46.

283 22 0
                                    

Suasana hening itu menyelimuti seseorang yang tengah terbaring di ranjang nya, perlahan matanya terbuka, ia menggerakkan tubuhnya perlahan dan berhasil duduk.

Ia melihat ruangan itu, persis seperti ruangan yang pernah ia tempati sebelum nyawanya hilang, ia tersenyum tipis dan mencabut selang infus yang berada di tangan kanannya.

"Malam ini tepat 3 tahun aku mati, semuanya harus selesai" ucapnya lirih.

Ia mencabut masker oksigen di hidungnya dan beberapa alat yang terhubung dengan tubuhnya, kakinya turun menyentuh lantai yang sangat dingin, namun dinginnya tak mengalahkan dingin tubuh dan hatinya.

Ia berdiri dan berjalan pelan menuju pintu, saat memutar knop pintu ternyata ada seseorang yang juga membuka pintu itu.

Tatapan mereka bertemu, berbeda dengan tatapan kosong luna, tatapan pria itu menyiratkan kekagetan.

Ia diam lalu tangannya terulur menyentuh pipi luna.

Nyata.

Pikirnya, ia pun segera memeluk tubuh rapuh itu, tanpa tahu bagaimana wajah sebenarnya orang yang ia peluk, menyeringai bagaikan iblis yang baru saja bertemu dengan tumbalnya.

Dingin, itulah kesan yang ia dapatkan saat merengkuh tubuh rapuh itu, ia menghirup dalam aroma tubuh orang yang benar-benar sudah merebut hatinya.

"Kamu mau kemana?" ucapnya pelan.

"Membunuh mu" ucap luna tajam.

Seketika riki mendorong tubuh luna saat merasakan sesuatu di punggungnya, ia sedikit meringis saat merasakan tubuh bagian belakangnya tergores pisau yang entah sejak kapan luna pegang.

Luna terhempas ke lantai dengan pisau yang di penuhi darah, ia menyeringai.

Saat akan bangun riki mendorong nya dan mencekik leher luna, "kau" desisnya.

"Kembalikan luna brengsek" ucap riki mempererat cekikannya.

Yang di cekik hanya menyeringai dengan tatapan yang menyeramkan namun tak membuat riki takut.

"Kau akan membunuh orang yang sama namun dengan 2 nyawa berbeda" ucap luna pelan.

Riki diam, cekikannya melonggar, tatapannya kosong, ia mundur beberapa langkah lalu memegang kepalanya erat, suara itu memenuhi pikirannya.

Bunuh dia
Kau bisa melakukanya
Siapa yang menginginkan dirimu hah?
Kau monster pembunuh
Monster

Riki pun kembali menatap luna dengan tatapan berbeda, ia meraih tiang infus itu lalu saat akan menghempaskan ke arah luna ada tangan lain yang menghalanginya.

Brak

"Lo gila hah? Lo mau bunuh luna?" ucap fihan kesal.

°flashback on°

"Gue punya firasat buruk" ucap sivia panik.

"Kenapa?" ucap tobi melihat ke arah sivia.

"Luna, kita harus kesana sekarang!" ucap sivia semakin panik.

"Lo kenapa si vi? Jangan bikin kita panik!" ucap fihan kesal.

"Iya vi, cerita yang bener" ucap esa

"Jangan bilang lo deja vu?" ucap fihan penasaran.

Sivia hanya mengangguk dan menelan ludah, "lo tau kan? Deja vu gue gak pernah salah?" ucap sivia.

"Oke ayo pergi" ucap fihan lalu keluar dari basecamp diiringi yang lainnya.

Saat di lorong rumah sakit mereka tak henti merapalkan doa, "luna, bisa di kunjungi?" ucap fihan pada resepsionis itu.

"Iya, ruang 2-B" ucap resepsionis

Mereka pun berlari menuju ruang 2-B dan kaget saat mendapati riki yang akan memukul luna dengan sebuah tiang infus.

°flashback off°

"Lo gak waras" ucap esa tajam lalu membantu luna berdiri.
Luna hanya menyeringai menatap riki.
"Dia bukan luna, dirasuki arwah jahat" ucap riki
"Apa maksud lo?" ucap hadi bingung.
Aisya seketika diam membeku saat melihat luna, tatapan mata kosong dengan seringaian di bibirnya, aisya menarik tangan sivia takut, sivia yang menyadari itu mengikuti arah pandang aisya dan mundur beberapa langkah.

"Lo siapa?" ucap sivia takut.
Mereka semuapun menatap luna.
"Aku?" ucap luna pelan sembari menunjuk dirinya sendiri.

Esa yang di samping luna pun mendadak takut, karena tangan luna yang ia pegang sangat dingin, esa pun melepaskan tangannya.

"Aku alasan luna untuk tetap hidup" ucapnya tajam ke arah riki.
"Kita harus bunuh dia" ucap riki panik.
"Lo gila? Dia luna sahabat kita brengsek" ucap fihan kesal lalu memukul riki.

Tanpa mereka sadari luna pergi dari ruangan itu.

To be continuous💜

DEPRESI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang