(Part 2) Menari Di Hari Pernikahan

3.9K 157 1
                                    

Hari berlalu, pernikahan Ratih kini hanya tinggal 1 minggu lagi. Aku yang memang belakangan ini sepi job tidak begitu kesusahan mempersiapkan diri dengan sisa waktu yang cukup. Aku memang biasa mengenakan kostum hingga peralatan make up milik pribadi ketika bertugas dimanapun karena memang menurutku akan terasa lebih nyaman serta jika waktu persiapan sangat mepet aku tidak begitu kesulitan menyesuaikan wardrobe yang disiapkan oleh organizer event seperti biasanya.

Karena jangka waktu pernikahan Ratih sudah tinggal seminggu lagi, akupun merasa harus meminta nama-nama orang yang terlibat dalam pernikahannya untuk aku sesuaikan di teks MC pernikahannya. Akupun mencoba bertanya kepada Ratih lewat pesan singkat di Whatsapp.

"Tih kirimin gue undangan lu donk, gue pen liat nama-nama tamu sesepuh sama calon lu nih biar enak gue latihannya".

Setelah sekitar 5 menit pesanku terkirim akhirnya Ratih mengirimkan foto undangannya tanpa ada pesan lain. Aku semakin heran karena Ratih semakin menunjukan perbedaannya. Ratih yang dulu cerewet kini rasanya sangat cuek. Sempat rasanya agak sakit hati namun aku tetap harus fokus pada tugasku dan tidak mau berfikiran yang aneh-aneh.

Ketika melihat undangannya aku sempat kaget dan kecewa ternyata Ratih tidak menikah dengan Andre, pacarnya yang dulu aku kenal. Tapi tak apalah, jodoh memang tidak bisa diduga-duga. Nama calon Ratih adalah Asep Ujang. Hmm, orang sunda nampaknya.

(4 Hari Kemudian)

Pagi hari ditanggal 5 Februari 2019.
Sebagai orang yang mungkin menantikan Job sejak lama, aku memang bisa dibilang mendadak rajin untuk bangun pagi padahal inipun sudah jam 9, hehe. Setelah selesai mandi dan hendak bersiap untuk memasak mie instan ala anak kos, tiba-tiba ibuku menelpon dan meminta untuk diantar kerumah sakit karena dadanya sesak. Aku tanya kemana orang dirumah katanya bapak sudah berangkat kerja sedangkan adikku juga sudah berangkat sekolah dan ibu juga baru saja merasakan sesak tiba-tiba. Karena perlengkapan MC memang tidak begitu ribet dan cukup untuk dimasukkan kedalam 1 tas dan alat make up juga muat disimpan didalam box motorku, akhirnya akupun putuskan untuk mengantar ibu ke Rumah Sakit sambil berangkat ke tempat Ratih.

Sesampainya di Rumah Sakit, Dokter yang memeriksa ibuku berkata bahwa tidak ada gejala yang begitu serius setelah ibuku diperiksa. "Mungkin ibu hanya kangen sama anaknya aja, dek" kata dokter. Akupun akhirnya mengantar ibu pulang dengan turut membawa  sedikit obat dari dokter tersebut. Diperjalanan pulang aku bercerita kepada ibu bahwa aku ingin menjadi MC di pernikahan Ratih. Ibu hanya berpesan "Yaudah nanti setelah selesai pulangnya kerumah dulu yah beng".

Setelah mengantar ibu pulang akupun langsung melanjutkan perjalanan ke tempat Ratih di jam 11.30. Ibuku sempat menahanku untuk menunggu dzuhur terlebih dahulu baru melanjutkan peejalanan. Namun, karena dari rumahku ke rumah Ratih jaraknya memang tidak terlalu jauh hanya 30 menit saja akupun meyakinkan ibuku kalau aku akan sholat nanti dirumah Ratih saja.

15 menit perjalanan dengan motorku berlalu, tiba-tiba langit seperti mendung dan cukup gelap. "Padahal ini tengah hari dan musim panas, kok bisa yah segini mendungnya" gumamku.

5 menit setelahnya tiba-tiba hujan turun langsung sangat derasnya. Aku langsung berteduh disebuah bangunan yang sepertinya terlihat kosong. Memang tidak ada tempat lain untuk berteduh saat itu selain bangunan itu. Untungnya waktuku tepat sehingga bajuku tidak terlalu basah kuyup. "Padahal tinggal bentar lagi perjalanan, malah hujan" gerutuku dalam hati.

Akupun mengirim pesan Whatsapp ke Ratih sekedar memberitahu kalau aku memang sudah sebentar lagi sampai dirumahnya hanya saja hujan turun. Ratih tidak berkata apa-apa, hanya membalas dengan mengirim foto suasana ditempatnya. Anehnya di foto tersebut justru sinar matahari cukup terang dan tidak terlihat tanda-tanda turun hujan sama sekali. Saking herannya aku memperhatikannya lebih dalam khawatir apa yang dia kirim adalah foto lama. Tapi dari suasananya memang benar bahwa itu adalah rumah Ratih dan terlihat ada beberapa orang sedang memasang tenda pernikahan.

15 menit berlalu hujan masih belum juga berhenti. Tiba-tiba dari arah utara dua orang anak yang terlihat sedang hujan-hujanan menghampiriku untuk meneduh. Mereka terlihat menggigil dan basah kuyup.

"Kok udahan ujanannya dek?" tanyaku kepada 2 anak tersebut membuka pembicaraan.
"Udahan om, dingiinnn" jawab salah seorang anak.
"Om rapih amat, mau kemana emang?" tanya anak sebelahnya.
"Ini mau kerumah temen om ga jauh dari sini dek" jawabku
"Siapa emang?" tanyanya lagi
"Teh Ratih tau?" kataku
"Oh tetehnya si putri yah, mau ngelayat om?" tanyanya lagi. Pertanyaan ini membuat aku kaget dan penuh tanda tanya.
"Eh kok ngelayat sih, Om kan mau jadi MC Pernikahannya teh Ratih" jawabku dengan nada agak tinggi karena terbawa kaget.
"Oh omnya mungkin belum tau kali ya, kan seminggu yang lalu si Putri sama Ibunya meninggal kecelakaan om" Jelas si anak kecil itu yang semakin membuatku kaget lagi sekaligus sedih.
"Eh jangan sembarangan ngomong kamu!" kataku mulai semakin menegang. Kedua anak kecil tersebut malah lari lagi entah kemana sambil teriak "Dikasih tau kok malah marah-marah! Aneh si om!"

MENARI DI HARI PERNIKAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang