Orange

1.4K 210 37
                                    

Senja selalu melukiskan warna yang menenangkan.

Menyala dengan kehangatan.

Tanpa tahu ada kegelapan yang menunggu setelahnya.

.

.

.


Sebuah awal kisah seseorang selalu berbeda-beda. Dimulai dengan kesengsaraan kemudian diakhiri dengan bahagia, atau bahagia yang menyimpan kesengsaraan kelak. Felix tak pernah tahu dirinya berada di jalan takdir yang mana. Ia tak pernah yakin. Bagaikan kembali menjadi seorang remaja yang bingung akan cinta pertama, ia dilanda kegundahan yang tak membuatnya beristirahat sejenak pun. 

Kantung matanya menghitam. Jelas dirinya tak bisa tidur dengan nyenyak semalaman. Berkat obat penahan rasa sakit yang dikonsumsinya dengan sia-sia. Sakit tak berkurang, insomnia meningkat. Namun sebagai ksatria tangan kanan raja yang setia, pagi-pagi sekali ia sudah memosisikan diri untuk bertugas --seperti biasanya. 

Hanya saja saat sang raja membuka pintu kamar dan mendapati Felix ada di depan pintunya, nampak sebuah ekspresi terkejut yang jarang ditunjukkan Claude. 

"Apa-apaan kau?"

Dengan senyuman tipis lekaslah Felix menjawab, "Menjalankan tugas seperti biasa, Yang Mulia."

Kerutan samar di kening Claude terlihat. 

"Karena kau datang sepagi ini, berarti kau aku bebas tugaskan saat tengah hari."

"E-eh? Kenapa begitu, Yang Mulia?"

"Tentu saja karena kau belum sembuh total."

Tanpa bisa membantah atau sekadar melakukan pembelaan diri, Felix sudah ditinggalkan Claude berjalan beberapa langkah ke depan. 

"... anda terlalu mengkhawatirkan saya.."

Suara itu pelan, namun pendengaran tajam rajanya tentu mampu menangkap suara Felix. Maka ia berhenti melangkah, tubuhnya berbalik kembali menghadap pada sang ksatria. Seperti biasa, ekspresinya dingin. 

"Kau terluka parah karena melindungiku, jadi aku berhak mengawasimu sampai benar-benar pulih."

"Tapi melindungi anda sudah menjadi kewajiban saya,"

"Dan kau berhak mendapatkan perawatan atas hal itu."

"Jika saya tidak maksimal dalam bertugas, tidak menutup kemungkinan hal berbahaya akan terjadi lagi. Anda adalah raja, nyawa anda lebih berharga dari apapun."

"Nyawamu juga berharga untukku, bodoh."

Felix terdiam, seakan kehilangan semua kata-kata untuk melanjutkan perdebatan. Dirinya memang tak pernah menang sejak awal. Claude lah yang selalu menaklukannya. 

"Berhenti mengoceh. Aku tidak mau mengatakan hal memalukan seperti itu lagi."

Akhirnya Claude melanjutkan langkah. Tanpa tahu diam-diam Felix tersenyum senang berkat sebuah penghargaan lisan yang diucapkan tuannya. Sungguh tidak pernah terpikirkan. 

.

.

oOo

.

.


Your Servant (Suddenly I Became a Princess)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang