Sajak Untuk Zahra

15 0 0
                                    

Dua hari sudah Adit tak pernah menghubungiku. Sejak hari itu, tak pernah lagi ada kata di antara kita. Dia tidak ingin mendekat sekedar menjelaskan. Akupun juga sungkan meminta penjelasan. Rasanya, aku ingin berteriak saja. Masalahku dengan mas Bayu sudah selesai. Kenapa dengan pacarku sulit sekali menemukan titik temu?

Mungkin salahku juga yang terlalu menjunjung gengsi. Tapi bagiku, ini bukan gengsi. Aku hanya tak mau mengajaknya bicara terlebih dahulu. Alasannya hanya satu, aku sudah pernah bertanya dan dia tidak mau menjawab. Menurutku itu adalah bentuk penolakan. Dan aku takut memulai lagi. Takut dia semakin marah padaku.

Ping!!

Ponselku meneriakkan adanya pesan masuk. Benarkah? Kubuka aplikasi pesan dan membaca ulang nama pengirimnya. Aku tersenyum hingga kedua mataku terpejam. Sungguh aku tidak menyangka dia akan mengirim pesan terlebih dahulu. Ya, Adit. Bahkan ini adalah boom chat.

Adit<3:
Maaf untuk kemarin,

Nggak seharusnya aku libatin kamu dalam masalahku,,

Maaf sudah mengacuhkanmu

Sungguh, aku tidak pernah bermaksud membuatmu sedih,,,,

Me:
Iya, nggak pa-pa,,,

Aku maafin kamu,,

Tapi aku masih sedih aja T_T

Adit<3:
Jangan!!!

Besok ada kejutan buat kamu,,

Biar nggak sedih lagi :)

Me:
Aku tunggu

Chat kami berlanjut membicarakan konsep untuk penilaian tugas Seni besok. Karena masalah itu, semuanya terbengkalai. Aku tidak tahu masalah apa yang sedang dihadapi Adit, dan aku tidak mau bertanya. Aku tidak mau memperburuk moodnya yang sepertinya sedang baik. Tidak akan aku sia-siakan. Adit yang inilah Adit pacarku. Dan yang membuatku menangis waktu itu, ya Adit pacarku juga.

***

Setelah berbalas pesan dengan Adit semalam, moodku membaik seketika. Aku bisa tersenyum dan memulai hari dengan semangat empat lima. Bahkan hari ini, aku menyelesaikan pekerjaan rumah satu jam lebih pagi dari biasanya. Aku juga memesan taksi online untuk ke sekolah. Sesuai rencana, aku dan dia akan berangkat lebih pagi untuk latihan terakhir. Ah, aku tidak sabar. Kira-kira, kejutan apa yang akan dia berikan padaku?

“Udah rapi aja, Ra? Kencan, ya?” Mas Bayu yang baru tiba di ruang makan menatapku aneh. Maklum, biasanya aku duduk di sini pukul enam. Sekarang baru setengah enam.

“Adeknya rajin malah diledekin!” Kesalku. Aneh memang masku yang satu ini. Eh, emang masku hanya ada satu. Hehehehe.

“Ya, nggak ngeledek, Ra. Tumben aja.”

Kuambilkan nasi goreng beserta telur ceploknya untuk mas Bayu.” Terima kasih, Adikku.” Ucapnya dengan senyum dan kerlingan mata genit. Uh, luntur sudah image galak yang dibuatnya. Garis mata  yang ditebali dengan celak dan sorot dingin tanpa senyuman. Setidaknya, itu yang dikatakan teman-temanku.

“Sama-sama.” Aku tersenyum dan mencangklong tasku. Taksi online-ku sudah menunggu.” Aku titip nyuci.” Kuraih tangan kanannya untuk salim lalu mencium pipinya.” Assalamualaikum, Masku Cantik.” Ucapku lalu berlari. Tidak mau kena amuk.

Hai, Zahra!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang