(Part 10) Menari Di Hari Pernikahan

3.2K 137 2
                                    

JANUR KUNING

Waktu Isya berlalu.
Aku yang kenyang sedari tadi mulai merapihkan diri untuk keluar rumah. Tidak untuk pergi jauh atau bermain kemanapun, tapi untuk sekedar keluar dan melihat sudah berapa persen persiapan untuk acara besok.

Sambil melangkah aku membawa beberapa draft konsep yang nantinya akan kuobrolkan juga dengan Adit. Kalau melihat situasi di lokasi sih aku pikir semuanya sudah hampir 99% dan tinggal pelaksanaannya saja. Mulai dari tata letak panggung, pengeras suara, dekorasi, hingga alat musik semuanya sudah terlihat rapih. Aku rasa aku justru akan lebih banyak berbicara tentang hal lain dengan Adit ketimbang urusan konsep ini. Lagipula, dari maghrib tadi pikiranku masih terus terngiang oleh sosok almarhumah Putri yang tiba-tiba saja datang kepadaku. Bahkan rasanya sedih sekali jika mengingat sekali lagi mimpi itu, Putri yang sudah besar amatlah cantik sekali. Andai ia masih hidup, pasti aku sudah pacari dia, hehe.

Ditengah perjalanan menuju tenda pernikahan aku melewati tenda masak yang malam ini terlihat lebih sibuk dari hari-hari sebelumnya. Maklum saja, besok acara sudah akan dimulai jadi malam ini para juru masak pasti akan kerja lebih keras lagi untuk bisa menyuguhkan hidangan yang nikmat. Aroma masakannya sungguh menggugah selera meskipun perutku sudah sangat kenyang. Tapi ada satu lagi hal yang menarik perhatianku. Saat sedang asyiknya masak, ada satu juru masak yang tiba-tiba saja lari dari belakang menuju ke salah satu pria yang sedang memegang buku kecil. Mungkin pria yang memegang buku kecil tersebut adalah mandornya. Tak sengaja aku mendengar pembicaraan mereka berdua ketika melewatinya.

"Kang, gawat kang" kata pria juru masak yang tadi lari dari belakang. Suaranya agak gemetar sepertinya dia sedang ketakutan atau habis menemukan suatu bahaya.

"Gawat kenapa, Din?" tanya sang mandor. Masih dengan catatan di bukunya, pria ini justru terlihat sedikit tenang.

"Semua masakan kita yang berkuah basi semua kang, sayur mayur yang kita baru stok tadi siang juga sekarang semuanya membusuk kang. Bagaimana ini?" jelas si juru masak. Pernyataan ini membuat langkahku terhenti sejenak. Bagaimana bisa masakan yang baru saja matang bisa begitu cepat basi? Dan sayuran yang baru dibeli langsung membusuk begitu saja? Pikiranku mulau kemana-mana.

"Hah? Yang bener kamu Din? Ayo coba kita cek!" kali ini sang mandor tidak setenang tadi. Raut wajahnya benar-benar menunjukkan bahwa ia sangat kaget. Mereka berdua langsung berlari ke belakang sedangkan aku masih sempat memperhatikan mereka berlari ketika berhenti sejenak.

Sepanjang karirku menjadi MC di banyak pernikahan, kejadian ini memang belum pernah kurasakan langsung adanya. Namun, konon memang banyak sekali yang bercerita kepadaku bahwa hal itu sangat bisa sekali terjadi. Dan penyebabnya tidak mungkin bisa diketahui secara pikiran logika saja. Ada hal yang lebih spiritual jika kita ingin mengetahui penyebabnya, katanya.

Berada disini dalam waktu yang cukup lama rasanya terus membuatku makin merinding. Tapi aku cukup menahan pikiran yang aneh-aneh dan melanjutkan langkahku yang tadi sempat terhenti.

Didepan aku langsung melihat Adit yang juga baru saja datang. Adit langsung menghampiriku sesaat setelah memarkirkan motornya.

"Nih Dit, draft nya udah beres" sambutku sambil menyodorkan secarik kertas penuh coretan kepadanya.

"Oh iya beng, yang ini mah insyaAllah bisa langsung rampung. Gue lagi ada masalah lain nih" jawabnya dengan nafas yang ngos-ngosan seperti orang habis lari memutari lapangan.

"Kenape lagi sih, Dit?" tanyaku penasaran.

"Sekarang udah jam 8 malem dan anak buah gue belum ada yang dapet janur kuning sama sekali dari tadi siang, Beng. Padahal yang nyari 5 orang, loh." jawab Adit. Mukanya begitu kebingungan. Sesekali ia melihat Whatsapp-nya untuk membalas beberapa Chat dari anak buahnya.

"Astaga, lu tau ga Dit, di dapur masakan juga tiba-tiba basi semua tuh katanya" balas aku.

"Hah? Seriusan lu Beng?"

"Iya, tadi gue lewat tenda dapur dan denger langsung juru masaknya bilang gitu ke mandor"

"Astaga makin merinding gua Beng jadinya. Untungnya urusan masak pake catering orang laen bukan dari gua juga".

Aku dan Adit akhirnya duduk di kursi tamu yang sudah rapih tertata supaya lebih nyaman pembicaraanya. Adit akhirnya menutup handphone-nya dengan mengirim voice note terakhir pada 5 anak buahnya tersebut agar bisa menolongnya mencarikan janur kuning yang belum didapatkan. Memang hal janggal makin nampak dengan jelasnya hari demi hari disini. Akupun mulai membicarakannya dengan Adit tentang semua kejanggalan tersebut.

"Dit, lu ngerasa ga sih kalo banyak banget hal aneh disini? Mulai dari almarhumah Putri yang tiba-tiba nyamperin kita, sedikitnya masyarakat yang simpati sama acara pernikahan ini, sampe yang gue sama lu temuin barusan. Merinding gue Dit"

"Gue juga merinding Beng, kaya ada serangan ghoib diam-diam di pernikahan ini." mendengar jawaban Adit, aku langsung teringat dengan mantan pacar Ratih. Mungkinkah Andre sakit hati? Pikirku.

"Eh satu lagi yang dari kemaren gue belum tau jawabannya Dit. Lu tau Andre kan? Mantannya Ratih. Lu tau ga dia kemana?" tanyaku penasaran.

"Oh iya gue tau tuh, gue juga lupa terus mau cerita ke lu dari kemaren tentang Andre ini. Dia meninggal Beng, satu hari setelah meninggalnya Ibu Ratih dan Putri." jawaban Adit membuatku hampir loncat saking kagetnya. Aku hanya melongo tanpa ada kata apapun yang keluar dari mulut.

"Konon katanya dia meninggal karena serangan jantung juga. Dan yang paling serem menurut gua, bulan kemaren dia sempet diminta jadi MC buat nikahan Ratih karena dia kan saat itu pimpinan sanggar seni tempat Putri belajar Tari dan memang dipandang udah biasa banget jadi MC kaya lu juga tapi Andre nolak karena udah terlanjur sakit hati ditinggal nikah ama Ratih."

"Astaghfirullah" aku hanya bisa beristighfar mendengar penjelasan Adit. Lalu Adit melanjutkan ceritanya.

"Nah, di hari meninggalnya ibu Ratih sama Putri, itu mereka baru aja pulang dari sanggar Andre. Konon ibunya sempet nangis-nangis didepan Andre karena ibunya juga lebih setuju kalo Ratih nikahnya ama Andre."

Bersambung...

MENARI DI HARI PERNIKAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang