Bagian 2 ( Ibram Cakrabumi )

54 13 2
                                    

Senja mulai terbenam di ufuk barat, terlihat laki-laki tampan sedang duduk di bibir pantai menikmati senja yang mungkin tidak dapat ia lihat kembali.

Lelaki itu memikirkan kehidupannya kelak, apakah ia akan bahagia? atau malah sebaliknya?.

Apapun yang terjadi ia harus tetap menjalani hidup baik itu suka maupun duka, hidup hanya perlu mengikuti alur cerita yang sudah dibuat oleh sang pencipta.

Tuhan tahu kapan makhluknya harus mendapatkan musibah, dan kapan Makhluknya harus bahagia, semua hanya butuh proses dan sedikit penantian.

"Nak kamu di sini? bentar lagi kita berangkat loh" Ujar seorang wanita paruh baya yang tidak lain adalah mamanya Ibram yang bernama Yolanda

"Ma, aku gak mau pulang" Ujar Ibram ketus

"Tapi kamu minggu depan udah mulai masuk sekolah loh" Ujar Yolanda

"Aku mau pindah" Ujar Ibram dingin

"Gak bisa nak, kalo kamu pindah mama tinggal sama siapa? " Ujar Yolanda lembut berusaha tidak membentak anaknya

"Hmmmm, oke fine I follow you mom"ujar Ibram gusar

"nice, i like it.thanks son" Yolanda.

Ibram hanya menganggukkan kepala dan langsung dimengerti oleh mamanya.
"Bersiaplah sekarang jadwal penerbangan kita 30 menit lagi" Yolanda

"....."

Yolanda pergi untuk berkemas,sedangkan Ibram masih termenung memandangi senja yang perlahan digantikan oleh kegelapan.

Ibram mengambil sebuah buku diary dari dalam tasnya dan menuliskan sesuatu di sana.

Mungkin aneh bagi sebagian orang untuk laki-laki yang suka menulis diary, tapi tidak bagi Ibram baginya diary adalah wadah untuk menyimpan sebuah fakta atau rahasia yang orang lain tidak harus mengetahuinya.

"Gue benci sama diri gue sendiri, karena gue gak bisa ngerubah apa yang ada di dalam diri gue. Gue pengen kaya orang kebanyakan,gue pengen punya temen tapi itu gak bisa"  tulisnya dalam diary.

Ia berdiri dari duduknya untuk berbenah barang-barangnya,dan pergi meninggalkan tempat di mana ia dibesarkan.

~~•~~

Hari hari berlalu tak ada yang berubah dari diri seorang Ibram Cakrabumi.Ia tetap menjadi Ibram yang dingin, pendiam, dan jutek.

"Nak kamu besok udah masuk sekolah,apa kamu udah siap-siap? "Yolanda

"Udh"

"Kalau begitu kita makan malam dulu yuk"ajak Yolanda

"gak laper"

Yolanda menghembuskan nafas gusar mendengar jawaban sang anak, yang begitu irit dalam berbicara.

"Yasudah kamu tidur gih udah malam" suruhnya

"....."

Tak ada jawaban yang diberikan oleh Ibram.Yolanda kembali terdiam melihat kelakuan anaknya.

Merasa bahwa sang mama tidak memberi pertanyaan lagi ia bangkit dari duduknya dan masuk kamar untuk tidur.

~~•~~

Keesokan harinya Ibram bangun pagi-pagi sekali entah mengapa rasanya ia tidak ingin berlama-lama berada dirumah. Akhirnya ia memutuskan untuk berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali.

Saat tiba di sekolah ia risih melihat kakak kelas dan teman sebayanya yang terus memandanginya sejak ia sampai di sekolah.

Ia buru-buru masuk ke kelas dan mengambil kursi paling pojok belakang sebagai tempat duduknya.

"Hai Ibram,gue boleh duduk di samping lo gak" Tanya Bianca

"gak" Jawab Ibram

Bianca mengerucutkan bibirnya mendengar penuturan Ibram.

"iiih, kok gak boleh sih. Kita kan pacaran"ujar Bianca dengan nada yang di buat-buat. Membuat Ibram yang mendengarnya bergidik ngeri.

"Idih, gue gak pernah punya pacar dan gak akan punya pacar kek lo"tegas Ibram

Skakmat

Orang-orang yang memperhatikan mereka sedari tadi menahan tawa dan nafas mendengar penuturan Ibram yang menurut mereka kejam dan menohok hati.

Bianca berlalu setelah mendengar ucapan Ibram yang memalukan baginya.

~~•~~

Bel masuk berbunyi, keadaan kelas yang awalnya tenang dan sunyi tiba-tiba menjadi ricuh ada yang mabar game online, salon salonan, tidur, makan, kejar-kejaran dan masih banyak lagi.

Ibram hanya melirik sekilas, lalu kembali memfokuskan diri ke novel yang ia baca.
Tak lama, datangnya Bu Bella yang merupakan wali kelas mereka ke kelas.

"Anak-anak Ibu minta perhatiannya sebentar, ada yang ingin Ibu sampaikan" Bu Bella

"Everything for you baby"ujar Doni.

Mendengar Doni berkata yang sedemikian itu kepada Bu Bella, Ibram hanya geleng-geleng kepala.

Saat Bu Bella menyampaikan ada siswi baru yang akan menjadi salah satu anggota Xipa2 Ibram tidak terlalu tertarik, ia hanya fokus membaca novelnya saja.

Sampai saat dimana Bu Bella berkata bahwa siswi baru itu akan duduk di sampingnya, ia kaget bukan main karena tidak ada seorangpun yang pernah duduk di sampingnya kecuali mamanya itupun terkadang.

"oh, iya ya.Yang merasa bernama Ibram silahkan angkat tangan"pinta Bu Bella.

Dengan berat hati, Ibram mengangkat tangannya. Tapi ketika hendak mengangkat tangan Ibram tekejut melihat semua siswa mengangkat tangannya.

Ia mengurungkan niatnya untuk mengangkat tangannya. Namun untuk yang kedua kalinya Bu Bella menyebut namanya. Apalah dayanya Ibram tak bisa mengelak akhirnya ia mengngkat tangan dan mendapati gadis itu menghampirinya.

"Hai nama aku Ajeng Putriayu, bisa di panggil Ajeng"ucap gadis itu seraya mengulurkan tangan

"Udah tau" batin Ibram

Ia hanya melirik sekilas tangan gadis itu, tanpa berniat membalasnya

"Gue alergi sama cewek" batinnya lagi.

Bisa di lihat dari raut wajahnya, gadis itu kecewa atas penolakan yang diberikan Ibram padanya tapi apalah daya Ajeng yang hanya seorang gadis desa yang datang ke kota untuk mengadu nasib.

Melihat Ajeng melakukan hal konyol membuat Ibram gagal fokus lantaran Ajeng selalu merecokinya dengan berbagai pertanyaan,seperti Ibram udah makan?, udah ngejain pr?, Ibram pinter gak?,kalo pinter ajarin Ajeng ya?.

"Gak emang lo pikir gue bapak lo" Ujar Ibram ketus

Ibram mulai merasa tidak enak jika dekat dengan siswi baru itu, karena sifatnya yang super aktif, ceria, cerewet, dan bawel. Jauh berbanding terbalik dengan sifat dirinya yang pendiam dan kalem.

IbramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang