"Kalian lihat?" bisik Riddle.
"Itu nama yang sudah kupakai waktu aku di Hogwarts, yang hanya kuberitahukan kepada teman-temanku yang paling akrab, tentu. Kalian pikir aku akan menggunakan nama ayahku muggleku yang kotor selamanya? Di dalam tubuhku mengalir darah Salazar Slytherin, dari pihak ibuku. Kalian pikir aku mau mempertahankan nama muggle biasa yang jahat, yang meninggalkanku bahkan sebelum aku lahir hanya karena dia tahu istrinya penyihir? Tidak. Kuciptakan nama baru untukku, nama yang aku tahu semua penyihir di mana pun suatu hari nanti tak akan berani menyebutnya, kalau aku sudah menjadi penyihir paling hebat di dunia.
Melody tercengang, fakta bahwa Riddle adalah Voldemort tentu saja mengejutkan akan tetapi melihat bagaimana Riddle begitu sombong dan yakin tentang hal itu lebih mengejutkan lagi dan sekarang kesannya agak menggelikan. Melody sampai tidak tahu harus berkata apa.
"Kau bukan," kata Harry tiba-tiba.
"Bukan apa?" bentak Riddle.
"Bukan penyihir paling hebat di dunia," jawab Harry, bernafas cepat. "Maaf mengecewakanmu tetapi penyihir paling hebat di dunia adalah Albus Dumbledore. Semua bilang begitu. Bahkan ketika kau masih kuat, kau tidak berani mencoba mengambil alih Hogwarts. Dumbledore tahu betul kau orang seperti apa sewaktu kau masih di sekolah dan dia masih membuatmu takut sekarang, di mana pun kau bersembunyi hari-hari ini."
Senyum telah lenyap dari wajah Riddle, digantikan oleh tampang yang sangat jelek dan dia mendesis, "Dumbledore telah terusir dari kastil ini hanya karena kenangan akan diriku!"
Melody tertawa getir, "dia tidak sepenuhnya pergi seperti yang kau kira." Katanya, bicara dengan asal yang penting dia bisa menakut-nakuti Riddle.
Riddle membuka mulut, tetapi lalu terpaku. Terdengar suara musik entah dari mana. Riddle berpaling untuk memandang kamar yang kosong. Musik terdengar semakin keras, menimbulkan perasaan ngeri, seram, tak wajar. Kemudian, ketika musik itu mencapai ketinggian tertentu, tiba-tiba berkobarlah nyala api di puncak salah satu pilar.
Seekor burung besar berwarna merah muncul dari dalam api, dia menyerukan musiknya yang aneh ke langit-langit yang berbentuk kubah. Burung itu memiliki ekor keemasan bercahaya yang sepanjang ekor burung merak dan cakarnya yang keemasan berkilat-kilat mencengkram gumpalan kain kumal.
Sedetik kemudian, burung itu terbang lurus ke arah Harry. Dia menjatuhkan kain kumal dalam cengkramannya ke kaki Harry kemudian mendarat di bahunya. Ketika dia melihat sayapnya yang besar, Melody mendongak dan melihat paruhnya yang panjang, tajam, keemasan, dan matanya yang seperti manik-manik. Tak lama, burung itu berhenti menyanyi, dia berdiri diam dan hangat di sisi pipi Harry, menatap tajam ke arah Riddle.
"Itu phoenix..." kata Riddle, balas memandangnya dengan galak.
"Fawkes?" desah Harry dan dia merasa cakar keemasan si burung meremas bahunya dengan lembut.
"Dan itu..." kata Riddle, sekarang mengawasi kain kumal yang dijatuhkan Fawkes, "itu topi seleksi tua milik sekolah."
Melody menoleh pada kain kumal di kaki Harry dan dalam hati mengiyakan bahwa itu adalah si topi seleksi. Saat itulah Riddle tertawa lagi, dia terbahak-ahak begitu keras sehingga seluruh kamar rahasia dipenuhi suara tawanya.
"Inilah yang dikirimkan Dumbledore kepada pembelanya! Burung penyanyi dan topi tua! Kalian merasa berani, Harry dan Melody Potter? Kalian merasa aman sekarang?"
Harry dan Melody tidak menjawab. Keduanya menunggu Riddle selesai tertawa kemudian dengan senyum lebar dia berkata, "kembali ke persoalan kita... dua kali, di masa lalumu, di masa depanku, kita sudah bertemu. Dan dua kali aku gagal membunuhmu. Bagaimana kau bisa selamat, Harry? Ceritakan padaku semuanya. Makin lama kau bicara," dia menambahkan pelan, "makin lama kau hidup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Potter and the Chamber of Secrets
FanfictionSelama sepuluh tahun tinggal di panti asuhan, Melody tidak tahu apa-apa tentang dirinya, dia bahkan tak punya nama keluarga, tak punya banyak teman, dan tak ada keluarga yang mau mengadopsinya. Hal itu membuatnya sering bertanya-tanya siapa dirinya...