Jika mencintai dalam diam sudah menjadi pilihan, patah hati sendirian mungkin sering menjadi teman.********
Aroma bluberry menghiasi seisi ruangan kamar gadis yang baru saja selesai bersiap untuk berangkat ke sekolah. Setelah itu ia langsung turun ke meja makan untuk sarapan.
Pukul 06.25 ia masih setia menunggu di sofa setelah melaksanakan sarapan bersama keluarganya. Ia hanya menunggu 1 notifikasi yang bisa membuat dunia nya berubah 180°
Ketika sedang memandangi teras dari dalam rumahnya,
Messege from Defa ketos
Defa:Gue udah di depan gerbang rumah lo
Seutas senyuman terukir jelas pada raut wajah Fara yang sangat gembira. Sebisa mungkin ia mengatur deru nafasnya untuk tetap stabil, setelah itu Fara menarik nafas agar tidak terlihat gugup.
"Ehh sory lama,soalnya tadi gue abi.." ucapannya langsung dipotong oleh pria datar di hadapannya." Gue ga nanya, yaudah nih pakai. Gue sengaja bawain lo helm karna gue tau lo ga punya helm" seperti tertimbun tumpukan bunga, senyuman terukir jelas di wajah Fara. Kenapa Defa bisa tau kalau dia tidak punya helm? Apakah Defa mencari tau atau Defa hanya berfikir logis secara Fara memang terbilang jarang untuk keluar rumah.
Disepanjang perjalanan, tidak ada obrolan menarik yang mencairkan suasana untuk melerai kemacetan kota Jakarta. Hening, kondisi yang menggambarkan dua insan yang sedang menuju ke sekolah.
Di sebuah lapangan luas, biasanya, berjajar sepeda motor dan mobil milik warga SMA Nusa Harapan, lapangan ini lebih akrab disebut parkiran. Ketika sampai di parkiran, Fara segera turun dari motor milik Defa. Keadaan sekolah masih sangat sepi, bisa dilihat hanya ada mang igo yang sedang membersihkan pekarangan sekolah. Udara masih terlalu dingin untuk mereka sampai ke sekolah.
Dari arah kejauhan, Fara melihat ada 3 orang wanita yang tengah berjalan kearah mereka berdua. Fara menangkap dengan jelas bahwa tiga orang wanita itu adalah geng Diana. Melihat hal itu, Fara segera meninggalkan Defa tanpa melepaskan helm yang masih bertengger manis di kepala gadis itu.
Di sisi lain, Defa heran kenapa Fara langsung meninggalkannya tanpa mengucapkan kata basa basi seperti kata yang paling sederhana yaitu "Terimakasih". Sebenarnya Defa bukan orang yang suka menjadikan suatu hal sebagai masalah. Tapi, setidaknya helm yang dipakai Fara bisa dilepas ketika ia turun.
"Defaa!!" Seperti suara perempuan yang sedang sedikit berteriak. Defa pikir itu Fara yang ingin mengembalikan helmnya. Ternyata tidak. Suara itu adalah suara Diana bersama teman temannya.
"Good morning my honey Defa" suara yang dibuat semanja mungkin, tak lupa Diana juga menggantungkan kedua tangannya ke arah dasi Defa yang terlihat sedikit rusak.
Fara semulanya berniat untuk mengembalikan helm milik Defa harus mengurungkan niatnya ketika ia melihat Defa dan Diana. Fara kemudian membalikkan badannya dan berjalan kembali menuju aula.
****************
Defa membuyarkan lamunan seorang gadis yang sedang mengaduk aduk bubur ayam dengan tatapan yang kosong."Woi!"
"Eh kaget, apaan sih lo" ucap Fara sinis.
"Gue tau helm gue mahal, tapi ga segitunya juga kali lo harus bawa helm gue kemana mana. Kan kesannya lo kayak orang yang ga pernah pakai helm mahal." lelaki itu memasang raut wajah meledek.
"Asal nuduh banget si lo. Tadi gue mau balikin helm lo, tapi gue urungin karna gue liat orang yang lagi pacaran. Karna gue manusia yang baik hati gue ga mau ganggu orang yang lagi pacaran."
Defa menatap sinis ke arah Fara. "Udah seribu kali gue bilang kalau gue ga pacaran sama Diana. Lo budeg apa gimana sih."
"Ga pacaran tapi pegangan tangan, rapiin dasi, temenan apaan yang kek gitu" ucapnya lalu Fara pergi meninggalkan Defa.
Ada sedikit perasaan sedih dihati Fara. Secepat mungkin ia menepisnya jauh jauh. Kenapa gue sedih? Kan gue bukan siapa siapanya Defa. Tapi munafik kalau gue bilang diri gue baik baik aja ngeliat kejadian kayak tadi. Tapi, bukankah gue yang ambil keputusan untuk mencintai dalam diam? Berarti gue juga harus siap untuk terluka sendirian. Fara membatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEFARA
Teen FictionTentang seorang perempuan yang lebih memilih mencintai dalam diam, menyukai lelaki yang tidak lagi percaya akan cinta karna trauma di masa lalu. -------------- Sama seperti lo jatuh dari sepeda. Lo ga pernah kan ngerencanain buat jatuh dari sepeda...