sore yang tak bersahabat

98 12 2
                                    

Benar, tak ada yang lebih indah dari cinta yang terbalas. Dan tak ada yang lebih menyakitkan ketika mencintai sendirian.

****************

Suara riuh dari tepuk tangan para warga SMA Nusa Harapan pada saat pemberian hadiah utama dooprize kepada pemenang menutup acara jalan sehat pada sore yang cerah itu. Berbagai pujian datang kepada ketua osis karena telah berhasil membuat acara yang sangat meriah. Hal ini tidak jauh didasari oleh kerjasama.

"Gilaa, mba sri dapet rezeki nomplok hari ini. Hadehhh emakk!!repan ga bisa berangkatin emak hajii"  ucapnya mendramatis sambil merobek robek kertas dooprize layaknya sedang berada di film film.

"Apa hubungannya kompor gas sama naik haji curut" sinis defa bertanya.

"Gini ya babang defa yang ganteng, kalau gue dapet kompor gas, gue bisa ngasiin kompor gas nya ke emak gue dan emak gue bakal buka usaha bubur ayam. Nah abis itu emak gue bisa berangkat haji dehh." Jawabnya enteng.

"Kebanyakan nonton sinetron lo!"

Sesaat kemudian pengeliatan Defa tertuju pada seorang gadis yang berjalan bersama teman temannya. Defa memperhatikan wajahnya yang pucat, sesekali ia memegangi kepalanya. Ada apa dengan perempuan itu? Apakah dia sakit?  Defa membatin.

Ketika ingin berdiri menghampiri perempuan tersebut, untuk memastikan keadaannya, Artha sudah mengambil langkah yang lebih cepat daripada Defa.

"Lah, woi kutil anoa lo mau kemana?" Revan berteriak kearah artha yang semakin menjauh. Tidak ada jawaban dari artha yang tengah berjalan kearah Fara.

Melihat hal itu Defa mengurungkan niat nya untuk menghampiri Fara. Ia lebih memilih pergi ke parkiran untuk mengambil motor dan segera untuk pulang.

"Lah def lo mau kemana woi? Kok gue ditinggalin sendirian sih? Ya allah punya temen gini banget dah heran gue" Revan lebih memilih menyusul Defa daripada menyusul artha.

Ketika sampai di parkiran, Defa langsung memakai helm dan berniat untuk langsung pulang. Entah kenapa kejadian tadi membuatnya panas. Padahal udara sore itu lumayan sejuk untuk mereka berada di luar. Ketika ingin melajukan motor kearah gerbang " Woiii defa! Gilaa lo ninggalin gue!" Ucapnya sambil tersengah sengah. "Gini amat dah gue punya temen. Yang satu bucin, yang satu ninggalin. Lengkap banget hidup gue"

"Hah bucin? Siapa yang bucin?" Kali ini defa mengurungkan niatnya untuk pulang.

"Tuh liat temen lo,lagi jalan sama fara" Defa mengikuti arah telunjuk Revan dan benar Artha sedang berjalan bersama fara dan teman teman nya.

Kenapa melihat hal barusan membuat Defa memanas. Seketika Defa menjalankan motornya kearah Fara dan Artha.

"Woi defff!! Ya allah ditinggal lagi guee" ucap Revan pasrah.

Defa menjalankan motornya kemudian membelah kerumunan orang yang sedang berjalan sambil menekan klakson panjang. Mendengar hal itu sekumpulan orang itu menoleh.

"Omaigatt!! Bisa santai ga sih? Telinga gue sakit nih! Jangan mentang mentang motor lo bagus lo bisa nglakson orang seenaknya." Adnas mengeluarkan kelebihannya yaitu suara yang menyerupai toa mesjid. Seketika orang yang berada di motor itu membuka kaca helm. Adnas seketika mendadak bisu.

"Kayaknya lo salah marahin orang deh nas" ucap moza berbisik.

"Bener tuh, lo liat deh tampangnya datar kayak badan lo"sambung bila polos.

"Jahat ya lo pada bilang gue datar" ucap adnas tak terima.

"Wadaww tumben ketos ngelakuin hal gaje" geni ikut berbicara.

Defa memberikan helm kepada Fara yang membuat Fara bingung setengah sadar. Kenapa orang ini memberinya helm. Artha yang menyaksikan pun ikut bingung.

"Ambil nih, tangan gue keburu pegel" ucapnya sambil memberikan helm kepada Fara.

"Ngapain sih lo" bukan Fara yang menjawab melainkan artha.

"Lo ga tau kalau dia tadi pagi berangkat sama gue?. Jadi kalau dia berangkat sama gue ya pulangnya harus sama gue lah" Ucapnya penuh kemenangan.

"Nggak ada peraturan gitu" balas artha.

"Ada, gue yang bikin." Jawabnya enteng. Fara yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa diam. Ia tidak tau harus mengikuti kata hatinya untuk menerima atau perintah otaknya untuk menolak.

"Aduh aduhhh, plis woi otot kaki gue retak semua anjirr." Ucap Revan menghampiri sekumpulan orang tersebut.

" Def, tha,  anterin gue pliss, angkot kerumah gue jam segini udah gaada. Ntar gue kasih dah ongkos buat lo pada" ucapnya dengan wajah memelas.

"Tuh lo anter Revan, Fara biar gue yang anter" Artha memberi instruksi kepada Defa. Fara yang menyaksikan hanya bisa diam, ia tidak tau harus melakukan apa.

Defa melemparkan helm kearah Revan dan menyuruhnya untuk segera naik. Kejadian ini membuat Defa panas. Dengan kecepatan diatas rata rata Defa dan Revan meninggalkan area sekolah.

"Tha, mendingan lo juga pulang, gue bisa pulang bareng teman teman gue." Fara menyuruh Artha pulang.

"Tapi muka lo pu.." belum artha melanjutkan pembicaraannya Adnas sudah memotongnya terlebih dahulu. "Lo pikir kita bakal ninggalin Fara sendirian kalau dia pingsan?"

"Yaudah gue balik" Artha berjalan menuju gerbang meninggalkan area sekolah.

"Kuylah cabut keburu malem" bila berjalan dulu.

Ada sedikit rasa bersalah karena telah menolak ajakan dari defa. Tapi setelah Fara pikir ulang, kenapa ia merasa bersalah? Fara bukan siapa siapanya defa. Ia hanyalah seorang pengagum rahasia yang mencintai tapi tak terbalaskan.



Huuhhh update gaesss!! Maaf cerita nya agak garing karena author nya emang lagi gajelas. Selamat membaca yaa para temen temen author. Jangan lupa vote dan coment karena vote dan coment kalian adalah penyemangat authorr asekkk :v

DEFARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang