Bab 10

1K 134 19
                                    

Baca pelan-pelan ya~

-----------

"Kenapa lama sekali?"

"Kau tidak melihat senja kan?" Suara tipis khas wanita baru dewasa menyambutnya setelah pintu rumah dibuka. Jaejoong sadar sekali akan raut mengejek gadis menyebalkan itu jadi ia membalas dengan sengit.

"Memangnya aku anak sok indie," dengusnya. Melempar tas merah bermotif dua kelopak daun ke atas kursi.

Rumah kecil itu dihuni oleh tiga orang. Siapa lagi kalau bukan Jaejoong dan dua sahabat masa kecilnya, Hankyung dan Yu Jin. Ketiganya sudah sama-sama dewasa, serta memiliki jalannya sendiri. Meski begitu, Jaejoong mencoba untuk terbuka sepenuhnya pada mereka.

Sengaja membiarkan mereka tahu segalanya dan berkata bahwa ia tidak marah meski mereka pergi meninggalkannya. Bahkan jika mereka pergi sambil menghina sekalipun, Jaejoong tidak masalah.

Kasih sayangnya tidak bisa dipatahkan dengan perbuatan jahat. Perlu kematian untuk bisa mematahkan kasih sayang tersebut. Bahkan jika mati sekalipun, ia akan tetap memohon agar mereka menjadi temannya di surga kelak.

Nyatanya, tidak satu pun dari mereka yang meninggalkan satu sama lain. Saat itu Yu Jin si gadis berambut pendek oranye bilang, "Sudah sayang sampai begini mana mungkin pergi."

Hankyung tidak menimpali apapun, alih-alih sibuk melempari mereka dengan kerikil sambil cekikikan. Pria itu memang kelewat gila. Katanya dia akan jadi seniman tatto, tapi hasil lukisannya yang terakhir itu cuma cicak yang diberi aksen batik. Fuck!

Beruntungnya Yu Jin sudah menyiapkan makan malam. Semangkuk besar nasi, asinan tumis dan ayam goreng tepung siap memanjakan perut-perut yang lapar. Menu yang terakhir sengaja mereka perbanyak untuk dikudap sembari menonton film sebentar lagi.

"Kau belum jawab pertanyaan kami, omong-omong," satu-satunya perempuan disana menagih cerita, matanya menyipit ke arah Jaejoong seakan memaksanya bicara.

Yang ditanya sedang menyamankan posisinya, tiduran di sofa dengan paha tebal Hankyung sebagai bantalnya. Ia duduk sebentar, meneguk soda lalu kembali tiduran.

"Aku bertemu pasangan lansia disana jadi kami mengobrol sedikit."

"Hmm...."

"Lihat kan! Kalian itu tidak benar-benar ingin tahu jadi berhenti menanyakan hal tidak penting!"

"Kami khawatir kau bunuh diri di sana, tahu!" Yu Jin membela diri. Melempar kode pada Hankyung untuk membantunya.

Alis si mungil menukik tajam dan hidungnya mengerut. 100% tidak terima. "Apa maksudmu, huh?"

"Kau sendiri yang bilang kalau jumlah air disana sudah seperti jumlah kenangan mu. Makanya kami khawatir kau akan nostalgia sambil tenggelam," Hankyung akhirnya menimpali. Entah bagaimana wajahnya masih terlihat keren meski perkataannya bodoh sekali. Tuhan memang terkadang tidak adil.

"Ugh! Aku tidak sebodoh itu!"

Tidak ada lagi yang menyahut ketika ayam goreng disajikan di tengah meja makan. Mana mungkin mereka sanggup mengabaikan menu selezat itu hanya untuk pembicaraan tentang masa lalu. Lagipula, mereka punya film horror menarik yang menanti seusai makan malam.

"Brengsek! Kenapa hantu itu menakutkan sekali?!" Yu Jin mengumpat, mendapatkan tatapan menakutkan dari Jaejoong setelahnya.

"Darimana kau belajar kata-kata itu?"

Yu Jin mengulum bibir, menggoda Jaejoong dengan gesture menyebalkan."Oops, aku tidak sengaja."

"By the way, kita punya undangan untuk besok malam, nona-nona."

Fall, Fell, Fallen [YUNJAE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang