"Kenapa benda ini terus bergetar?" Sasuke melihat benda persegi pipih dengan gambar apel yang sudah di gigit itu dengan kesal, sudah sejak kemarin benda ini terus bergetar dan itu sangat mengganggunya.
"Itu artinya seseorang menelfonmu, mungkin ada yang ingin ia sampaikan padamu." Sasuke mengetuk-ngetuk tombol hijau yang bertuliskan 'jawab' tapi tidak ada yang terjadi, Itachi yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya. "Jangan di ketuk, tapi di geser." Kata Itachi mempraktekkan.
"Sasukeeee kuuuun, kau dimana sayang?"
Braaak...!
Sasuke reflek membanting benda itu begitu mendengar suara melengking yang keluar dari sana. "Maaf aniki, aku kaget." Sasuke berkata saat melihat sang kakak yang menatapnya tak percaya. "Sepertinya waktunya kau ganti nomor, tapi lain kali kau hanya perlu menggeser tombol merah kemudian mengeluarkan benda ini." Itachi menunjukkan kartu yang telah ia keluarkan dari handphone Sasuke yang kini rusak tak berbentuk, mungkin tanpa sadar ia menggunakan sedikit cakranya untuk membanting benda pipih itu.
"Akan ku ingat." Sasuke mengangguk.
Sasuke baru tiba di villa keluarganya beberapa hari yang lalu, ia tau keluarganya di dunia ini adalah keluarga yang kaya, tapi bahkan terlahir dalam clan sehebat Uchiha tak membuatnya terbiasa dengan keadaan ini.
Lapangan golf luas, kolam renang super besar, kamar super besar, ada tempat berlari di tempat yang di sebut treadmill.
Benar-benar mengagumkan.
"Sasuke-kun, mau makan apa? Kaa-chan akan meminta koki menyiapkannya." Mikoto bertanya pada Sasuke yang tengah melamun sambil memandang keluar jendela dengan kaca super besar.
Sasuke memandang ibunya dengan penuh kerinduan. "Aku, ingin makan masakan kaa-chan." kata Sasuke, Mikoto sedikit terenyak, karna sejak dulu Sasuke tak pernah mau makan masakan buatannya. "Te-tentu, kaa-chan akan memasak makanan enak untuk mu." kata Mikoto tak bisa menahan rasa harunya.
Sasuke tersenyum. "Kaa-chan." katanya sebelum sang ibu beranjak ke dapur.
"Ya?"
"Boleh aku memeluk kaa-chan?" tanya Sasuke. Mikoto tidak mengatakan apa-apa, tapi ia segera menghampiri anaknya yang jauh lebih tinggi darinya dan memeluknya.
"Kenapa kalian berpelukan begitu?" Itachi datang entah dari mana dan ikut memeluk Sasuke. "Kaa-chan, peluk aku juga." rengeknya, dan dengan segera Mikoto merentangkan tangannya dan memeluk kedua raksasa yang memeluknya.
Mikoto merasa sesak, dan sesaknya bertambah saat sang suami datang dan ikut memeluk dirinya.
Sasuke tak bisa menahn rasa haru dan bahagia yang menerpa hatinya, tanpa bisa ia cegah air matanya menetes.
"Jika ini genjutsu, maka jangan bangunkan aku. Jika ini bukan genjutsu, maka aku ingin tinggal selamanya di dunia ini."
.
.
.
"Maaf karna tidak bisa menjemputmu Hinata, nii-chan janji mengajakmu makan malam kapan-kapan."
Hinata mendengus mendengar janji yang Naruto ucapkan entah untuk yang keberapa kalinya, tapi ia tau betapa sibuknya Naruto mengambil alih pekerjaan Neji, juga harus tetap kuliah sebagaimana mestinya. Jadi Hinata mencoba mengerti posisi Naruto dan memakluminya.
"Sudahlah, tidak apa nii, aku tau kau sibuk, jaga kesehatan saja ne. Jaa." Hinata mematikan panggilan itu bahkan sebelum Naruto sempat mengucapkan kata lain padanya.
Hinata memandang keluar dari jendela bis yang tengah melaju di tengah hujan panas di siang hari ini, seandainya ada Neji, maka akan ada dua orang yang menjanjikannya makan di restoran.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happens?
AcakMenjelang kematiannya, Neji berpesan pada Naruto sang sahabat agar menjaga adik kesayangannya. Hinata. Tentu Naruto tak bisa menolak, tapi semakin lama Hinata yang culun pun berubah menjadi angsa putih nan cantik. Rasa ingin memiliki pun timbul, t...