Bagian 6

44 12 0
                                    

Di bawah pohon yang rindang,terlihat seorang pemuda yang sedang menulis di buku diarynya.Pemuda itu tidak lain adalah Ibram.

"Gue gak bisa lupain lo, gue sayang sama lo, tapi itu semua gak mungkin. Gue harus gimana? Gue bingung" Tulisannya sambil menitikkan air mata.Biarlah orang menganggapnya banci,karena ia terlihat rapuh.

Semua orang memiliki titik terlemah dalam hidupnya, di mana ia tidak dapat membendung kesedihannya terlalu lama lagi, dan ia akan mengeluarkan kesedihan yang selama ini ia sembunyikan di balik topeng sandiwaranya.

Itulah yang saat ini sedang dirasakan oleh seorang Ibram Cakrabumi,ia sedang berada di fase ingin memiliki namun takdir berkata lain. Ingin menggapai,tapi yang di gapai menginginkan yang lain. Ingin mencintai namun tak memiliki hak.
"Gue bosen, hidup gue terlalu flat. Kalau gue hidup cuma buat ngerasain pahitnya kehidupan lebih baik gue mati aja" Ucapnya frustasi.

"Semua orang punya masalah hidup masing masing, bunuh diri itu bukan cara yang tepat untuk mengakhiri segalanya. Siapa tahu di akhirat nanti kita di siksa karena telah melakukan bunuh diri, kita juga yang rugi.Di dunia udah punya masalah tambah lagi masalah di akhirat" Ucap seseorang.

Mendengar penuturan seseorang itu, Ibram langsung menyembunyikan diarynya. Dan menoleh ke sumber suara.
Betapa tekejutnya ia,mendapti seorang wanita yang selalu menggnggunya kini berada di rumahnya.

"Lo?,lo ngapain di sini? " Tanya Ibram "Lo mau grepe grepe gue kan?, atau lo mau nyulik gue? "sambunya.

"Hah,nyulik? Ajeng di sini itu kerja bukan mau nyulik" Ucal Ajeng.

"Kerja?, siapa yang nyuruh lo kerja di sini? " Tanya Ibram.

"Mamanya mas Ibram"Jawab Ajeng santai.

~~•~~

"Ma, maksudnya  apa mama nyuruh dia kerja di sini? " Tanya Ibram

"Bi Sum kan udah tua,udah sakit sakitan jadi dia yang akan menggantikan bi Sum jadi Art kita" Yolanda

"C'mon mom, i hate her" Ibram

"Why son, she is very good" Yolanda

"Dia itu selalu ganggu aku di sekolah,mama jangan bikin aku di ganggu juga di rumah" Ibram

Ajeng yang mendengar percakapan ibu dan anak itu hanya diam,memahami apa yang mereka ucapkan.

"Kasihan dia,dia harus memenuhi kebutuhan hidupnya dan membantu orang tuanya untuk membayar sekolahnya".

"But... " ucapan Ibran terpotong

"C'mon son, kamu gak kasihan sama dia" Ucap Yolanda sambil melirik Ajeng

"Hmm, oke...oke aku terima dia kerja di sini. Dengan syarat, dia gak boleh masuk ke ruang musik" Pinta Ibram.

"Oke, fine" Yolanda.

~~•~~

"Kamu udah boleh kerja di sini, dengan syarat kamu gak boleh masuk ke ruangan musik" Yolanda

Ajeng mengkerutkan kening mendengar perkataan Yolanda,tapi ia harus menghargai privasi orang.

"Baik bu, saya akan melakukan semuanya sebaik yang saya bisa" Ucao Ajeng sambil tersenyum lebar.

Yolanda yang melihatnya,hanya geleng geleng kepala dan membatin

"Semoga dengan adanya kamu, dapat mengubah sifat Ibram nak"

~~•~~

Ajeng sudah mulai melakukan pekerjaannya, mulai dari beberes rumah sampai menyapu halaman. Saat ia sedang memasak di dapur tak sengaja ia melihat Ibram keluar dari kamar mandi.

"Masnya ngapain di situ? " tanya Ajeng.

"Bisa gak sih lo itu panggil gue Ibram aja jangan mas,emang gue udah tuwir apa" Ucap Ibram jengah.

"Hmm, iya iya. Ibram ngapain di situ? " Ulang Ajeng.

"Colay" Jawab Ibram santai dengan smirknya.

IbramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang