part 6

56 24 0
                                    

Pov Ayumi
______
***
" Yuk pulang." Ajaknya
" Bentar lagi ya?." Kataku lagi.
" Nanti ketinggalan bus lo."
" Yasudah." Aku beranjak dari posisi duduk lalu mengikutinya dari belakang.
" Padahal masih banyak yang belum kita coba." Kataku pelan.
" Kapan-kapan kan bisa. Emang bukanya hari ini doang?"
" Iya juga." Jawabku.
" Bus datang 30 menit lagi, mau beli oleh-oleh?"
" Masih sempat? Yakin?"
" Yakin, udah ayo." Senyumku merekah. Dengan senang hati aku mengikutinya. Sesampainya di toko, mataku disuguhkan dengan pernak-pernik lucu. Aku bingung pilih yang mana.
" Nah pusing kan lo? Mau yang mana? " Aku terkejut karena sibuk memandangi barang-barang itu.
" Bingung nih, mana ya?"
" Ini aja deh." Sambil mengulurkan gantungan kunci kucing. Ku ambil.
" Selera lo bagus juga." aku tertawa.
" Iya dong, lu beli itu aja. Ntar couple-an sama gue." Sambil menunjukkan gantungan kuncinya.
" Lah, kok samaan?"
" Lo kan kesini bareng gue, jadi buat tanda aja kalau lu pernah jalan sama gue."
" Konyol" kataku.
" Tapi bagus juga sih Ganci nya. Yaudah gue beli yang ini. Tapi lu yang bayarin?"
" Tenang."
" Eh gue aja deh, sekalian beli juga buat Meka. Bagusan yang mana ya?"
Aku sibuk memilih yang cocok untuk Meka.
" Ahaa... Ini aja deh. Meka kan suka sama yang beginian
" Gantungan kunci replika mini menara eifel.
" Sini biar gue yang pegang." Tawarnya. Segera kuserahkan padanya. Aku masih memandangi mulai dari boneka hingga aksesoris kecil yang ada di toko itu.
" Udah, yuk pulang?."
" Bayar?"
" Udah beres, yuk?"
" Tapi.."
" Udah buruan nanti kita ketinggalan." Aku tak bisa menolaknya lagi.
Didalam bus aku merasa sangat mengantuk. Baru saja ingin memejamkan mata, pundakku tersa berat. Kupicingkan mata, ternyata Biyan sudah terlelap pas diatas pundakku. Aku membeku. Jantungku mulah berdetak kencang dan wajahku mulai panas. Gimana nggak deg-deg an. Wajahku dan wajahnya berjarak beberapa centi saja. Aku juga mencium wangi rambutnya. Selama perjalanan aku hanya diam tapi perasaan ku tengah sibuk didalam. Bus perlahan menepi.
" Gimana nih cara banguninnya, mana pulas banget lagi." Aku memegang pipinya, kutepuk pelan. Tak ada pergerakan. Kutepuk pipinya lagi, kali ini lebih kuat. Ia mengerang.
" Bagus, sudah bangun kau Biyan." Gumamku. Tak kupercaya ia malah memelukku. Aku terkejut. Sontak ku lepaskan pelukannya dan mendorongnya ke samping. Alhasil kepalanya terhantuk ke jendela.
" Aduhh.. lo kenapa sih? Bangunin dengan cara baik-baik gak bisa apa?" Sambil mengelus kepalanya yang sakit.
" Lu juga sih udah gak bisa bangun malah nyelonong meluk-meluk orang." Kami sibuk berdebat.
" Mas sama Mbaknya gak turun atau mau lanjut lagi?" Tanya supir di depan.
" Turun pak." Kataku dan Biyan serentak. Kami segera turun.
" Jangan marahin mas nya dong, mbak kan pacarnya?" Kata supir tadi.
" Bukan pak." Kata ku.
" Lah bukan pacar toh. Tapi ngapain peluk-pelukan." Muka ku rasanya panas.
" Bukan pak, si dia mungkin lagi gak sadar, tadi juga lagi tidur." Kilahku. Si supir hanya tertawa dan berlalu meninggalkan kami.
" Semua gara-gara lo sih. Pakai peluk-peluk segala. Kan malu sama bapaknya."
" Ya kan gue lagi gak sadar juga."
" Kesel." Kataku sambil berlalu dari hadapannya.
" Jadi, harus jadi pacar dulu baru boleh meluk?" Katanya sambil berlari kecil menuju arahku. Aku hanya diam dan fokus ke depan.
" Kalau gitu lo mau jadi pacar gue?" Aku hanya diam.
" Jawab dong, gue lagi ngutarain perasaan ini." Aku berhenti, ku tatap Biyan.
" Lo mau tau jawabannya. Enggak."
" Lahh,,,kok gitu. Gue kira lo udah cinta sama gue."
" Gak semudah itu Biyan."
" Kalau itu mau lo gue terima. Tapi lo ingat kalau gue masih cinta sama lo." Aku masih diam. Tak kusangka aku bisa nolak cintanya Biyan denga santai. Walaupun dengan susah payah ku kontrol emosi ku saat itu. Jujur saja, aku masih belum siap untuk jatung cinta, punya pacar atau apalah itu.
Aku bersiap untuk tidur. Sebelum tidur aku mengetik pesan untuk Biyan.

Entah sejak kapan aku mulai nyaman didekatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah sejak kapan aku mulai nyaman didekatnya. Bahkan aku mungkin mencintainya. Tapi persaanku bertolak belakang dengan pemikiranku. Perasaanku mengatakan aku mulai mencintainya. Tetapi fikiranku menolaknya. Aku bingung. Apakah ini yang dirasakan seseorang ketika jatuh cinta?. Aku tak paham.

***
" Eh Meka sini bentar. Ada yang mau gue kasih ke lo?" Mika yang kebetulan lewat.
" Apaan Mi? Gak biasanya."
" Semalam gue ke taman hiburan. Ini oleh-oleh buat lu." Sambil menyodorkan gantungan kunci itu.
" Bagus banget. Makasih."
" Iya, udah gue duga lo bakal suka" kataku. Meka sudah tak mendengarkan ku. Ia sibuk dengan ganci nya.
" Btw, gak biasanya lo pergi ketempat yang begituan? Sama pacar lo kan? Eh pacar? Gak mungkin. Tapi mungkin aja? "
" Bareng teman kok. Kapan- kapan kita pergi bareng. Tempatmya juga bagus."
" Yaah,,,kirain pacar."
" Lah, kok lo yang kecewa?" Tanya ku lagi.
" Gak papa. Eh makasih ya ini lucu banget." Sambil berlalu dari hadapanku.
" Emang ya tu anak" sambil menggelengkan kepala.
Jam kerja ku habis. Aku berjalan keluar menuju rumah. Didepan sudah ada Biyan.
" Loh kok disini?"
" Kuy pulang bareng. Tapi nanti mampir ke toko buku dulu. Ada yang mau gue beli."
" Oke. Gue juga mau beli." Sambil berjalan di sampingnya. Aku teringat lagi dengan Biyan yang dulu. Ia sadar bahwa aku sedang menatapnya.
" Apa? " Tanya nya. Dengan cepat ku alihkan pandangan ke arah toko baju di depan.
" Bagus banget ya bajunya."
" Mau mampir?" Katanya.
" Eh enggak. Kita kan ketoko buku."
" Muka lo merah lagi tuh. Demam lagi?"
" Enggak kok. Mungkin efek sinar matahari tadi siang. Jadi agak lebam." Kataku. Biyan mengangguk.
Di toko buku. Aku sibuk dengan buku ku dan begitu. Juga Biyan. Aku memutuskan apa yang ingin ku beli.
" Udah? Gue udah nih."
" Bentar gue lagi bingung nih. Bagusan mana ini atau ini?" Menunjuk dua buku di atas rak itu.
" Kedua-dua nya bagus kok"
" Kalau gitu gue beli dua." Kami berjalan menuju kasir. Kami sampai di depan pintu apartemen masing-masing. Muncul seorang gadis mungkin lebih tua dariku dan langsung memeluk Biyan. Biyan tertawa lalu membalas pelukan dan membelai rambut gadis itu.Aku hanya diam.
" Mungkin pacarnya." Gumamku lagi. Aku membuka pintu. Bergegas ubtuk tidur. Aku berusaha untuk tidur. Tapi masih ada yang menjanggal didalam fikiranku.
" Siapa dia? Datang terus sembarangan aja meluk-meluk orang." Gumamku.
" Eh bentar, lu siapa sampai-sampai cemburu sama masalah begituan, pacar bukan ngapain lu sibuk?"
" Arkhhhh...." Geramku kesal. Aku membenamkan tubuhku didalam selimut tebalku.
_________
Bersambung....
Kira-kira siapa ya gadis itu?
Pacar Biyan kah?
Tunggu par selanjutnya ya😊
Ditunggu Vote dan Comment nya karena saya masih dalam tahap belajar😊
Selamat membaca❤️

What A Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang