"Kau, tidak sedang menjadikanku pelarianmu kan?" Sasuke memandang Hinata yang duduk di sebelahnya. Hampir satu jam mereka duduk di atas bukit, beralaskan sebuah selimut yang Sasuke ambil asal dari rumah Hinata.
"Apa?"
"Kau kan cinta mati pada si kuning, tidak mungkin kau berpaling hati secepat ini."
"Ish." Hinata memukul bahu Sasuke. "Aku menyukainya, dan kau benar. Itu belum hilang, tapi juga tidak sedalam sebelumnya. Ia mengatakan agar aku fokus pada mimpiku dulu." Hinata menghela napas panjang.
"Bukankah itu bagus? Ia memintamu mengejar mimpi."
"Kau benar juga, tapi perasaan manusia itu cepat sekali berubahnya. Aku tidak yakin kalu ia bisa menungguku, demikian pula sebaliknya."
Sasuke tersenyum, yang membuat Hinata heran. "Kenapa?"
"Di duniaku, ada sosok yang mirip dirimu. Dia juga tergila-gila pada si kuning, bahkan pernah menantang seorang penjahat keji hanya untuk menyelamatkan si kuning."
"Dia terdengar hebat." Hinata lagi-lagi menyela ucapan Sasuke. Dan nampaknya Sasuke juga sudah terbiasa di sela saat sedang berbicara.
"Dia bodoh, meski di tolak berkali-kali tetap saja menunggu seperti orang bodoh. Tapi karna kebodohannya, ia bisa bersatu dengan si kuning."
"Wah, itu mengejutkan. Seperti apa 'aku' di sana?" tanya Hinata.
"Kau, penerus dari salah satu klan besar. Ayahmu terlalu mengharap kesempurnaan, hingga berkali-kali nyaris melukaimu. Kau bahkan hampir mati di tangan Neji." Hinata menutup mulutnya, dunia tempat tinggal Sasuke benar-benar terdengar mengerikan.
"Tapi akhirnya Neji mengorbankan nyawanya demi melindungimu."
Hinata terdiam, menatap bintang yang jumlahnya ribuan di atas kepalanya. "Lalu, bagaimana denganmu?"
"Yah, kedua orang tua dan seluruh clanku mati di tangan kakakku, lalu aku menghabiskan hidupku untuk mencarinya, setelah aku membunuhnya, aku baru tau jika pemimpin desalah di balik semua itu." Sasuke menjelaskan dalam satu tarikan napas.
"Hidupmu rumit." Hinata bergumam, ia pun memeluk tubuh Sasuke. Membuat keduanya sama-sama terkejut.
"Hei, dadamu mengganggu konsentrasi ku." kata Sasuke setelah membiarkan Hinata memeluknya agak lama.
"Disini orang tuamu masih hidup, bukankah itu satu alasan lagi untuk tinggal?" Hinata mengabaikan ucapan Sasuke, dan tetap memeluk lengan pria itu.
"Kenapa kau memintaku tinggal? Kau bahkan pernah mencoba membunuhku saat di rumah sakit?"
Hinata menghela napas, terdengar lelah, pelukannya pun terlepas. "Saat itu aku tak tau siapa kau, dan kau harus tau bahwa Sasuke di sini sangat menyebalkan. Aku membencinya."
"Apa yang harus ku lakukan jika aku tinggal?"
Sasuke bertanya, lebih kepada dirinya sendiri. Lalu ia sadar, kepala Hinata tertunduk, gadis itu tertidur.
.
.
.
Hinata bangun karna jam bekernya berbunyi, jam enam tepat. Ia menemukan dirinya sudah tidur di atas kasur, di kamarnya.
Ia berdiri dan melihat Sasuke yang tidur dengan nyenyak di atas sofa. Hinata tersenyum, ia memutuskan untuk bersih-bersih sebentar sebelum membuat sarapan.
Ia tengah mengaduk teh saat Sasuke terbangun dan duduk di meja makan. "Kau mau?" Hinata meletakkan keju dan telur goreng di antara roti yang baru ia panggang, dan meletakkannya di depan Sasuke.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happens?
DiversosMenjelang kematiannya, Neji berpesan pada Naruto sang sahabat agar menjaga adik kesayangannya. Hinata. Tentu Naruto tak bisa menolak, tapi semakin lama Hinata yang culun pun berubah menjadi angsa putih nan cantik. Rasa ingin memiliki pun timbul, t...