Bagian 12

31 10 0
                                    

Paginya, Ajeng tengah disibukkan dengan kegiatannya membersihkan rumah. Mulai dari menyapu, ngepel, nyuci dan masih banyak lagi.

Berbeda dengan Ajeng, Ibram masih terlelap dalam dunia imajinasinya.

"Huuft, Akhirnya selesai juga" Ajeng.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Ajeng langsung bergegas mandi. Setelah mandi, Ajeng membuatkan sarapan untuk dirinya dan Ibram.

"Masnya mana ya?, dari tadi Ajeng gak lihat" Ajeng.

"Masih tidur mungkin" Pikirnya.

Dengan inisiatif sendiri, Ajeng melangkahkan kakinya menaiki tangga untuk membangunkan Ibram.

Tok... Tok... Tok

Tidak ada sahutan dari dalam kamar,  membuat Ajeng terpaksa memasuki kamar itu.

"Maaf, ya masnya Ajenh lancang masuk kamar masnya. Tapi, ini juga biar masnya gak telat ke sekolah"  Ucapnya sangat pelan seperti berbisik.

Benar saja, di sana terlihat Ibram yang sedang berada di dalam mimpinya. Ia tidur dengan sangat tenang seperti orang pada umumnya, tidak ada Ibram yang jutek, ketus, hanya terlihat kedamaian di wajahnya.

Ajeng tercengang melihat ketampanan Ibram yang naik berkali kali lipat ketika sedang tidur.

"Wahh, masnya ganteng banget. Ya Allah kuatkan iman Ajeng" Batinnya.

"Masnya bangun, masnya gak mau sekolah gitu? " Ajeng.

"....." Ibram masih tak bergeming.

"Masnya!!" Ajeng sudah mulai kesal dengan Ibram yang tidak bangun dari tidurnya.

"MASNYA!!!, BANGUUUN!!!" Kali ini Ajeng berteriak tepat di telinga Ibram.

Ibram melakukan pergerakan, seolah ia terganggu dengan apa yang Ajeng lakukan.

Perlahan ia membuka matanya, ia tercengang melihat sesosok gadis berpakaian rapi.

"Lo!!, ngapain di kamar gue" Ucapnya seraya menarik selimut menutupi tubuhnya sampai leher.

"Ajeng cuma bangunin masnya" Jawab Ajeng polos.

"Busyeet nih bocah untung gue tidur pake baju" Batinnya.

Memang biasanya Ibram tidak bisa tidur bila memakai baju, tapi entah kenapa ia tiba tiba ingin memakai baju saat tidur.

"Ckk, yaudah makasih" Ibram.

"Sama sama, cepetan siap siap masnya, sarapannya udah Ajeng siapin" Ajeng.

"Ckk, iya iya. Udah sana keluar" Usirnya.

"jahatt"

~~•~~

Mereka telah menghabiskan sarapan 15 menit yang lalu, dan mereka sekarang sedang di perjalanan menuju sekolahan.

Setelah sampai di sekolahan, mereka mendapatkan tatapan sinis dari beberapa siswa. Lebih tepatnya hanya Ajeng yang mendapatkan tatapan sinis.

"Tuh kan, Ajeng di liatin lagi" Batin Ajeng.

"Lama lama bosen gue diliatin mulu. Iya gue tau gue ganteng, tapi gak bosen apa liat gue terus" Batin Ibram.

Mereka tidak menghiraukan tatapan dan perkataan beberapa siswi itu, mereka bersikap acuh tak acuh terhadap sekitarnya.

Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada seorang pria dan wanita yang tengah terbakar hatinya melihat mereka datang bersama.

"Aku kan udah lama kenal sama dia, kok malah Ajeng yang lebih dekat sama dia" Batin wanita itu.

"Gak, ini gak bisa dibiarin bagaimanapun caranya Ajeng itu milik gue. Hanya milik gue" Batin pria itu.

Bel masuk berbunyi, membuat kelas penuh dengan siswa siswi.

"Hai je, makin cantik aja" Ucap Rehan centil

"Hai je, mikin cintik iji" Batin Ibram menyindir.

"Hah?, hehehe makasih" Ajeng.

"Ohh iya, lo udah belum tugas dari pak Ujang" Rehan

"Belum, kamu udah? " Ajeng.

Ajeng memang mengubah sebutan untuk Rehan, yang awalnya mas Rehan menjadi kamu. Karena ia berpendapat bahwa hanya Ibram yang ingin ia panggil mas.

"Belum juga, gimana kalo kita kerjain sama sama" Rehan.

"Boleh juga sih, Ajeng juga gak terlalu paham sama materi itu.Tapi kan Ajeng tinggal sama masnya, pasti masnya gak mau" Batin Ajeng.

"Apaan, gak ada gak ada. Awas sampe Ajeng nerima tawaran tuh cowok" Batin Ibram sinis. 

"Maaf banget, Ajeng gak bisa soalnya Ajeng ngerjain tugas sama masnya" Ucap Ajeng seraya menunjuk Ibram dengan dagunya.

"Mampus, makan tuh tolakan" Batin Ibram gembira.

"Emang dia mau? " Rehan.

Ajeng dan Rehan pun melihat ke arah Ibram seolah ingin tau jawabannya.

"Hmmm, gue mau" Ibram.

"Yahh, gagal deh pdkt sama Ajeng" Batin Rehan.

"Yess, masnya mau yuhuuu" Batin Ajeng bersorak gembira.

" Tuh kan, masnya mau" Ajeng.

"Huft, yaudah deh" Rehan.

Mereka pun melanjutkan pelajaran yang sempat tertunda tadi.

"Pulang nanti lo mau gak jalan jalan dulu? "


IbramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang