Syarat baca: Tolong dibaca pelan-pelan dan menyeluruh. Plis jangan skip-skip karena setiap bagian mendukung alur cerita ^^
____________
Dibuai ketenangan yang jarang bisa diperoleh, Jaejoong tidak sadar bahwa Bogum sudah bergabung di sisinya saat ini. Pria itu baru saja selesai ibadah, aroma mint yang biasa menguar dari tubuhnya kini tercampur dengan asap dupa yang menempel di fabrik kemeja.
"Maaf karena tadi aku memaksa mu," ucapnya. Merasa bersalah atas sesuatu yang menurut Jaejoong biasa saja.
"Tidak apa-apa. Aku tidak merasa dipaksa. Aku yang minta maaf karena menolak mu."
Jawaban Jaejoong disambut hembusan angin yang menerbangkan anak rambut. Riuh bersaut obrolan pengunjung lain yang tidak Jaejoong kenal. Asing, tapi tetap terasa nyaman.
Berniat merubah posisi duduk agar lebih nyaman, Jaejoong meletakkan tangannya di samping paha, tanpa sengaja menyentuh jari panjang Bogum. Keadaan menjadi agak canggung bagi keduanya saat kedua pasang mata bertemu malu-malu.
Bogum berdeham, menenggelamkan rasa canggung dibalik dehaman pura-pura. Sementara Jaejoong melempar pandang ke segerombolan remaja yang baru tiba di sana. Ia malu tapi suka.
"Kau berdoa apa saja tadi? "
"Seperti biasa. Kesehatan, kebahagiaan, dan untuk dirimu juga."
Jaejoong agak terkejut, matanya membulat penuh semangat. Sambil tersenyum lebar ia bertanya, memastikan. "Untuk aku juga?"
"Ya, untuk kita berdua."
"Doa apa?" Jaejoong semakin semangat, tubuhnya condong ke arah Bogum dengan tatapan penasaran.
Bogum tidak kuat, binar di sepasang manik Jaejoong memaksa jantungnya berdetak cepat tanpa persiapan. Bogum khawatir dirinya akan terserang stroke tiba-tiba.
Pria Park itu menimbang, harus mengatakan atau tidak. Ia mengeluh karena sekarang perutnya jadi mual, terlalu gugup sampai ingin muntah warna-warni. Derap kaki kuda yang beberapa pekan terakhir selalu menghantui tidur malamnya, membuat Bogum tidak tahan untuk merasakan debaran itu seorang diri.
"Berdoa agar Tuhan menyatukan kita. Aku menyukaimu Kim Jaejoong. Suka lebih dari yang bisa ku katakan."
Kuda yang selama ini Bogum kurung dalam sangkar di hatinya telah lepas. Pindah berlari kencang pada hati pria disebelahnya.
Jaejoong mengerjap. Sungguh tidak menyangka bahwa mereka punya perasaan yang sama. Yang berdebar untuk satu sama lain. Ah, tidak. Membuat orang lain jatuh ke dalam pelukannya bukanlah hal yang sulit. Jaejoong hanya tidak menyangka akan secepat ini.
Jaejoong yang mematung tanpa reaksi membuat Bogum jadi salah tingkah. Ia mengulum bibir bawahnya sendiri, "Aku pasti membuatmu tidak nyaman. Maafkan aku, Jae. Kau bisa lupakan saja hal yang tadi."
"Apa.. kau serius mengatakannya?"
"Mengatakan apa?"'
"Kalau kau menyukaiku."
"Y-ya."
Sesuatu yang lama beku setelah trauma lima tahun lalu kembali hangat. Membuat Jaejoong kembali merasakan arti "diinginkan". Jaejoong tidak mengelak kalau ia senang. hanya saja, ia perlu menjadi realistis seperti yang selama ini ia lakukan.
Jaejoong telah membangun tembok, dan tidak ada seorang pun yang boleh menghancurkannya atau Jaejoong akan benar-benar lebur.
"Tapi, kau belum sepenuhnya mengenalku, Bogum. Ada banyak hal tentangku yang mungkin tidak akan kau sukai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall, Fell, Fallen [YUNJAE]
FanfictionJaejoong memulai kehidupan dengan rasa sakit. Seorang anak terbuang yang tumbuh besar di panti asuhan. Ia menemukan cinta, bahagia, lalu jatuh untuk yang kesekian kali. Kemudian ia tumbuh sebagai orang dewasa dengan "penyimpangan seksual". Menjajaka...