Part 7

46 24 0
                                    

POV Biyan
_____
Tak bisa ku percaya. Aku telah mengutarakan cintaku pada cewek populer di sekolahku. Aku sudah menyangka bahwa aku akan ditolak. Siapa sih yang mau sama cowok culun sepertiku. Setelah kejadian itu membuat ku termotivasi untuk mengubah penampilanku. Tak dapat dipungkiri, aku masih mencintainya. Setelah kejadian itu sebenarnya aku menyimpan dendam padanya. Dendam ini lah yang membuatku bisa berubah menjadi sekarang ini. Aku berusaha untuk merubah penampilanku, yang dulunya memakai kaca mata sekarang tidak lagi. Rangkaian perawatan hingga olahraga telah kutempuh ( bukan oplas ya...). Aku juga blelajar dengan giat agar diterima di universitas kedokteran terbaik yang ada di kotaku. Lima tahun ku menempuh pendidikan kuliah akhirnya aku lulus menjadi dokter. Selama itu tetap aku tak melupakannya. Kucari keberadaannya. Aku dapat tawaran dari rumah sakit besar di kotaku. Aku menerima tawaran itu, karena kebetulan aku juga sedang menjari kerja.
_____
" Selamat bro" katanya sambil menepuk-nepuk pundakku.
" Iya Yu. Lu juga." Kataku sambil menyeruput minumanku.
Dia Bayu, teman sekaligus sahabat selama aku SMA bahkan hingga sekarang.
" Gue mah baru awal, kalau lu mah udah terjamin."
" Malah lu yang terjamin. Punya restoran megah kaya begini."
" Halah, itu mah biasa." Katanya.
" Eh, gue denger nih si Ayumi..."
" Ayumi? Mana? "
" Belum juga gue selesai ngomong."
" Ehe,, lanjut pak." Kataku sambil nyengir.
" Itu si Ayumi kerja di kantor sebelah rumah sakit tempat lu kerja."
" Ah,, becanda lu Yu?"
" Kalau lu gak percaya yaudah." Katanya.
Esoknya, yang benar saja. Aku melihat Ayumi masuk ke gedung kantornya. Kebetulan jendela kerjanya berhadapan dengan ruang kerjaku.
" Apakah ini yang dinamakan jodoh?" Kataku sambil tersenyum. Aku sibuk memandang kearahnya. Ia tak sadar bahwa aku sedang memperhatikannya.
Aku berencana untuk pindah, karena apartemen lamaku sangat jauh dari rumah sakit. Bayu bilang ada apartemen yang dekat dengan rumah sakit. Akhirnya aku pindah. Aku sibuk memberes kan barang pasca kepindahanku. Aku melirik jam, pukul 5. Sebelum kesini tadi aku melihat ada supermarket didekat sini. Aku memutuskan pergi untuk membeli bahan makan malam. Aku berjalan menyusuri jalan sambil menikmati suasana sore yang indah dikota ini.
" Masak apa ya malam ini?" Gumamku. Tiba-tiba aku merasa ingin makan daging. Sibuk mencari daging aku melihat seseorang yang tak asing.
" Ayumi!" Teriakku didalam hati. Aku bingung apa yang harus aku lakukan. " Sapa atau tidak ya? Kalau kusapa bagaimana? Apa dia masih ingat sama aku?" Aku memutuskan untuk menghampirinya. Aku melihatnya masih sibuk dengan daging segar itu, sampai-sampai ia tak tahu bahwa aku telah ada disampingnya.
" Yang dikanan aja, lebih empuk" kataku.
" Eh iya." Katanya lagi. Lalu ia melirik kearahku lalu bertanya siapa aku. Ya dengan senang hati aku mempernalkan kembali siapa diriku. Ia terdiam sejenak. Aku melihat ekspresi terkejutnya sekaligus tidak percaya. Setelah aku memperkenalkan diri aku melihat kembali sikap Ayumi yang dulu. Memang benar-benar belum berubah. Walaupun begitu aku masih tetap mencintainya. Tak lama ia pergi meninggalkanku.
" Kau tak berubah Ayumi" gumamku. Aku membeli keperluan memasak lalu pulang. Namun betapa terkejutnya aku bahwa Apartemenku berdampingan dengan Apartemen Ayumi. Ini memang benar-benar tidak direncanakan. Aku senang. Dengan begini aku memiliki waktu untuk merebut hatinya. Ia sangat terkejut ketika aku sampai di apartemen dan ia juga sudah sampai dipintunya. Jantungku berdegup kencang. Sudah sekian lama aku ingin bertemu dengannya, mengobrol dengannya dan ingin menjadi pacarnya(eh...).
Aku mengajaknya makan di apartemenku, tak ku sangka ia mau.
Didapur aku sibuk memasak. Sesekali aku melihat kearahnya. Ia sedang memperhatikan sekelilingnya. Keduan mata kami beradu lalu kulihat perlahan mukanya terlihat memerah. Kualihkan pandangan ku.
" Ayumi malu? Lucu sekali." Gumamku sambil tertawa kecil. Aku menata makanan yang kumasak di atas piring begitu juga daging panggangnya. Aku datangi ia yang dari tadi duduk menungguku. Kutata makanan itu atas meja. Ia tampak lahap memakannya. Kulihat lagi kearahnya. Mukanya kembali memerah. Ia terlihat sangat lucu. Aku berusaha menahan sikapku agar terlihat biasa saja. Waktu terasa sangat cepat ia pamit pulang.
Aku bersiap untuk tidur. Aku masih kepoikiran dengan Ayumi. Gadis itu masih sama seperti yang dulu. Walau ada perubahan sedikit. Aku merasa ia mulai menerima keberadaanku. Walaupun itu sedikit.
Aku sibuk menangani pasien rumah sakit. Akhirnya aku mendapatkan waktu istirahat ku. Seperti biasa sambil menyeruput minuman kalengku. Aku melihatnya sedang sibuk dengan komputernya. Ia sedang bekerja keras. Aku juga sedang bekerja keras juga disini. Aku berharap ia dapat melihat dan menerimaku sedikit demi sedikit. Terdengar bunyi ketukan dari luar.
" Ada pasien diruang gawat darurat yang ingin pertolongan." Kata perawat itu. Kuraih jas putihku dan stetoskop yang ada dimejaku.
" Aku akan bekerja keras hari ini." Gumamku.
Hari ini aku pulang lebih awal. Ternyata ia ada didepanku. Aku mengejarnya. Seperti buasa aku dihujani oleh kata-kata judes si Ayumi.
" Untung gue cinta sama lo. Kalau enggak." Gumamku kesal. Entah mengapa ada yang aneh darinya. Selama perjalanan ia sering menatapku. Aku berusaha mengendalikan sikapku.
" Ngapain ni anak. Mandangin gue mulu" gumamku. Aku teringat Yumi kan suka bakso. Kebetulan ada watung bakso di dekat sini. Aku mengajaknya kesana. Namun tak semudah itu untuk mengajaknya kesana. Ia mencoba mengelak, namun aku tahu bahwa ia juga ingin pergi kesana. Kutarik tangannya.
Aku dan dia duduk berdampingan. Jantungku mulai berdegup kencang. Sejenak suasana menjadi canggung sampai dua mangkuk bakso datang dihadapan kami. Segera kami menyantap makanan kami.
" Emang ya lo suka bakso, kalau gue gimana lo suka gak?" Kataku. Setelah kata-kata itu ku lontarkan, aku mendengar Ayumi batuk. Segera aku ambilkan air lalu dengan cepat ia mengambilnya dari tanganku. Mendadak suasana canggung kembali. Tak perlu waktu lama semangkuk bakso telah habis kusantap. Aku membayar bakso. Niat hati ingin mentraktirnya namun ia menolak. Aku berkilah jika ia bisa mentraktirku es krim sebagai gantinya. Ia setuju.
Kami menikmati es krim selama perjalanan pulang. Aku sebenarnya khawatir jika Ayumi akan demam karena tak biasanya orang makan di malam hari. Tapi aku berusaha berfikir positif. Tapi dugaanku memang benar. Esok nya Ayumi terkena demam. Aku merasa bersalah. Kuberanikan diri untuk menjenguknya. Aku sempat pergi ke supermarket untuk membeli bahan membuat bubur, membeli kompres demam, dan puding dingin kesukaannya. Ayumi sempat pingsan karena suhu badannya yang tinggi. Aku sibuk memasak bubur di dapur sesekali kulihat wajahnya yang memerah sedang tertidur pulas.
" Lagi demam pun masih tetap imut" gumamku. Tak lama akhirnya dia tersadar. Aku membantunya duduk. Segera aku menyerahkan bubur buatan ku tadi. Kulirik jam. Pukul tujuh. Dengan berat hati kutinggalkan ia yang sedang demam sendirian. Tapi untuk berjaga-jaga aku meninggalkan nomor teleponku.
Aku pulang lebih awal karena khawatir dengan keadaannya. Aku tiba di pintu apartemennya. Pintunya tak terkunci.
" Untung gue yang datang. Kalau yang lain gimana?" Aku masuk. Kudapati Ayumi yang tertidur pulas. Kuraba dahinya. Masih panas namun udah agak mendingan dari tadi pagi. Ku ganti kompresnya yang sudah tipis dengan yang baru. Aku duduk samping kasurnya.Ia masih tertidur pulas. Kutatap wajahnya yang mungil dengan mulutnyabyang sedikit terbuka. Jantungku berdetak kencang. Aku berusaha menahan diriku. Ayumi terbangun. Aku terkejut. Ia duduk. Kuliahat wajahnya basah oleh keringat. Aku langsung menyuruhnya untuk ganti baju. Tapi aneh ia malah malu.
" Gimana coba mau ganti baju kalau lo ada disini? " Katanya. Sontak aku jadi salah tingkah. Aku keluar dari apartemennya. Tak lama ia keluar. Aku meminta izinnya untuk masuk kembali. Untuk kesekian kalinya aku dihujani kata-kata judesnya. Walaupun begitu aku masih tetap mencintainya.
Pagi itu ada yang aneh. Baru pertama kalinya aku menerima ucapan terima kasih yang kurasa tulus dari seorang Ayumi. Aku berusaha menaggapi nya dengan santai. Padahal aku tidak baik-baik saja pada saat itu.
_____
Bersambung...
Ditunggu Vote dan Comment nya karena saya juga masih dalam tahap belajar.
Selamat membacaa😊

What A Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang