Maaf, lama gak up,,,
Langsung aja, selamat membaca🤗🤗-----
Pernahkah mendengar panganan tradisional bernama jadah? Atau mungkin si legit wajik? Biar kuperkenalkan pada kalian dua makanan tradisional yang memiliki filosofi kuat dalam masyarakat Jawa. Terutama bagi mereka yang ingin memulai suatu hubungan.Hari ini rumah sibuk, namun aku tetap pergi ke sekolah. Mas Bayu melarangku ijin, hanya alasan biar bisa tidur katanya. Padahal di rumah sedang sibuk-sibuknya. Budhe Riris dan pakdhe Anam yang langsung datang begitu mendengar keinginan masku meminta percepatan lamaran. Bukan apa, takut ada hal-hal tak diinginkan katanya.
“Ra!” Aku menoleh. Dewi menggeser kotak makan warna biru padaku.
“Ini apa, Wi?” Tanyaku bingung.
“Dari Adit, biar nggak ngelamun terus katanya.” Dewi terkikik.
“Siapa yang ngelamun?” Sanggahku cepat. Enak saja.
“Katanya kamu dichat nggak bales dari tadi.”
“Hah?” Kuraih ponsel yang sedari tadi ada di laci. Benar, ada beberapa notif pesan dari Adit.” Tau sendiri kalo sekolah selalu kumode silent?” Cengirku.” Makasih, ya.” Ucapku sambil membuka kotak makan biru itu.
“Isinya apa, Ra?” Dewi menggeser tempat duduknya agar bisa melihat isi kotak makan di depanku.
“Mau?” Tawarku menunjukkan isi kotak makan. Hanya ada dua potong brownis dengan toping keju dan kacang.
“Nggak pa-pa? Dari pacar loh, Ra.” Dewi nampak ragu-ragu.
Aku berdecak.” Emang kenapa kalo dari pacar?” Sinisku.” Adit nggak bakal marah kalo aku bagi sama orang, kecuali kalau aku buang.” Kikikku.
“Makasih, Ra.” Ucapnya setelah mengambil sepotong brownis dari kotak makan.
Manis. Gurih. Aaaaa, aku suka kue ini. Ini buatan ibunya Adit, dia pernah membawakanku dulu. Sudah lama Adit bercerita kalau ibunya hobi membuat kue, dan tak jarang juga pacarku itu membawakan aku kue-kue karya ibunya. Manis, kayak orangnya. Bikin makin baper aja. Pengen dikarungin trus bawa pulang.
“Ra, pulang sekolah ada acara nggak?” Tanya Dewi tanpa menatapku. Mulutnya pun juga masih menikmati potongan brownis dari Adit.
“Ada, mau bantu-bantu di rumah. Hari ini agak repot soalnya.” Jawabku.
“Loh, ada acara?” Dewi menatapku. Meminta penjelasan.
“Nanti malam mas Bayu mau ngelamar mbak Yuli. Itu loh, pacarnya, yang pernah aku ceritain. Sebagai pihak pelamar kan kita harus bawa seserahan buat keluarga yang dilamar.” Jelasku.
“Boleh ikut bantu?” Tawarnya semangat.” Uh, temanku satu ini begitu baik.
“Nggak dulu ya, Wi. Insyaallah kita bisa handle kok.” Tolakku. Bibirnya langsung melengkung ke bawah.” Nanti deh, pas acara nikahan aku undang kamu. Kamu boleh bantu-bantu juga.” Hiburku. Tidak tega melihat kekecewaannya.
“Iya deh.” Pasrahnya.
“Ngomong-ngomong, Adit kemana, ya?” Aku mengedarkan pandangan. Tak banyak siswa yang bertahan di kelas. Dan salah sekian yang tidak ada adalah Adit.
“Yah, yang punya pacar. Cariin mulu.” Tukas Dewi.” Dia ada kumpul OSIS, mungkin sibuk buat acara apa gitu.” Ucapnya cuek. Maklum, Dewi itu spesies yang tidak terlalu peduli pada jenis cowok.
“Cuma nanya aku.” Kurangkul bahunya. Dewi ini kalau merajuk itu menggemaskan. Sikapnya yang cuek justru membuatku semakin gemas untuk membuatnya merajuk.
![](https://img.wattpad.com/cover/204113376-288-k719538.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Zahra!!
Teen FictionIni tentangku. Tentang hidupku dengan kakakku. Sederhana. Namun selalu terkenang sampai saat ini. Ini tentang kisahku. Tentang kebanggaanku dan kekecewaanku. Namun, kisah ini tak mampu kulupa. Karena kisah ini, adalah awal dari cerita luar biasa dal...