2 jam terakhir, biasanya pada jam jam seperti ini seluruh tenaga sudah terkuras hingga membuat banyak siswa memilih untuk tidur daripada mendengarkan pelajaran. Terlebih jika pelajaran itu adalah pelajaran matematika ataupun fisika. Tetapi akan berbanding terbalik jika 2 jam pelajaran terakhir diisi dengan pelajaran prakarya, ditambah dengan guru muda nan cantik yang mampu membuat mata siswa segar, terlebih kaum cowok fakboy.
12 IPA 1, keadaan kelas mendadak ribut ketika buk sinta mengumumkan bahwa akan ada praktik teknik pengolahan yang dilakukan secara berkelompok. Mereka sibuk memilih pasangan kelompok mereka. Biasanya jika ada kebijakan memilih teman kelompok sendiri, orang dengan kemampuan dibawah rata rata lah yang akan menjadi korban. Pasalnya mereka yang pintar akan memilih teman yang pintar juga, jadi mereka akan merasa tersingkirkan.
"Aduhh kenapa jadi ribut sih." Ucap bu sinta menenangkan.
"Woi gak bisa gitu dong, Lara sama Nita gak bisa sekelompok, gak adil tau." Revan membuka suara tidak terima kearah Nita dan Lara.
"Sudah sudah kenapa jadi pada ribut sih? Baiklah saya akan mengganti kebijakannya. Teman kelompok kalian berdasarkan urutan absen kalian." Semua orang melongo tidak percaya ke arah buk sinta.
"Yahh buk, nggak jadi deh, mending milih sendiri daripada berdasarkan absen." Salah seorang murid tak terima.
"Tidak. Keputusan saya sudah mutlak. Jadi kalian satu tim terdiri atas 2 orang, cara menentukan kelompoknya adalah misalkan nomor absen 1 dengan nomor absen 2, begitu seterusnya." Tutur buk sinta.
Semua orang sudah mencari cari pasangan kelompok mereka. Tidak berbeda dengan fara. Ia berada di urutan 10, berarti ia akan berpasangan dengan teman di nomor urut 9. Ia segera mengecek absen. Dan ya, tepat. Perkiraannya benar. Absen 9 ditempati oleh nama Defa. Itu berarti ia akan menjadi satu tim dengan Defa. Setelah melihat absen tersebut, mereka saling menatap canggung.
"Kita satu tim." Ucap cowok itu dibalas anggukan oleh Fara.
"Oke dengarkan saya, cara kerja pratikum pengolahan ini adalah kalian harus membuat laporan rincian harga alat dan bahan yang kalian butuhkan, setelah itu foto kegiatan kalian ketika memasak dan laporan paling lambat saya terima ketika pertemuan pelajaran prakarya minggu depan. Semuanya paham?" Ucap buk sinta dibalas anggukan oleh seluru siswa. Tidak terasa jam pelajaran pada hari itu telah habis. Seluruh siswa bergegas untuk pulang.
------------------------------
Cowok itu menghampiri Fara yang duduk di depan kelas 12 IPA 3, sepertinya Fara sedang menunggu teman temannya.
"Kapan kita bakal kerja kelompok?" Fara terkejut mendapati cowok itu sudah duduk di sebelahnya.
"Huh, hampir jantungan." Ucapnya dalam hati.
"Ya, terserah lo sih,kapan lo bisa aja. Kalau gue mah always bisa karna gue gak punya kesibukan." Kata Fara dibalas anggukan oleh Defa.
"Yaudah hari ini aja."
"Hah? Lo yakin? Sekarang udah jam 3 sore."
"Ya, yakinlah. Katanya lo always bisa."
"Maksud gue, kita nanti selesainya pasti malem."
"Ya trus?" Fara akhirnya menyetujui usulan Defa karna ia berfikir, kerja kelompok ini akan dilakukan di rumahnya. Jadi ia tidak perlu repot repot meminta adik atau papanya untuk menjemput.
"Oke. Lo mau langsung ke rumah gue atau ganti baju dulu?" Kini Fara balik bertanya.
"Langsung aja kali ya? Soalnya kita mau beli bahan bahan dulu kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEFARA
Teen FictionTentang seorang perempuan yang lebih memilih mencintai dalam diam, menyukai lelaki yang tidak lagi percaya akan cinta karna trauma di masa lalu. -------------- Sama seperti lo jatuh dari sepeda. Lo ga pernah kan ngerencanain buat jatuh dari sepeda...