Dear Diary,
Sampaikan pada Papa, bahwa sampai hari ini Jean masih selalu tersenyum meski dalam keadaan seburuk apapun.Mungkin sudah menjadi takdir. Pesan di hari-hari terakhir Papa adalah perisai bagi Jean untuk bertahan.
Hanya kamu, Papa, dan Tuhan, yang mempercayai bahwa Jean anak pandai, Jean kuat, dan juga rapuh...
Terkadang Jean memang tak dapat menahan sakit hati juga tak tahan untuk menangis. Tapi berkat Papa, Jean masih berusaha tersenyum.
Miss u Papa.
Jean menutup diari merah mudanya sambil menyeka pipinya yang basah. Ia menjadi lega setiap kali usai menuliskan curahan hatinya pada buku kecil namun tebal yang swcara tak sengaja ditemukannya di dalam laci beberapa bulan lalu. Buku diari hadiah ulang tahun kesepuluh dari ayahnya yang nyaris ia lupakan. Beruntung buku itu ditemukannya usai ia mengacak-acak seluruh meja belajar untuk mencari buku pelajaran yang terselip entah kemana.
Selamat ulang tahun peri kecilku...
Semoga panjang umur & selalu tersenyumlah dalam keadaan apapun.
Love : Papa.Kartu ucapan dengan tulisan tangan Papa Jean yang terselip di halaman pertama buku diari itu bahkan masih sangat bersih dan bau khas buku baru. Jean terisak ketika ia kembali mengingat masa-masa indah dengan papa. Sebelum akhirnya papa meninggalkan mereka untuk selamanya beberapa hari setelah memberikan buku diari tersebut.
Selalu tersenyum, peri cantik papa!
Nah begitu, Jean harus selalu tersenyum meskipun sedang terluka.Kalimat-kalimat itu selalu terngiang dalam telinga Jean. Terkadang ia merasa mendengar suara papanya yang seolah berkata "tersenyum Jean", ketika ia berada dalam sebuah kekecewaan.
"Papa, kenapa Papa ninggalin Jean..." lagi-lagi ia terisak. Jean mendekap erat diari tersebut. Ia membiarkan air matanya berhambur keluar membawa segala rasa sedih yang setiap kali ia pendam. "Jean rindu sama Papa," isaknya kemudian ia tertidur.
🍓
"Beberapa hari ini Mama lihat nafsu makanmu bertambah, Jean?"
Jean melihat mamanya sebentar. "Entahlah, Ma, mungkin karena Mama semakin pintar memasak. Hehehe," jawab Jean setelah menelan nasi goreng yang memenuhi pipinya. Mary merasa Jean sedikit aneh dalam beberapa hari belakangan. Jangankan menghabiskan setengah piring, biasanya, Jean hanya berpamitan berangkat sekolah dan berlari begitu saja tanpa membuka tudung saji meja makan, tapi kali ini, setiap pagi Jean selalu mengambil sarapan sepiring penuh dan membawa bekal untuk ia makan di sekolah.
"Tapi baguslah. Biar badanmu lebih berisi dan cantik seperti Kak Fibby," ujar Mery membandingkan kedua putrinya. Jean melirik Kakaknya yang tersenyum dengan senyuman mengejek. Fibby merasa Jean tak mungkin bisa menyamainya dalam hal apapun sebab Jean hanya sebatas anak perempuan yang culun, lemot, dan tak tahu apa-apa.
"Jean berangkat dulu Ma," ucap Jean setelah meminum setengah gelas air putih di hadapannya.
"Susu cokelatnya tidak diminum, Jean?"
"Buat Kak Fibby saja. Nanti Jean kekenyangan," tukas Jean sambil pamit.
"Hih, ogah...!" sahut Fibby dengan ekspresi jijik. Jean tak mempedulikan tanggapan Fibby. Ia hanya merasa lebih bersemangat karena sebentar lagi keinginannya akan tersampai. Ditepuk-tepuknya ransel sekolah bagian bawah untuk memastikan susu bubuk bermerek Weight-Weight yang dibelinya kemarin tidak ketinggalan dirumah.
(Bersambung) 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
The Drama Queen - Ketika Semua Menganggap Lemah
Fiksi RemajaJean nyaris tak pernah dihargai oleh siapapun dalam semua pencapaiannya. Tapi Jean selalu berusaha menghibur hatinya sendiri, sehingga ia selalu menampilkan bahwa dirinya baik-baik saja meski seburuk apapun orang lain merendahkannya. Jean bisa saja...