Part 15

17 11 0
                                    

POV Author
_________

Kedua orang itu sekarang sedang berdiri dan merenung kembali apa yang telah terjadi beberapa menit tadi.
Di depan pintu Ayumi masih sibuk mengendalikan dirinya. Ia tak habis fikir, tiba-tiba dicium oleh pria setelah mereka makan malam bersama. Ia tak henti-hentinya memegang pipi bekas ciuman tadi. Wajahnya tampak merona. Maklumlah, ini adalah kali pertama bagi Ayumi di cium oleh laki-laki.

Begitu juga dengan orang yang ada di ruangan sebelahnya. Ia terduduk ia mengelus tengkuknya lalu berdiri. Tak lama kemudian duduk kembali.

" Gue ngapain tadi? Pasti Yumi terkejut. "

Ia merebahkan dirinya diatas kasur. Mencoba menutup mata. Namun bayangan akan kejadian tadi berhasil menghantuinya.

POV Biyan.

Entah sejak kapan aku tertidur. Aku meraih alarm ku yang sudah memekik dari tadi. Aku duduk di tepi ranjang. Mengusap wajahku lalu bangkit kekamar mandi. Aku ada jadwal penting hari ini. Hanna akan datang ke rumah sakit untuk Check up tentunya akulah yang menjadi dokter pribadinya, sesuai permintaannya dan herannya Papanya tidak menolak sama sekali.

" aku serahkan putriku pada mu. Aku tahu kau adalah Dokter yang hebat. " Begitu katanya sambil menepuk punggungku. Aku tersenyum tipis.

Entah mengapa orang ini sangat percaya kepadaku. Karena sudah diberikan tugas seperti ini aku akan berusaha sebisa ku.

Selesai bersiap-siap aku bergegas memasang sepatu dan keluar dari apartemen. Ternyata diluar ada Ayumi yang kebetulan juga mau berangkat ke kantornya.

Mendadak aku merasa sangat canggung berada didekatnya. Namun aku berusaha bersikap seperti biasanya biasanya.

" Pagi Yumi. Udah rapi gini mau kemana? "

" Aduh,,,, ngapain gue nanya begitu udah jelas kekantor lah.." rutukku.

" Kekantor. Gue duluan ya." Jawabnya singkat dan berlalu dari hadapanku.

Aku tahu ia marah padaku. Bahkan ketika berbicara ia tak menatapku. Aku menghembuskan nafas keras.

" Tungguin gue." Kataku sambil setengah berlari menghampiri nya. Ia tak menggubris panggilan ku.

Kami sampai di halte bis. Tak ada percakapan antara kami. Ayumi hanya diam sesekali memalingkan wajahnya dari ku.

" Nih anak marah beneran. Mampus gue. " Sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal.

" Lo marah ke gue?" Tanyaku. Namun tak ada jawaban. Ia hanya melirik kesana kemari dan tak memperdulikanku.

" Jawab dong. Kalau salah aku minta maaf." Kataku lembut. Seperti tadi, juga tak ada jawaban.

" Gue mana tahan kalau didiemin gini."

Kuraih kepalanya lalu kuputar kearahku. Ia masih enggan menatapku.

" Maafin gue. Gue gak sengaja." Ia menepis tanganku dari pipinya.

" Udah lupain aja." Katanya singkat.

" Beneran nih? "

" Iyaaa...." Jawabnya ketus.

Aku hanya nyengir sambil mengusak rambut nya. Aku mendapat hobi baru yaitu membelai rambut halusnya itu. Karena aku sangat suka bau rambutnya. Wangi shampoo nya yang khas.

" Kan mulai lagi, udah susah nyisir malah lo rusakin lagi." Sambil merapikan rambutnya.

" Eh...maaf."

Ia hanya mendengus kesal. Aku membantunya merapikan rambutnya.   Bau shampoo nya meyerbak didalam hidungku.

" Harum banget. Pake shampoo apa sih? "  Aku tertawa kecil.

What A Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang