Fuchsia

1.2K 158 11
                                    

Para pejuang bilang, sebuah harmoni akan terbentuk setelah pertumpahan darah.

Saat pakaian biru dan ungu para pejuang telah ternodai oleh darah lawannya.

Namun, harmoni itu tak dirasakan oleh sang ksatria.

.

.

.

.


Kejadiannya terasa begitu cepat. Dan saat ini waktu seakan berhenti, dengan rasa sakit dan sesak yang tetap terasa.

Claude sendiri tidak pernah menyangka akan melakukan hal ini. Dengan tangannya sendiri. Dengan kesadaran penuh. Berdasar pada pilihannya.

Pedang itu, pedang dengan berkat raja yang selalu Claude gunakan untuk perang itu, kini menembus tubuh sang ksatria tangan kanannya.

Felix Rovein terduduk berlumuran darah di hadapan Claude. 

Bagaimana bisa?

Bukankah beberapa saat lalu niat awal Claude adalah memeriksa keadaan Athanasia yang tengah dijaga oleh Felix? Bukankah hanya itu? 

Niat awal memang selalu berubah jika situasi memberi kehendak. Permainan takdir ini kembali berputar dengan kusut. Bak amarah sang raja yang tampak jelas di garis wajahnya saat ini. 

Tatapan tajam itu hampir sama dengan saat dirinya mengeksekusi Roger. Namun ditambah dengan air kekecewaan yang tumpah. 

"Beraninya..." desis Claude pelan, gagal untuk menahan emosi. 

Saat memasuki ruangan ini Claude tak bisa menahan semua perasaan yang menghakiminya. Athanasia tak sadarkan diri, dengan luka-luka ringan di permukaan kulit sang putri. Lalu Felix tengah siap menusukkan pedang pada Athanasia yang tak sadar itu. Betapa miris pemandangan yang dilihatnya. 

Buah dari hal itu adalah sekarang ini. Kecepatan sang raja dalam memberi penghakiman masihlah yang terbaik di tanah Obelia. Seolah sangat terlatih dalam mengeksekusi orang tak setia. 

Felix terbatuk memuntahkan darah. Rasa sakit yang ia rasakan benar-benar nyata. Juga tatapan permusuhan di hadapannya itu juga begitu nyata. Padahal yang ia ingat, dirinya tengah berada di taman kerajaan bersama sang raja. Atau itu hanyalah dunia alam bawah sadarnya saja?

Saat sadar yang ada di hadapan mata hanya kemurkaan Claude. 

"... Yang Mulia.. ?"

Ya, tak salah lagi. Felix yang merasakan rasa sakit itu adalah Felix yang asli. Tanpa pengaruh racun dan sihir apapun. Tidak dikendalikan lagi oleh Aeternitas. Kesadarannya kembali, di waktu yang tidak tepat. 

Dengan cepat Claude menarik pedang yang tertancap di tubuh Felix dengan cepat, menimbulkan cipratan darah menodai lantai marmer ruangan tersebut. 

"Lucas, cepat bawa dan sembuhkan Athanasia." titah mutlak terdengar, dan langsung diindahkan oleh Lucas.

Sedangkan Claude akan memastikan nasib ksatrianya itu seperti apa kedepannya. Tentu setelah mendengar sepatah dua patah kata tentang alasan yang dimiliki Felix dalam hal ini. 

Claude sama sekali tidak bereaksi meski melihat Felix menggeliat kesakitan di lantai. Tak peduli juga dengan darah yang tak kunjung berhenti dari luka disana. 

"Ternyata benar aku seharusnya membunuhmu, bukan memperjuangkan kesembuhanmu." ucap Claude dingin. 

Pandangan Felix yang mulai tak fokus membuat semuanya semakin buruk. 

Your Servant (Suddenly I Became a Princess)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang