Otak, jantung, dan jiwa.

4.6K 590 39
                                    

"Sasukeeeee!!!"

Ckiiiiit....

Saat Itachi berteriak Sasuke refleks membanting setir ke arah kanan, mobil otomatis berputar 180 derajat, menghindarkan bemper mobil dan dahan pohon berciuman.

Itachi mengambil napas pendek-pendek, tak pernah ia sangka dalam hidupnya akan mengalami kejadian yang memacu adrenalin melebihi bungee jumping.

"Berapa kali aku mengatakan, jangan menginjak gas terlalu kencang." Itachi masih memegangi dadanya yang rasanya nyaris meledak.

Dalam enam bulan ini Sasuke telah merusak dua mobil, sebelum rusak mobil-mobil itu sering keluar masuk bengkel, alasannya karna menabrak, menyerempet, ban meletus.

Itachi baru membelikannya mobil baru lagi, dan ia hampir menabrakkannya lagi di batang pohon.

Sasuke diam saja, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan saat kakaknya itu marah, di dunia shinobi, kakaknya tak pernah marah padanya. Ini sedikit membuatnya bingung.

Ia telah memikirkannya berkali-kali, ia juga sudah menonton vidio balap mobil berkali-kali, dan semuanya terlihat mudah.

Sasuke hanya memandang kepergian kakaknya yang tiba-tiba.

Sasuke diam, tak tau apa yang harus ia lakukan, dalam beberapa hari lagi ia akan kembali ke Tokyo, kedua orangtuanya sudah kembali dari seminggu yang lalu, setelah ia meyakinkan mereka ia sudah sangat puas menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya.

Ia akan kembali ke Tokyo bersama kakaknya, nanti, setelah ia bisa mengandarai mobil.

Selama enam bulan ini juga ia telah berhasil merubah tubuh kurusnya menjadi tubuh kekar dan berotot, dengan latihan dan makan yang selalu cukup.

Ia juga bisa melakukan jurus-jurus ninja hingga mungkin setara dengan tingkat chunin.

"Huft.." Sasuke menghela napas, ia mengambil ponselnya dan menekan tombol vidio call.

"Hinata?"

.

.

.

"Sebenarnya, apakah aku bagimu?" Hinata menatap Naruto, uap mengepul dari gelas yang berisi kopi di depannya. Udara terasa sangat dingin, itu karna musim gugur telah lewat, dan sekarang sudah memasuki musim dingin.

Hinata tengah menikmati libur musim dingin, setelah itu ia akan kembali sibuk dengan ujian kelulusan dan mendaftar masuk kuliah. Oleh karna itu ia mengajak Naruto kencan di tengah kesibukan pria itu dalam mengurus perusahaannya.

Naruto menghela napasnya pelan, saat itulah keluar uap hangat dari mulutnya. "Hinata, Neji telah memintaku untuk menjagamu-"

"Bukan itu yang ingin ku ketahui." Hinata memotong ucapan Naruto.

"Aku tau, maka dengarlah dulu." Naruto memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, karna cuaca yang sangat dingin di sertai hujan.

"Aku tau perasaanmu, tapi aku tak mungkin menjawabnya sekarang, sebentar lagi kau lulus dan kuliah. Aku tak ingin merusak masa depanmu, raihlah kesuksesan dahulu. Maka aku akan punya alasan di depan Neji, untuk berdiri di sampingmu." Naruto mengusap rambut Hinata dan menciumnya di kening.

"Ah, kau bertanya apakah kau bagiku? Bagiku, kau adalah orang yang berharga dan yang akan terus ku lindungi."

Kriiing..... Kriiing.....

Hinata tersentak dari lamunannya saat HPnya berbunyi. 'Sasuke' nama yang tertera di layar, selama enam bulan ini ia dan Sasuke memang tak pernah putus hubungan, minimal, seminggu sekali mereka bertukar kabar.

What Happens? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang