(Part 13) Menari Di Hari Pernikahan

3.1K 117 1
                                    

KELUARGA MEMPELAI PRIA MULAI DATANG

Setelah ketiga kalinya Putri mengatakan Tolong Teh Ratih, tiba-tiba saja lampu kamar menyala. Kipas angin juga perlahan mulai berputar. Suara Putri sepertinya sudah perlahan menghilang. Suasana kembali menjadi lebih tenang dan sejuk. Perlahan kuberanikan diri untuk membuka mata sambil terus mengucap istighfar. Aku tahu ketika mataku terbuka saat itu juga pandanganku pasti akan tertuju kepada cermin.

Aku kaget bukan kepalang. Saat kubuka mata dan merasakan seluruh kamar mulai jelas terlihat karena lampu yang sudah menyala,  ada Ratih tengah berdiri tepat dibelakangku.

"Yaampun Ibeng, Ibeng. Lu kenapa kok dandan gelap-gelapan? Mana matanya merem lagi." Ratih justru menertawakanku karena melihat aku tengah memegang dasi yang siap untuk diikat di kerah tapi dengan kondisi kamar yang gelap dan mata terpejam.

"Astagfirullah, Ratih! Lu ini ngagetin gue aja! Biasanya juga kalo masuk salam dulu." tak sadar aku malah membentaknya saking kagetnya. Tak peduli lah dia akan marah atau tidak. Kata-kataku yang barusan itu memang refleks keluar dengan sendirinya. Lagipula Ratih malah lebih menertawakanku setelah aku bentak.

"Hahaha. Beng, gue tadi udah ucap salam diluar. Tapi lu kaga jawab. Begitu gue liat kamar kok gelap yaudah gue masuk. Pas gue ke kamar ngeliat elu kok merem-merem gitu didepan kaca" Ratih kembali menertawakan aku. Aku tak peduli karena aku juga tak mungkin menceritakan apa yang barusan terjadi kepadanya.

Ratih datang membawakan sarapan. Ia terlihat masih mengenakan baju tidur. Dia bilang kalau dia tidak akan mandi sebelum akad berlangsung. Memang sudah menjadi tradisi disini kalau pengantin tidak dianjurkan untuk mandi sebelum acara pernikahan dimulai.

Tradisi itu memang sudah menjadi kepercayaan turun menurun bagi beberapa masyarakat Indonesia. Hampir semua pengantin yang aku pernah jumpai sendiri memang mengaku tidak mandi pagi sebelum acara dimulai. Katanya juga, menurut kepercayaan orang tua disini jika pengantin mandi pagi sebelum acara dimulai, bisa jadi ketika acara berlangsung hujan deras akan turun. Entahlah, percaya atau tidak itu urusan masing-masing. Tapi sepanjang aku memandu acara pernikahan dimanapun, aku selalu berusaha menghargai tradisi yang berbeda-beda di masing-masing daerah. Lagipula menurutku perbedaan itu indah jika kita bisa saling menerima dan menghargai satu sama lain.

Setelah membawakanku sarapan sambil menertawakanku yang terlihat aneh baginya, Ratih kembali pulang. Dia bilang dia mau cuci muka dan bersiap mengenakan gaun kebahagiaannya. Aku yang sudah selesai mengenakan dasi dan jas kebanggaanku-pun akhirnya duduk diruang tamu untuk menyantap sarapan yang dibawakan oleh Ratih.

Sarapanku yang ada didepan mata ini sebenarnya sangat enak sekali rasanya. Tapi perasaan dan fikiranku justru belum bisa sepenuhnya menikmati karena masih terngiang oleh kejadian yang tadi.

"Apa yang sebenarnya dimaksud oleh Putri? Aku tahu dan menyadari memang banyak hal aneh yang terjadi pada Ratih, tapi aku harus menolongnya bagaimana? Apakah nanti akan ada kejadian aneh lagi yang menimpa Ratih sehingga Putri bilang Tolong Teh Ratih?"

Pertanyaan-pertanyaan itu terus terngiang dalam pikiranku. Hingga tidak sadar ternyata sarapanku sudah kuhabiskan satu piring.

Aku beranjak keluar Rumah setelah menghabiskan sarapanku. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 8 tepat. 1 jam sebelum acara memang adalah waktu paling final untukku mengumpulkan mood baik sebelum bertugas menjadi MC. Aku mulai menenangkan diri dan perlahan melupakan kejadian-kejadian aneh untuk sejenak.

Kulihat Bapak Penghulu dari KUA setempat sudah mulai datang. Para keluarga Ratih yang dari jauh-pun sudah mulai berkumpul. Adit dan anak buahnya juga sudah mulai sibuk daritadi mengkondisikan peralatan soundsystem yang ada.

Jam 8.45 Bos Asep dengan keluarga besarnya mulai datang. Ia keluar dari sebuah mobil Vellfire yang sangat mewah dan dihias sedemikian cantiknya.

Akupun menyambutnya dengan ucapan selamat datang. Alunan musik jaipong mulai dimainkan. Keluarga besar Ratih berdiri berjejer dikanan kiri membuat sebuah jalur dimana pihak mempelai pria akan disambut dan diantar menuju pelaminan. Para penari Jaipong mulai menyambut kedatangan keluarga mempelai pria dengan tarian yang sangat cantik dan gemulai. Perpaduan antara transisi gerakan dengan ketukan musiknya sangat pas dan tidak kaku.

Setelah tarian Jaipong selesai, Pak Ade langsung menggandeng Bos Asep dan membawanya berjalan menuju sebuah meja yang akan dilangsungkan akad nikah. Disana sudah duduk Bapak Penghulu dan para saksi dari kedua belah pihak. Sementara Ratih memang belum berada disana dab baru akan didatangkan setelah prosesi akad nikah dinyatakan sah. Sejauh ini semuanya masih berjalan lancar.

Bersambung...

MENARI DI HARI PERNIKAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang