mana asalnya.

"Tentu, aku harus berkerja."

"Melacur lagi?"

Ranjang dibelakang Jaejoong berderit ketika Yunho turun. Pria itu melepas kemeja yang ia gunakan sejak semalam, merasa gerah tanpa alasan. Tubuhnya yang bagus bersinar diterpa cahaya matahari yang masuk dari sela jendela. Tampak semakin menarik karena warna kecokelatan serta otot di tempat yang tepat.

Diam-diam Jaejoong mengamatinya dari cermin. Sayangnya, ekspresi wajah Jaejoong yang penasaran ikut memantul disana. Membuat Yunho menyeringai ketika menyadari pria cantik itu sedang mengagumi tubuhnya.

Berniat sedikit menggoda, Yunho mulai melepas ikat pinggang yang masih ia gunakan. "Kenapa kau tidak duduk di sini dan membantuku membuka celana?" Yunho menawarkan sembari menepuk tempat di sisinya. Pria itu juga menambahkan seringai nakal di wajahnya yang tampan.

Pernyataan Yunho sontak membuat Jaejoong memerah malu. Jaejoong mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Menghentakkan kaki sambil menutup wajah dengan kedua tangan.

'Jaejoong bodoh! Bisa-bisanya bertingkah memalukan!'

"Dalam mimpimu! Jangan salah paham hanya karena kita tidur bersama! Selena memaksaku menemanimu karena kau terus memelukku! 'Jaejoong sayang'? Sepanjang malam kau mengatakannya. Cih! Panggilan menjijikan macam apa itu?" Jaejoong bergidik ngeri saat mengingat kejadian semalam. Matanya memicing penuh waspada pada sang pemilik kamar. 

Yunho tidak membantah. Ia tidak punya alasan untuk menyanggah karena memang dirinya mabuk hingga semua yang Jaejoong katakan itu bisa saja terjadi. Ia hanya tidak menyangka kalau akan sebegini memalukan.

"Kenapa? Kau pasti sudah biasa mendengar kalimat seperti itu, hmm. Apa pria-pria yang menyewa mu tidak pernah memanggil seperti itu?"

'Benar, mobil itu.' Batinnya, mengingat mobil asing yang akhir-akhir ini selalu ada di dekatnya.

"Sudah ku tebak kalau kau memata-mataiku. Sudahlah, Yunho. Kita sudah berakhir di masa lalu." Balas Jaejoong, setengah mati mengendalikan suaranya agar terdengar stabil. Dalam hati kecilnya, Jaejoong sadar dirinya kini merasa takut. Ia tidak tahu sejauh mana Yunho telah memata-matainya.

Ujung bibir hati Yunho terangkat, tapi pria itu tidak menjawab. Alih-alih mempermasalahkan itu, Yunho justru tertarik melakukan hal lain.

"Melacurlah padaku, Jae. Akan ku ganti tubuhmu dengan hal yang besar. Aku janji."

"Aku tidak butuh uangmu!" Jaejoong nyaris memekik. Suaranya meninggi tapi masih dalam kontrol.

"Kau tidak, tapi temanmu iya. Menurutmu apa yang akan terjadi kalau Hankyung gagal mendapat kontrak dari perusahaan Jung?"

Fall, Fell, Fallen [YUNJAE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang