"Aku belum selesai ngomong, kamu udah nyengir aja," kata Fau setelah melihat Aksa yang sudah cengingisan duluan. Padahal penjelasan Fau masih panjang.
"Tumben kamu pintar ngomong," puji Aksa. Yep, Aksa memuji Fau karena akhirnya yang dipilih wanita itu adalah dirinya.
"Jawaban kamu sudah tepat," lanjut pria itu.
"Kalau aku pilihnya manajer proyek?"
"Pemburu sugar daddy," jawaban Aksa tidak membuat Fau sakit hati, malah sebaliknya. Fau tertawa lepas, tetapi dia segera meredakan tawanya takut seisi ruangan terganggu.
"Oh iya aku belum selesai ngomong," kata Fau, kali ini sudah tidak tertawa lagi.
Sambil tersenyum Fau berkata, "selain kamu yang lebih banyak duit walaupun duit titisan orang tua, aku lebih nyaman dengan yang umurnya tidak terlalu jauh dari aku, apalagi dia atasan kan.. kayak harus lebih respect aja. Lagi pula selera humor kita juga sama, sama-sama garing. Kalau sama beliau sih karena beda jaman kayaknya kalau aku ngelawak dia bakalan senyum doang. Probabilitas kemungkinan untuk lebih dekat sama kamu lebih besar ketimbang dengan Pak Bram."
Fau langsung pura-pura mengetik begitu Bram keluar dari ruangannya. Aksa juga balik menghadap laptop dengan sudut bibir yang mengangkat sempurna. Sadar atau tidak kelemahan Aksa adalah jika dipuji sekali, senyumnya mengembang kelamaan. Apalagi kalau yang muji dia adalah Fau. Astaga... bakal diingat Aksa hingga akhir hayatnya.
"Ada yang punya obat sariawan? Tiba-tiba lidah saya kegigit," tanya Bram pada mereka semua.
Tanpa rasa bersalah Fau mati-matian menahan tawanya karena dari tadi dia dan Aksa membicarakan Bram. Begitu juga Aksa yang memasang wajah bodo amat. Di antara mereka semua tidak ada yang membawa obat sariawan. Kotak P3K isinya hanya betadine, plester, kapas, dan minyak kayu putih. Setelah ini Bram akan mengirim surat pengajuan untuk menambah obat satu lagi, obat sariawan.
"Fau lagi gak sibuk? Saya boleh minta tolong?"
Bram meminta tolong pada Fau untuk membelikan obat sariawan. Katanya nyeri sekali karena lidahnya yang kegigit itu tepat pada sariawannya. Fau sih fine-fine saja, toh sekalian dia ingin beli minuman dingin di luar. Jarak apotek dari kantor juga tidak jauh. Ngesot pun jadi.
"Ada yang mau titip minuman gak?" tawar wanita itu.
Abi langsung angkat tangan tinggi-tinggi, "hazelnut chocolate milk tea! Gila padahal AC-nya nyala tapi dari tadi panas banget."
"Mas Ridwan?" tanya Fau. Pria itu masih mengecek daftar menu lewat internet, maklum saja dia jarang minum-minuman yang lagi nge-hits. Yang Ridwan tahu hanya teh tawar, bajigur, dan saraba.
"Samain aja kayak punyanya Abi," kata Ridwan pada akhirnya.
"Aksa?"
Aksa tidak menjawab. Pria itu malah mengambil dompet dan ponselnya kemudian bangkit berdiri dari kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Same Office with Wife (Revisi)
RomanceVERSI LAMA -AKAN DILANJUTIN KOK, TAPI SETELAH SAME CAMPUS WITH WIFE TERBIT - YANG INI SAYA UNPUBLISH KARENA CERITA SEBELUMNYA (SAME CAMPUS WITH WIFE) AKAN TERBIT. ADA BEBERAPA PERUBAHAN DI CERITA ITU, JADI PADA CERITA YANG INI AKAN ADA BEBERAPA PERU...