Part 11

42 21 0
                                    

POV Author
_______

Biyan dan keluarganya sibuk mempersiapkan pernikahan Risa. Begitu juga dengan Ayumi. Ia juga ikut andil dalam pernikahan Risa. Mulai dari mengurus tempat hingga mencari WO yang bagus untuk kelancaran acara tersebut.

Ayumi duduk di kursi sesekali menghela nafas. Terlihat bulir air muncul dari ujung dahinya.
" Ini mbak air" ucap salah seorang kerabat dari Biyan.
" Iya,,makasih ya nte." Ia menunduk sopan lalu tersenyum. Tak lama ia pun berlalu meninggalkan Ayumi. Aku meneguk air tadi.
" Ayumi, gak pulang? Udah beres semua kok. Biar gue antar."
" Bentar lagi. Ini juga baru beres. Gak usah, gue bisa pulang sendiri. Masih banyak yang perlu lo urus." Sambil mengelap peluhnya. Memang cuaca sedang terik-teriknya. Dengan sigap Biyan mengeluarkan sapu tangan lalu menyapu bersih kerangat yang ada di wajah Ayumi. Sekejap terlihat rona merah di tulang pipi Ayumi.
" Lahh,,,,mulai lagi nih anak. Untung jantung gue baik-baik aja."
" Gue bawa tissue kok. Kan sapu tangan lo kotor." Ayumi salah tingkah.
" Gak papa. " jawab Biyan Sambil menatapnya dengan mata teduh itu.
" Sini sapu tangannya." Merampas nya dari Biyan.
" Gue cuci dulu. Baru gue kasih ke lo lagi. Eh iya gue mau ngurus dekornya dulu, macamnya ada yang ketinggalan."
" Eehhh bentar." Belum sempat, Ayumi sudah meninggalkannya. Sempat terlihat olehnya rona merah terpampang di pipinya.

POV Ayumi.
________

Mendadak jantung ku berdegup kencang, wajah ku panas, telingaku juga tak ketinggalan panas. Biyan masih sibuk mengusap keringatku. Aku hanya terpaku sambil menatap wajahnya sesekali ia juga menatapku dengan mata nan teduh itu. Telebih lagi jarak wajah ku dan wajahnya hanya berjarak beberapa centi saja. Banyangin aja kalau kalian diposisi aku gimana.
" Ambyar deh gue."
Tak lama Biyan menjauh dari hadapanku. Ia hanya tersenyum sambil melihatku. Ia masih memegang sapu tangan kotak-kotak biru itu.
" Aduhh pakai senyum segala. Ibu tolong anak mu ini."
Karena tak tahan aku berusaha mencari alasan. Aku mengambil sapu tangan itu karena alasan kotor. Emang iya sih, masa dia yang nyuci. Terlebih lagi itu adalah keringatku. Lalu, aku berlalu dari hadapannya. Ia memasang wajah heran saat aku berbalik. Aku mendengarnya menghentikan ku. Tapi kubiarkan saja.
" Aku sudah mencapai batasku Biyan." Sambil berjalan menjauhinya.

Aku sangat bekerja keras hari ini. Aku merasa sudah menjadi bagian dari keluarga Biyan. Karena aku merasa tidak orang sembarangan yang bisa ikut membantu persiapan. Belum lagi saat kerabatnya menganggapku sebagai pacar Biyan. Apalagi Mama nya yang sering memanggilku menantu yang juga di timpali oleh Kak Risa yang selalu menggoda kami.
" Gue harap kalian bakalan nyusul gue."
" Tergantung Ayumi sih." Jawab Biyan asal.
Deg....
" Hehe,,,," aku hanya tertawa kecil.
" Gue pasti nolongin kalian kok. "
" Halah kak. Kalau lo bantuin nikahan gue pasti semua bakalan berantakan."
" Apa lo?" Sambil nampol jidatnya Biyan. Aku hanya tertawa kecil saat melihat pertengkaran saudara yang sering ku lihat akhir-akhir ini.
" Sudah-sudah,, udah mau nikah masih aja gangguin adiknya. Kamu juga Biyan cepet dong susul kakaknya." Kulihat Biyan salah tingkah.
" Berat ya mah, sini Biyan angkatkan." Sambil meraih ember yang di bawa tante Rita,Mamanya.
" Ayumi mau kan jadi menantu di keluarga ini?" Sambil memegang tanganku. Aku terkejut. Kutatap kak Risa yang tengah tersenyum ke arahku.
" Ehhh, gimana ya tante.." sambil menggaruk telingaku yang sebenarnya nggak gatal, malahan panas.
" Udah terima aja." Kak Risa menyenggol bahuku pelan dan pergi meninggalkan kami berdua.
" Jawabnya boleh besok-besok ya tante."
" Jangan panggil tante. Mamah aja. Biar lebih akrab." Sambil tersenyum ke arahku.
" Ehe iya tan,,eh mamah" ia mengelus kepalaku dan pamit kalau masih ada yang dikerjain di depan.
" Si mamah baik banget." Ntah kenapa aku merasa nyaman dan bahagia. Aku tak bisa menahan senyuman yang terus mengambang di wajahku.
" Ngapain lo senyam-senyum aja dari tadi? Karena mau gue lamar?"
" Ge-er banget sih jadi orang. Siapa juga yang gak senang. Besok bakalan jadi hari bahagia macamnya gue juga kecipratan rasa bahagianya. Masa lo gak ngerasain. Secara ya kakak lo yang nikah."
" Gue bahagia kok. Apa lagi ada elo yg bantuin ngurus semuanya. " Ia masih menatapku. Tersenyum.
" Gue sakit diabetes nih kalau lama-lama senyumnya manis bangett.."
" Dari pada ngeliatin gue, mending lo urus dekorasi di depan. Masih belum selesai." Kataku mencari alasan.
" Iyaaaa." Sambil mengusak rambutku.
" Cepeeet." Desakku. Ia berbalik tak lupa memberikan senyuman terakhirnya sebelum ia pergi. Tinggallah aku yang tengah mengusap-usap pipi dan telinga yang panas karena Biyan.

Aku sibuk menata dekorasi yang dibantu oleh WO. Biyan juga sibuk menyebarkan undangan. Calon manten juga sibuk dengan urusan baju hingga undangan. Besok adalah hari H. Targetnya semuanya akan diselesaikan hari ini.

" Pyuh... Akhirnya selsai juga." Sesuatu menempel dipipiku.
" Ini minum. Pasti seger." Biyan sudah duduk di samping ku.
" Makasih." Sambil meneguk minuman,
" Capek juga ya ternyata. Gak kebayang kalau mamah sendiri yang ngurus." Sambil menatap setiap sudut ruangan resepsi.
" Bener. Ribet juga."
" Gue juga beruntung ada lo yang mau bantuin gue." Tatapannya mengarah ke padaku.
" Gue senang bisa bantuin lo."
" Makasih ya." Aku merasakan tatapan kedua matanya sangat nyaman. Mata kami terpaut satu sama lain.
" Jantung mohon bantuannya." Wajahnya mendekat kearahku. Panas membalut wajahku. Aku menutupkan mata.
" Pacarannya pending dulu. Bantuin mamah milih menu makanan buat besok." Kami terkejut aku memalingkan wajahku.
" Kok gue sih? Kan lo yang punya resepsi." Aku melihat kekesalan dari wajahnya.
" Ya maap. Gue ada urusan keluar."
" Eh iya kak. Nanti aku dan Biyan bakal ke situ." Kataku. Biyan asik misuh-misuh sendiri.
" Gue serahin ke lo ya Mi?"
" Siap kak." Sambil mengacungkan jempol kearahnya.ia berlalu dari hadapan kami. Aku melihat Biyan.
" Yuk." Ajakku. Ia menoleh dengan tatapan yang menyedihkan.
" Udah ayuk. Mamah kamu udah nungguin."
Ia berjalan ke arahku.

Jam menunjukkan pukul 5 sore. Aku pamit ke mamah dan Kak Risa.
" Besok kesini ya? Jangan sampai gak datang."
" Makasih ya udah nolongin gue gue gak tau kalau nggak ada lo. Kalau Biyan sendiri mah gak bakalan jadi nih acara."
" Apaan sih lo kak." Sahut Biyan dari pagar rumah.
" Udah-udah gih berangkat, nanti keburu maghrib loh."
" Iya mah." Aku meraih tangannya lalu mengecum punggung tangannya.
" Biyan,, anterin anak gadis sampai ke rumah. Jangan kencang-kencang."
" Siiiip mah."
Kami masuk ke mobil. Perlahan mobil melaju meninggalkan Mamah dan kak Risa di teras rumah.

" Gak capek? Kan gue bisa pulang naik taksi." Aku tak memandang nya.
" Gak papa. Sekalian gue juga mau ke Apartemen."
" Lo gak tidur di rumah?"
" Nggak. Males, pasti gaduh banget. Nggak bakalan bisa tidur."
" Lo harusnya di rumah lah. Kan besok acara. Besok gue yakin lo bakalan sibuk."
" Ya pasti lah. Tapi gue sempetin buat nyamperin lo." Sambil nyubit pipiku.
" Eh,, ngapain nyubit pipi orang, sakit tau."
" Malu juga tauuuu." Gumamku.
" Ehe sorry,, soalnya pipi lo cute banget."
" Oke fix, pipi gue merah lagi nih."
" Tapi jangan dicubit juga."
" Ehehe. Lo demam? Merah banget muka lo."
" Eh iya? Gak kok B aja." Sambil memegang pipi panas ku.
" Habis ini istirahat. Ntar lo sakit lagi."
" Lo doain gue sakit?"
" Yaa enggak."
" Fokus aja ke depan."
" Iya-iya." Ia melengos. Aku terkekeh melihat ekspresi itu.
" Ngapain ketawa? Ada yang lucu?"
" Yeee,,,gak usah galak gitu lah."
" Kan lo juga." Kini terbalik malah aku yang melengos. Tak ada satu katapun terucap sampai kami tiba di Apartemen. Aku masuk, bukannya langsung mandi malah rebahan. Aku merasa lelah sekali. Pukul 6 sore. Aku bergegas kekamar mandi. Setelah segar aku duduk di pinggir kasur sedang mengeringkan rambut. Gawai ku berdering. Kalian pasti tau itu pesan dari siapa.

 Kalian pasti tau itu pesan dari siapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Ternyata receh juga nih anak." Aku hanya tersenyum melihat percakapan kami di chat.
Aku merebahkan tubuhku.
" Makasih Biyan udah buat gue merah-merah hari ini."
Aku terlelap.....

_________________
Bersambung......
Maaf ya lama Up nya soalnya Author sibuk ujian (maklum udah kelas 12)😂
Setelah membaca silahkan meninggalkan Vote atau komentar...
Selamat membaca❤️

What A Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang