Bagian 10

35 11 0
                                    

Hari berganti hari, bulan berganti bulan,tak terasa ulangan akhir semester sudah di depan mata. Semua di sibukkan dengan pelajaran pelajaran yang tak dimengerti. Begitu pula dengan Ajeng dan Ibram.

Untung saja Ajeng merupakan siswi yang cerdas, sehingga ia hanya perlu mengulang sedikit pelajaran yang  tidak ia mengerti. Sedangkan Ibram,hanya santai dalam menghadapinya. Karena Ibram merupakan siswa tercerdas di SMA harapan Bangsa.

"Masnya, ini gimana Ajeng gak ngerti? " Tanya Ajeng.

"Lihat rumus" Ibram.

"Udah, tapi Ajeng emang gak ngerti" Ajeng.

"....."

"Iiiiiih, masnya kok diem sih. Ajeng kan nanya masnya" Kesal Ajeng.

"Hufffftt, caranya gini" sahut Ibram sambil menjelaskan kepada Ajeng.

Akhir akhir ini hubungan Ajeng dan Ibram memang sudah mulai akrab, terlebih Rehan tidak lagi mendekati Ajeng setelah kejadian di kantin waktu itu.

"Paham?" Ibram.

"Ohh, iyaaaa Ajeng paham sekarang" Ucap Ajeng semangat.

Mendengar penuturan Ajeng, Ibram kembali melakukan aktivitasnya yang tertunda tadi yaitu membaca buku.

~~•~~

"Ajeng nebeng ya masnya? " Ajeng.

Ibram menaikkan salah satu alisnya, tanda bertanya.

"Biar hemat aja, kalo naik angkot atau ojol uangnya lumayan. Tapi, kalo nebeng uangnya bisa Ajeng tabung buat bayar ulangan akhir semester minggu depan" Ucap Ajeng panjang kali lebar.

Ibram hanya menganggukkan kepalanya, tanda menyetujui. Ajeng yang melihatnya pun langsung tersenyum gembira.

"Yeyy, makasih masnya" Ucap Ajeng seraya menaiki motor.

Ajeng sampai saat ini memang masih bekerja di tempat Ibram, dan Ibram pun sudah mulai menerima Ajeng sebagai temannya.

~~•~~

Mereka sampai di rumah Ibram dengan selamat. Baru saja mereka ingin memasuki rumah, terlihat Yolanda dengan pakaian rapi tengah terburu buru.

"Ehh, kalian udah pulang?" Tanya Yolanda.

"Iya, bu barusan sampe" Ajeng.

"Ohh, iya. Ajeng ibu mau nitip rumah sama kamu soalnya ibu mau pergi" Yolanda.

"Emangnya ibu mau kemana? "tanya Ajeng.

"Ibu mau ngurusin perusahaan yang ada di Surabaya, kata asisten ibu perusahan itu lagi down makanya ibu buru buru mau ke sana" Jawab Yolanda.

"Oh, iya bu saya usahain" Ajeng.

"Satu lagi, kamu sebaiknya tidur di sini aja sambil jagain Ibram.Takutnya Ibram gak sarapan, soalnya dia gak bisa masak" Yolanda.

"Tapi bu... " Ucapan Ajeng terpotong.

"Enggak ada tapi tapian lagi, pokoknya kamu tinggal di sini untuk sementara waktu" Yolanda.

"Ma!!!! " Bentak Ibram.

"Mama gak minta pendapat kamu kali ini, mama cuma mau kamu tetep sarapan nak"

"C'mon,mom" Rengek Ibram.

Yolanda hanya menggeleng memberikan jawaban, akhirnya ia pun puergi menggunakan taksi yang sudah terpakir sejak tadi.

~~•~~

Setelah kepergian Yolanda, di sinilah mereka sekarang yaitu ruang tamu. Mereka masih berdebat tentang Ajeng yang harus menginap di rumah itu.

"Lo, tidur di kosan aja" Ibram.

"Gak, Ajeng mau tidur di sini. Karena ibu udah nitipin rumah ini dan masnya sama Ajeng" Ajeng.

"Gak usah, gue bisa jaga diri sendiri" Ibram.

"Terus kalo sarapan gimana?, Emang masnya bisa bikin sendiri?" Tanya Ajeng meremehkan.

"Gak sih. Tapi kan gue bisa makan di kantin sekolah kalo pagi" Ibram.

"Yakiiiin" Ucap Ajeng. "Gak takut di liatin sama cewek cewek centil di sana? " Sambungnya.

"Bener juga ya, gue kan gerah kalo di liatin cewek centil di sana" Batin Ibram.

"Okee, fine. Lo tinggal di sini" Ibram.

Ajeng yang mendengar perkataan Ibram langsung memasang wajah gembiranya.

"Tapii, ada satu syarat" Ibram.

"Syarat apa lagi masnya? " Tanya Ajeng.

"Lo, gak boleh masuk ruangan musik sama kamar tanpa seizin gue" Ucap Ibram was-was.

"Kalau itu Ajeng udah tau, gausah diingetin terus" Ucap Ajeng sebal. Masalahnya, Ibram selalu mengingatkannya akan larangan itu. Sehingga membuat Ajeng bosan mendengarnya.

"Bagus kalo lo inget, yaudah cepet bikin makanan, gue udah laper" Suruh Ibram.

"Yeee, giliran urusan makanan cepetnya minta ampun" Batin Ajeng.

"Iyaaaa" Jawab Ajeng ketus.

IbramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang