Part 5

57 26 4
                                    

POV Ayumi
__________

Saat terbangun aku sudah ada di kasur. Aku mendengar ada suara disusul oleh bau harum makanan dari dapur. Kupicingkan mata, ternyata Biyan. Tak butuh waktu lama Biyan datang.
" Nih bubur, makan terus minum obat." Katanya.
" Gak perlu repot-repot. Udah agak mendingan kok. Bentar lagi juga sembuh." Kataku sambil membetulkan dudukku. Ia memberikan bantal kepunggungku biar nyaman pas duduk

" Mendingan dari mana, panas badannya aja belum turun-turun." Sambil menunjukkan termometer ke arahku.
" Buburnya dimakan, ntar keburu dingin. Atau mau Gue suapin."
" Eh.. gak usah, gue bisa sendiri kok." Secelat kilat semangkuk bubur hangat sudah berpindah ke tanganku.
" Enak." Gumamku sambil melanjutkan suapan selanjutnya.
" Habis makan lo istirahat, gue mau berangkat dulu. Tadi gue beli pudding kesukaan lo, gue taro di kulkas. Kalau kompresnya udah gak dingin lagi, ganti yang baru,gue taro di meja. Terus... Kalau ada apa-apa lo telpon aja gue. Nomor gue udah ada di hp lo. Gue berangkat." Jelasnya panjang lebar. Tak sempat menjawab Biyan sudah menghilang.
" Dasar Biyan." Kataku sambil menikmati bubur buatannya. Pipiku terasa hangat.
" Ah,,mungkin efek dari panas badanku." Sambil senyum sendiri. Ternyata enak juga kalau ada yang perhatian. Aku melanjutkan tidurku.
Ada sesuatu yang hangat menyentuh kepalaku. Aku hanya diam. Sebenarnya aku sudah bangun. Lah, kok jadi dingin lagi. Ternyata kompresku di ganti lagi. Aku penasaran.
" Udah bangun." Tanyanya, lalu duduk di samping kasurku.
" Eh.. iya." Kataku sambil pura-pura seperti orang bangun tidur. Aku duduk.
" Gak ganti baju?"
" Nggak, nanti aja."
" Udah basah gini. Gih ganti, nanti masuk angin."
" Udah nanti aja." Kilah ku.
" Bisa gak kali ini dengerin gue."
" Gimana coba mau ganti baju kalau lo ada disini? " sebenarnya bisa sih di kamar mandi. Mendadak wajahnya menjadi malu.
" Ehehe,, maaf, yaudah gue keluar dulu." Sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal. Setelah ia pergi, bergegas aku mengganti pakaian ku. Semenit kemudian selesai. Kubuka pintu kembali. Ia masih ada didepan.
" Udah?"
" Udah dong, kalau belum mana mau gue buka nih pintu."
" Ehehe. Boleh gue masuk?"
" Gak. Sana pulang, gue udah gak papa." Jawabku ketus.
" Yaudah gue pulang nih, tapi jangan lupa kalau mau makan angetin lagi bubur yang gue masak tadi." Katanya. Ia pun berlalu dari hadapanku. Sebenarnya aku tak sadar apa yang tadi aku ucapin. Aku merasa bersalah karena menyuruhnya pulang tadi. Tapi aku sudah tak tahan menghadapi perhatian yang dilakukannya selama hari ini. Karena aku mengusirnya jadi lupa deh bilang makasih ke dia.
Pagi menyapa hari ini. Badanku pun sudah segar kembali. Aku bersiap-siap ke kantor. Meka bilang hari ini ada meeting penting. Aku bergegas menuju halte bis.
" Pagi Yumi."
" Pagi Biyan." Jawabku datar
" Gimana, udah sembuh?"
" Udah."
" Syukurlah."
" Btw, makasih ya udah nolongin gue."
" Iya Mi. Ini kan juga gara-gara gue."
" Nggak, emang sakit mau datang mau gimana lagi? " Asik ngobrol dengan Biyan tau-tau bus udah datang. Segera kami naik.
***
"Akhirnya selesai, saatnya pulang." Secepat kilat kubereskan semuanya. Sebelum pulang aku berencana mampir ke toko buku sebentar. Kebetulan penulis kesukaanku menerbitkan buku barunya. Kebetulan besok hari libur. Jadi aku punya banyak waktu untuk menikmati isi bukunya.
Aku merebahkan badanku ke kasur. Tak lupa kubawa buku tadi bersamaku. Tak butuh waktu lama, pikiranku sudah sudah terhipnotis oleh buku itu. Halaman demi halaman aku lalui. Bunyi dering gawai ku membuyarkan konsentrasiku. Aku kesal. Kulihat, tenyata pesan dari Biyan.

 Kulihat, tenyata pesan dari Biyan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
What A Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang