1

115K 8.3K 314
                                    

Perut Fau sedikit bertambah besar, hanya sedikit, sedikit sekali, belum benar-benar besar. Sedikit perubahan pada perut Fau bukan karena Fau kebanyakan makan, tetapi karena saat ini Fau akan segera punya anak. Anak pertamanya dengan Aksa. Oho, jangan tanya kapan mereka melakukannya yaaa. Hanya Fau, Aksa, dan Tuhan yang tahu. Yang jelas semua itu terjadi sebelum kepergian Aksa melanjutkan magisternya di Massachusetts. Setelah dikabari oleh Fau bahwa dia sedang mengandung, Aksa memikirkan berbagai kemungkinan. Orang tuanya dan orang tua wanita itu pasti bisa menjaga Fau selama kehamilannya, tetapi ini kehamilan pertama Fau. Aksa juga ingin melihat perkembangan anak mereka. Aksa punya tanggung jawab untuk melanjutkan bisnis keluarga, sebagai pebisnis di bidang konstruksi. Apalagi dia sudah terlanjur berada di sana untuk kuliah lagi. Jauh-jauh datang ke Massachusetts, baru dua minggu menghirup udara di sana, pembukaan kuliah juga belum diadakan. Sepertinya Aksa datang dengan percuma. Tapi keluarga adalah yang utama. Lagi pula ada banyak Universitas bagus di Indonesia. Jadi pilihannya adalah kembali ke Indonesia lebih cepat lebih baik.

Sebagian besar orang berkata alasan Aksa untuk kembali kurang kuat. Padahal banyak pasangan yang baru menikah, istrinya hamil tetapi langsung ditinggal suami yang kerja di tempat yang jauh. Istrinya dititipkan di rumah orang tua. Masalah nafkah menafkahi bisa ditransfer. Mengikuti perkembangan kehamilan istri? Ada smartphone yang bisa video call. Melihat kelahir sang buah hati? Menjelang 9 bulan bisa ambil cuti. Hei, jangan lupa dua puluh tahun lagi jika anak mereka akan bertanya seperti apa saat dia berada di kandungan Bundanya? Apa saja yang Bundanya idamkan saat hamil? Proses lahirannya seperti apa? Aksa bisa menjawab dengan lancar jika dia berada di samping Fau.

"Masih muat," kata Fau di depan kaca. Dia mencoba celana jeans yang dibelinya dua bulan lalu. Celana baru, belum pernah dipakai. Tiba-tiba Fau dinyatakan hamil oleh dokter dan sayang sekali jika celananya tiba-tiba tidak muat.

"Jangan-jangan kamu bohong ya? ngaku-ngaku hamil supaya aku pulang?" tuduh Aksa. Pria itu tidak sungguh-sungguh, hanya sedikit ingin menggoda Fau saja.

Kedua tangan wanita itu dilipat di depan dada. Sambil menatap Aksa garang wanita itu berkata, "kamu lupa apa yang kamu kirim ke dalam perut aku? Buka lagi buku Biologi kamu."

Mereka berdua tidak perlu sama-sama belajar Biologi, materi reproduksi karena sudah mendapatkan ijazah lulus SMA. Keduanya sama-sama sudah dewasa dan paham hal itu. Aksa menahan tawanya melihat Fau mendengus sebal. Lagi pula buku Biologinya sudah dia sumbangkan entah kemana.

"Buruan ganti baju, nanti yang di dalam kejepit," saran Aksa. Dia takut anak mereka yang entah sekarang sudah berbentuk manusia atau masih telur akan kecekik. Sepertinya Aksa perlu membelikan celana berbahan karet untuk Fau yang bisa melar dan mengikuti bentuk perut wanita itu.

"Tahu dari mana kalau si dedek bisa kejepit?"

"Nebak doang," kata Aksa. Iya, tadi dia hanya asal nebak saja.

Fau menuruti kata pria itu. Wanita itu kemudian berganti baju menjadi baju tidur. Sebelumnya mereka sudah makan malam. Karena sekarang menunjukkan pukul 21.15 keduanya memilih untuk berbaring di kamar, menyalakan TV, mencari siaran film box movies, pilihan mereka jatuh pada Titanic. Yaa anggap saja kegiatan menonton TV ini adalah dongeng sebelum tidur. Tetapi keduanya tidak hanya fokus menonton film itu. Setiap sebelum tidur ada kegiatan rutin yang selalu keduanya lakukan. Tanpa mereka jadwalkan, keduanya saling menceritakan apa yang terjadi saat mereka di luar sana. Bagaimana keadaan Fau di kantornya dan bagaimana kegiatan Aksa untuk wawancaranya hari ini.

"Kacau deh. Sudah dapat data debit sungai dan neraca air dari Balai Sungai, capek-capek ngurus permohonan data buat analisis evaporasi di BMKG. Eh pas tinjau lokasi ada warga yang ngamuk," Fau bercerita tentang proyek bendung yang dia kerjakan bersama tim kerja wilayah 1. Bendung yang didesain untuk pengambilan air warga ini merupakan proyek kerja sama pemerintah dan perusahaan setempat. Surat perijinan, surat tanah, dan semua administrasi tidak ada masalah. Tetapi warga yang tinggal di bantaran sungai mengajukan protes. Padahal tanah yang mereka tempati bukan milik mereka. Lebih tepatnya tanah serobot.

Same Office with Wife (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang