Perilaku Hinata sungguh tak bisa Sasuke prediksi. Lelaki itu kira Hinata akan mendiamkannya, memarahinya, meminta penjelasan atau semacamnya.
Tapi tidak, Hinata berlaku seperti tidak terjadi apa-apa. Setelah keterkejutan kecil itu, ia benar-benar bersikap normal.
Seperti malam ini, setelah Sakura dan Naruto pulang, ia tetap membantu Mikoto memasak dan menyiapkan makanan.
"Kenapa diam?" Sasuke bertanya pada Hinata saat mereka tengah mencuci piring berdua.
"Apa maksudmu? Aku hanya tidak punya hal untuk di bicarakan." kata Hinata tanpa menatap Sasuke.
"Bagaimana menurutmu, haruskah aku tinggal atau pergi?"
Gerakan tangan Hinata terhenti, pertanyaan yang sangat mudah jawabannya, bahkan jawaban itu telah menggantung di ujung lidah Hinata. Namun ia terlalu kelu untuk mengucapkannya.
"Bukankan itu semua adalah keputusanmu?" Hinata bermaksud pergi meninggalkan Sasuke, namun cekalan pemuda itu lebih cepat. Bahkan Hinata baru sadar saat ia berada di gendongan pemuda itu yang melesat pergi, membawanya entah kemana.
Sasuke membawanya ke atas bukit tempat biasa mereka menghabiskan waktu berdua.
"Aku akan tinggal jika kau memintanya." kata Sasuke memandangi punggung Hinata, gadis itu benar-benar enggan menatap wajahnya.
Terdengar helaan napas Hinata yang pelan, lalu gadis itu berbalik, menatap mata hitam Sasuke yang sebagian tertutup oleh helaian rambut pria itu.
Hinata tersenyum sambil menyingkirkan helaian rambut itu ke samping, seolah tidak ada apapun, seolah tidak ada ketegangan di antara mereka. "Bagaimana kalau kita potong rambut?" Hinata berkata tiba-tiba sambil masih memegang helaian rambut Sasuke.
"Eh, kenapa tiba-tiba?" Sasuke bertanya bingung.
"Emm, kita tidak pernah jalan-jalan." kata Hinata.
Sasuke berpikir sebentar lalu akhirnya mengangguk. Ia kembali membawa Hinata dan melompat hingga sampai ke pinggir kota.
"Kita potong rambut dulu."
.
.
.
Hinata berjinjit, mendekatkan wajahnya ke arah Sasuke hingga pemuda tinggi itu menahan napas.
"Sebelah matamu berwarna abu-abu, apa kau heterochromia?"
Alis Sasuke mengkerut, ia berpaling, menatap pantulan dirinya di cermin barbershop yang baru saja ia masuki. "Sepertinya tubuh ini mulai berubah menjadi diriku seutuhnya." kata Sasuke mengemukakan pendapat logisnya.
Hinata mengibaskan tangannya, seolah tak peduli. "Sudahlah, ayo kita pergi." Hinata menarik tangan Sasuke, membawanya entah kemana.
Hinata mengajaknya menuju ke sebuah wahana permainan, ada beberapa patung kuda yang di sangga dengan tongkat besi dan bergerak berputar. "Ayo kita naik itu." ajak Hinata, dan Sasuke tentu tidak menolaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happens?
RandomMenjelang kematiannya, Neji berpesan pada Naruto sang sahabat agar menjaga adik kesayangannya. Hinata. Tentu Naruto tak bisa menolak, tapi semakin lama Hinata yang culun pun berubah menjadi angsa putih nan cantik. Rasa ingin memiliki pun timbul, t...