Chapter 14

457 72 3
                                    

Keesokan harinya, Melody langsung membicarakan dugaannya mengenai Myrtle pada Harry dan Ron. Keduanya setuju bahwa kemungkinan besar Myrtle memang anak perempuan yang meninggal lima puluh tahun lalu karena terbukanya Kamar Rahasia.

Hanya saja, sayangnya, mereka tidak punya kesempatan untuk menemui Myrtle karena para guru masih ketat mengawasi dan menemani para murid ke mana pun mereka pergi. Selain itu mereka juga dipanikkan oleh hal selain Kamar Rahasia yaitu ujian akhir tahun ajaran.

Melody tidak begitu mengkhawatirkan ujian karena dirinya masih fokus mencari kesempatan untuk menemui Myrtle tapi para guru mendesaknya untuk lebih memperhatikan persiapan ujian. Dua hari sebelum ujian, para murid kelas satu sedang di aula besar untuk menunggu jam kelas selanjutnya. Melody mengobrol dengan Daniel dan Pierre mengenai apa saja yang diketahuinya tentang fakta Kamar Rahasia.

Pierre sedang mencibir sistem kementrian yang buruk saat Ginny mendekat dan duduk di samping Melody. Mukanya pucat sekali ketika dia menatap mereka dengan gugup dan bergetar hebat.

"Ada apa?" tanya Daniel dengan lembut.

"A-aku harus memberitahu kalian sesuatu..." bisiknya.

"Ya?" tanya Melody.

"I-ini tentang Kamar Rahasia..." bisik Ginny lagi.

Pierre mengangguk, "akhirnya, eh?" katanya. "Jadi?"

Namun sebelum sempat mendengar jawaban Ginny, Melody melihat Harry dan Ron melintasi pintu depan Aula Besar berdua saja. Padahal seingat Melody seharusnya mereka berdua berada di kelas sekarang.

Curiga, Melody segera bangkit berdiri lalu meninggalkan meja. Tak mempedulikan Daniel yang memanggil namanya, gadis itu berlari mengejar sang kakak.

"Harry, Ron!" panggilnya.

Harry menoleh dan kali ini tanpa melarang apapun, dia berkata, "kami akan menemui Hermione, tadinya kami ingin menemui Myrtle tapi karena Profesor McGonagall menemukan kami dan memberi izin, kami akan ke sana."

"Bagus," kata Melody, mengangguk. "Aku ingin menemui Chere juga." Katanya.

"Ada apa dengan Chere?" tanya Ron.

"Nanti saja bicaranya." Jawab Melody sembari mendesak mereka agar berjalan terus.

Saat tiba di rumah sakit sekolah, dengan enggan Madam Pomfrey mengizinkan mereka masuk, "tidak ada gunanya bicara dengan orang yang membatu." Katanya.

Mereka bertiga harus mengakui bahwa Madam Pomfrey benar tapi toh mereka tetap masuk dan duduk di antara tempat tidur Chere serta Hermione.

"Kira-kira mereka melihat penyerangnya tidak, ya?" kata Ron, memandang sedih wajah Hermione yang kaku. "Karena kalau dia mengendap-endap dari belakang mereka, tak seorang pun akan tahu..."

"Kurasa mereka berdua tahu." Bisik Melody sembari mendekati Chere lalu dengan hati-hati memeriksa saku jubah yang dikenakannya.

"Kalian ngapain?" tanya Ron dalam bisikan.

Melody menoleh, rupanya bukan hanya dia yang tertarik untuk mencari tahu. Harry sedang membungkuk di sisi Hermione untuk melihat apa yang ada di tangannya. Gadis itu sepertinya memegang sebuah kertas di sana.

"Oh, coba keluarkan," kata Ron, menggeser kursinya supaya Harry terhalang dari pandangan Madam Pomfrey.

Sementara Harry berurusan dengan kertas di tangan Hermione, Melody terus mencari apa yang mungkin bisa ditemukannya dari Chere. Beberapa menit kemudian, dengan perasaan super lega, gadis itu menemukan sebuah kertas dari saku terdalam jubah Chere.

Melody menoleh pada Harry dan Ron. Dia mendapati keduanya tengah meratakan kertas yang mereka dapat dari tangan Hermione di sisi tempat tidur. Melody mendekati mereka kemudian membungkuk untuk ikut membaca.

Melody Potter and the Chamber of SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang