Sekarang istirahat minum teh, tapi yang diminum Fau malah jus jambu batu. Fau duduk bersama Maya dan Stefani. Salah satu dari wanita itu sedang banyak pikiran.
"Kakak sepupu aku mau pinjam uang buat nikah," ujar Maya. Wanita itu memperlihatkan isi chat dia dan kakak sepupu nya. Sekali lihat saja Fau langsung tidak suka. Kakak sepupunya Maya mengirimkan pesan bertubi-tubi. Minjam uang pun maunya 3 bulan gajinya Maya. Katanya pinjam uang untuk persiapan nikah, udah sangat mendesak. Cara minjamnya juga lebih terlihat seperti menodong Maya. Rasanya Fau ingin ikut mengomel. Kakak sepupunya Maya setua apa sih sampai ngejar ingin cepat-cepat nikah, padahal nikah itu kalau sudah siap material bukan pas udah ada calonnya. Berasa calonnya bakal lari aja kalau kelamaan.
Iya sih Fau tidak pernah mengalami yang namanya krisis ekonomi, ngerasain yang namanya kepepet butuh uang, ingin nikah tapi tidak punya uang. Tapi kakak sepupunya Maya keterlaluan, salah satu chatnya juga nyuruh untuk tidak memberitahu Ibunya si Maya dan juga tantenya Maya alias Ibunya si peminjam, alasannya si sepupunya Maya ini tidak mau membuat khawatir keluarga. Padahal kalau Maya kasih tahu, keluarga yang lain bisa bantu pinjamin uang.
"Gimana dong? aku juga anak rantau jauh dari orang tua," kata Maya lagi.
"Bilang aja kamu juga hidup pas pasan, punya beberapa keperluan untuk dibeli, lagi cicil motor, banyak kos sendiri, dan lain-lain. Lagian kalau gaji 3 bulan kamu kasih, nanti selama 3 bulan ini kamu mau makan apa? Tahu sendiri kan anak kos itu kalau berbagi mie mantap aja rasanya sudah cukup susah, sekarang harga mie mantap yang 83 gram sudah Rp. 4500, kalau yang 69 gram Rp. 2100. Astaga," Stefani sebagai mantan anak rantau tahu betul susah senangnya mengatur gaji agar bisa menyisakan dua puluh ribu di dalam dompet.
"Lagi pula kalau mau nikah itu wajibnya cuma prosesi tiap agama masing-masing yang ujung-ujungnya menunggu teriakan sah! ah sama jangan lupa catat nama ke KUA atau capil supaya pasangannya gak direbut orang," Fau ikut nimbrung.
"Kalau aku sih butuh ijab kabul doang, bukan pesta," lanjut Fau. Pesta pernikahan Fau dan Aksa saja diselenggarakan kecil-kecilan. Tidak perlu bikin heboh sejagat raya hingga harus disiarkan langsung di TV. Soal mereka bukan artis, nanti yang nonton auto ganti channel.
"Makasih sarannya guys."
Kalau dihitung-hitung gaji fresh graduate nol pengalaman walau dia jurusan yang katanya bergaji besar tetap saja tidak sebanyak seperti yang dibayangkan. Semuanya butuh proses, butuh sertifikat untuk mendongkrak kenaikan jabatan, dan yang terpenting pengalaman. Seperti Stefani yang sudah bekerja 3 tahun di perusahaan ini, serta Maya yang baru 2 tahun. Kalau Fau baru hitungan minggu. Untuk bayar pajak mobil tahunan perlu ikat pinggang kencang-kencang.
Selagi istirahat minum teh ini Fau rajin mengecek ponselnya. Fau dan Bram akan pergi ke kantor pusat. Kata Bram mereka akan pergi setelah jam istirahat minum teh, Fau rajin mengecek ponsel takutnya tiba-tiba mendapat panggilan dadakan. Bisa keselek jambu batu kalau disuruh buru-buru.
"Kenapa Fau?" tanya Stefani.
"Bentar lagi mau ke kantor pusat. Bareng Pak Bram," Fau sengaja menekankan nama 'Pak Bram' untuk menggoda kedua wanita itu. Siapa sih yang tidak iri? Secara Bram itu sangat mapan, belum bisa dikatakan Om-om, masih single.
Tepat saat itu ponsel Fau bergetar. Dia sudah dipanggil. Fau segera pamit pada kedua wanita itu. Fau tidak tahu apakah membuat iri kedua wanita itu termasuk dosa. Entahlah.
...
Mungkin kalau Maya dan Stefani yang duduk berdua di mobil bersama Bram, keduanya bisa berdebar. Lain lagi dengan Fau yang biasa saja tuh, Bram tampan tetapi Aksa lebih tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Same Office with Wife (Revisi)
RomanceVERSI LAMA -AKAN DILANJUTIN KOK, TAPI SETELAH SAME CAMPUS WITH WIFE TERBIT - YANG INI SAYA UNPUBLISH KARENA CERITA SEBELUMNYA (SAME CAMPUS WITH WIFE) AKAN TERBIT. ADA BEBERAPA PERUBAHAN DI CERITA ITU, JADI PADA CERITA YANG INI AKAN ADA BEBERAPA PERU...