Bagian 14

35 9 0
                                    

Setelah kejadian drama kesedihan kemarin sore, hubungan Ajeng dan Ibram semakin akrab. Seperti yang dilakukan keduanya di kelas saat jamkos

"Masnya jangan tidur dong, kan Ajeng gak ada temen lagi" Pinta Ajeng sambil merengek.

"Huft, iya iya" Ibram.

"Kita main aja yuk, supaya Masnya gak ngantuk" Ajak Ajeng.

"Hmmm" Ibram mengiyakan.

Mereka masih sempat sempatnya bermain, di mana besok akan diadakan ulangan akhir semester.

Kegiatan bermain mereka berdua tak luput dari tatapan sinis beberapa siswa perempuan.

"Eh, asyik nih kayaknya boleh ikutan gak? " Tanya Rehan tiba tiba.

"Boleh, makin banyak orang makin rame" Ucap Ajeng.

Mood Ibram yang tadinya baik mendadak turun, setelah kedatangan Rehan.

"Gue udahan" Ucap Ibram ketus.

"Loh, masnya kok udahan sih?"  Tanya Ajeng.

"Males" Jawab Ibram sambil menatap jengkel ke Rehan.

"Yaudah je, kita berdua aja yang main" Ajak Rehan.

"Hmmm, oke deh. Daripada gak ada kerjaan" Ucap Ajeng lesu.

"Yaelah, di iyain lagi. Gue kira kalo gue gak main, dia juga gak" Batin Ibram kesal.

"Yess, Ajeng mau. Lumayan maju satu langkah" Batin Rehan.

Akhirnya mereka berdua bermain dengan senangnya, yang tanpa mereka sadari Ibram terus memperhatikan mereka seraya menahan amarah.

~~•~~

"Je, kantin yuk? "Ajak Rehan.

Ajeng berpikir sejenak mengenai ajakan Rehan. Ia ingin ikut tapi, bagaimana dengan Ibram apakah ia harus meninggalkan Ibram sendiri.

"Ajeng gak usah ikut aja kali ya?, kasian masnya kan gak bisa bersosialisasi sama orang" Batinnya.

"Gausah, Ajeng udah bawa bekal" Jawab Ajeng.

"Emang enak di tolak lagi, wkwkwk" Batin Ibram menyindir.

"Yah, masa di tolak lagi sih?" Batin Rehan.

"Yaudah deh, dahhh" Ucap Rehan seraya meninggalkan Ajeng dan Ibram.

Sepeninggalan Rehan, Ibram mengeluarkan bekalnya yang dibuatkan oleh Ajeng pagi tadi.

Ajeng hanya memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh Ibram. Ajeng menelan salivanya melihat Ibram mulai memakan makananya.

"Haduuh, Ajeng sebenernya laper, tapi masa Ajeng harus ninggalin masnya sih" Batinnya.

"Lo gak makan? "Tanya Ibram.

"Gak" Jawab Ajeng.

"Katanya tadi bawa bekal" Ujar Ibram mengejek.

"Sebenernya Ajeng gak bawa bekal,  Ajeng mau ke kantin, Tapi Ajeng gak tega kalo ninggalin Masnya makan sendiri" Jawab Ajeng seadanya.

Deg

Hati Ibram tesentil mendengar penuturan Ajeng. Dimana gadis itu rela tidak makan demi menemaninya di kelas. Akhirnya, Ibram membagi bekalnya dengan Ajeng.

"Yaudah. Nih, kita makan sama sama" Ucap Ibram.

Ajeng yang mendengar perkataan Ibram pun mengembangkan senyumnya. Dengan lahap ia memakan bekal itu, Ibram yang melihatnya hanya menggelengkan kepala.

"Unik" Batinnya.

"Masnya, kok malah ngelamun. Ayo makan bareng" Ajak Ajeng.

"Ehh, iya iya" Ibram.

"Masnya mau Ajeng suapin?" Tanya Ajeng.

"Emang mau? " Tanya Ibram.

"Emang di bolehin? " Balas Ajeng.

"Hmmm, boleh deh" Ujar Ibram.

"Beneran? " Tanya Ajeng tak percaya.

"Iyaa, cepetan. Nanti gue berubah pikiran " Ibram.

Mendengar ucapan Ibram, Ajeng segera menyuapkan nasi ke mulut Ibram. Ia terlihat amat bahagia hanya dengan menyuapi Ibram.

"Nih, masnya makan yang banyak. Aaaa" Ucap Ajeng.

Ibram hanya tersenyum sambil membuka mulutnya lebar lebar.

Tanpa mereka sadari, ada seorang siswi yang tengah memperhatikan mereka sambil menahan amarah.

"Liat aja, gue bakal dapetin Ibram. Berani beraninya dia mau ngambil Ibram dari gue" Batinnya.

IbramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang