"Lah lah kok, itu buat apaan def?" Gadis itu bertanya. Pasalnya lelaki dihadapannya itu mengambil barang tetapi bukan untuk membuat pratikum.
"Ya untuk makan lah. Gitu doang pakai nanya." Jawabnya enteng.
"Beli yang penting penting aja defa, kita itu mau pratikum, bukan acara syukuran. Mana makanannya lebih banyak dari pada bahan untuk pratikum." Ocehnya sambil memilih milih keju. Kebiasaan perempuan. Jika berbelanja pasti selalu mengambil yang terletak di bagian belakang. Padahal mau letaknya dibelakang atau didepan. Keju ya isinya tetap keju.
"Lo kok ribet. Taro gak?"
"Apaansih!? Gue lagi nyari keju yang pas."
"Fara Taro!"
"Daripada ribut mending lo bantuin gue nyari keju."
"Fara Taro." Fara mengangkat satu keju, bersiap melemparkan jika lelaki itu masih berbicara kepadanya. Setelah melihat defa, bukannya marah fara malah tertawa. Pasalnya lelaki tersebut ternyata mengangkat makanan ringan yang bermerk Taro.
"Dih apaan dah orang mau beli Taro juga. Nih masukin keranjang." Gadis itu hanya bisa menahan emosi ketika melihat tingkah konyol Defa.
Fara melihat isi keranjangnya yang dominan penuh dengan makanan ringan milik Defa daripada bahan untuk membuat pratikum mereka. Fara mengecek apakah semua bahan sudah diambilnya. Setelah mengecek dan semuanya aman, mereka menuju kasir untuk membayarnya.
"Totalnya 58.500 mbak." Ketika Fara ingin mengambil uang untuk membayar, Defa sudah mencekalnya terlebih dahulu.
"Lo apa apaan sih. Gue mau ambil uang."
"Lo mau nurunin harga diri gue?"
"Hah?"
Kemudian Defa memberikan uang seratus ribu kepada kasir tersebut.
"Ada tambahannya mas? Coklat bentuk hati, produk baru loh mas, cocok buat dikasih ke pacarnya." Tawar kasir tersebut.
"Gak mbak, gak usah. Kita gak pacaran." Elak Fara. Namun, Defa malah tersenyum menggoda kearah fara.
"Untuk sekarang gak usah mbak, besok saya balik, pasti saya beli untuk pacar saya." Ucapnya menyenggol siku Fara.
"Makasih ya mbak" ucap Fara, pipinya memerah. Ia langsung keluar meninggalkan Defa dengan senyum kemenangannya.
Ketika diparkiran Fara langsung memakai helmnya. Ia tidak bisa berhenti tersenyum.
"Lo kok langsung makai helm?" Defa memandang heran kearah Fara.
"Yaudah ayok pulang. Keburu sore." Defa masih memperhatikan Fara. Ia semakin mendekatkan wajahnya kearah Fara, sekarang, wajah Fara dan Defa hanya dibatasi oleh kaca helm. Dengan cepat Fara menjauhkan wajah Defa dari hadapannya. Defa tertawa puas. Kemudian membuka paksa kaca helm Fara.
"Lo blushing?" Pipi lo merah tuh."
"Enggak." Ia menggeleng kuat.
"Haha lucu banget sih lo. Mau aja dibego in."
"Pulang!"
"Idih ngegas."
-----------------------
"Defa!! Gulanya kebanyakan!" Pekik Fara ketika melihat Defa yang hampir memasukkan setengah kg gula.
"Yang bakal diabetes kan buk sinta,bukan gue."
"Lo jahat yah!" Kemudian Fara mengambil sendok dan mengurangi takaran gula pada adonan tersebut.
"Bi, colokan mixernya dimana yah?" Tanya Fara sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEFARA
Teen FictionTentang seorang perempuan yang lebih memilih mencintai dalam diam, menyukai lelaki yang tidak lagi percaya akan cinta karna trauma di masa lalu. -------------- Sama seperti lo jatuh dari sepeda. Lo ga pernah kan ngerencanain buat jatuh dari sepeda...