Antara hitam dan putih terdapat satu warna yang menjadi peralihan.
Antara hitam dan putih terdapat sisi yang seimbang melawan ego.
Antara hitam dan putih, ada sosok sang ksatria merah darah yang bimbang.
.
.Air wajah Felix terlihat murung sejak tadi. Segala rasa serba salah seakan menggerogoti alam bawah sadarnya. Dirinya yang hanya seorang ksatria tangan kanan raja tentu tidak bisa mengambil tindakan apapun tanda perintah. Dan sayangnya sang raja juga tak memiliki niat untuk melakukan titah apapun setelah mendengar Felix bercerita tentang kedatangannya ke kediaman Alpheus kemarin.
Ya, Claude tampak tidak peduli. Tidak menunjukkan emosi apapun setelah mendengar putrinya sendiri telah disabotase oleh salah satu keluarga bangsawan -sampai mempertaruhkan ingatan Claude yang hilang.
Kecewa? Sudah pasti. Kesal? Tidak salah lagi. Namun kembali, Felix tidak bisa melakukan tindakan sendiri untuk membuat keluarga Alpheus bertekuk lutut. Dan sesungguhnya yang membuat pemuda bersurai merah itu penasaran adalah, kenapa tuan Alpheus bersikeras ingin Jennette menempati singgasana putri raja? Padahal Athanasia lah satu-satunya keturunan Claude.
Dirinya bingung. Meski tak begitu banyak kenangan yang tercipta bersama Diana -istri Claude, Felix yakin segala aturan kerajaan dan garis sejarah benar-benar menyatakan bahwa Athanasia putri raja yang sah. Terlebih sangat nampak dari mata berlian biru yang dimiliki gadis itu.
Tatapan tak nyaman yang sejak tadi menghiasi wajah Felix kini tertuju pada Jennette. Gadis yang kemarin diundang untuk menemui Claude. Maka disinilah mereka, di taman berhiaskan bunga mawar, ditemani set hidangan manis dan teh, juga Claude yang menatap gadis itu tanpa ekspresi. Berbeda dengan Jennette yang tampak berusaha tetap tersenyum meski rasa canggung menyelimuti tubuh mungilnya.
"Kau," suara Claude akhirnya terdengar.
"Ya, Yang Mulia?"
"Jangan pernah berharap meraup keuntungan dari pertemananmu dengan Athanasia."
Jennette tersentak. Begitu pula Felix -yang tidak menyangka sama sekali Claude akan mengatakan hal itu dalam kondisi ingatannya yang belum kembali.
"S-saya.. tidak bermaksud demikian.."
Tanpa mengubah ekspresi sama sekali, Claude tiba-tiba menyodorkan sebuah hiasan pita satin dengan berlian di tengahnya. Jennette yang melihat benda itu tentu terkejut, mengapa bisa hadiah yang ia berikan pada Athanasia ada di tangan raja?
"Lalu apa maksudmu memberikan benda terkutuk ini padanya?"
Seketika Jennette menundukkan wajahnya -enggan untuk menatap sorot mata Claude yang mengintimidasinya. Keringat dinginpun mengucur di pelipis Jennette.
Posisi Claude yang sebelumnya menopang kepala dengan tangan kanan seketika berubah. Kini pria itu menggunakan tangan kanannya untuk menarik sebuah cahaya hitam dari pita satin di atas meja itu, mengendalikannya sampai terikat di atas tangan Claude.
Jennette kembali tersentak. Kemudian Felix refleks mengambil ancang-ancang untuk pedang yang bersarang pada tempatnya. Dilihat bagaimanapun, cahaya hitam yang keluar dari sana benar-benar tidak menunjukkan sihir aman sedikitpun. Bahkan sekelebat, pemuda itu melihat ada energi lain yang terkunci di dalam cahaya.
Karena tak mendapatkan tanggapan sama sekali dari lawan bicaranya, Claude seketika mengerutkan dahi. Tampangnya kini sama sekali tidak bersahabat. Apalagi menyadari Jennette terlihat panik melihat cahaya gelap di hadapannya.
"Apa yang kau rencanakan?" pertanyaan baru terlontar dari mulut sang raja.
Dengan tergagap Jennette tak sanggup untuk memberikan jawaban. Pilihannya hanya dua, ternggelam dalam kemurkaan raja atau kembali ke rumah dengan hukuman dari paman Alpheus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Servant (Suddenly I Became a Princess)
Fanfiction[ SUDDENLY I BECAME A PRINCESS FANFICTION ] Ini hanyalah kisah tentangnya, kesatria tangan kanan sang raja. Pemuda yang diam-diam masih berpikir naif untuk bisa hidup damai dan bahagia di samping rajanya. Disclaimer original story by Plutus / Spoon...