"Mbak Ndalem kemana? Kenapa kamu yang masak?," tanya Gus Maulana.
"Mbak Ndalem sepertinya lagi diare, Gus. Dari tadi bolak balik kamar mandi dan sepertinya lumayan parah diarenya. Buktinya sampai sekarang belum kembali," jawabku kemudian memasukan ikan lele kedalam minyak panas.
"Dimana-mana tamu yang disugukan makanan eh ini malah tamu nya yang masak," ucap Gus Maulana.
"Iya nggak papa, Gus. Toh Mbak Ndalem butuh bantuan, kasian kalo harus masak sendirian," jawabku.
"Awas minyaknya nanti kena tangan," jawab Gus Maulana lalu pergi meninggalkanku.
'Seharusnya Gus itu yang awas. Biar Aku nya nggak grogi,' batinku
Aku kembali fokus memasak. Didalam rumah Abah dan Umi tidak sepi. Ada beberapa Mbak Ndalem yang sibuk mondar-mandir menata jamuan untuk tamu. Ada juga Mbak Ndalem yang sibuk menanak nasi untuk makan para santri. Tapi bagian masak hanya ditugaskan untuk satu Mbak Ndalem saja. Ntah kenapa hanya satu, sedangakan yang perlu dimasak cukup banyak. Gimana nggak banyak, la wong buat ngasih makan satu pesantren.
Tiba-tiba Aku mendengar suara Ning Zulfa.
"Tante lagi masak ya?" tanya Ning Zulfa mengagetkanku."Loh Ning sejak kapan disini?" tanyaku balik.
"Barusan. Tuh dianter sama Mas Maulana," jawab Ning Nimas kemudian menunjuk kakak nya yang duduk lumayan jauh dari kami.
"Ning duduk disebelahnya Gus aja ya, biar nggak kena minyak panas" ucapku kemudian menggendong Ning Zulfa dan memindahkan kursi tepat disamping Gus Maulana.
'Dasar kakak nggak pengertian, bukan nya bantu pindahin adiknya eh malah cuman nonton,' batinku
Aku kembali fokus memasak, melanjutkan menggoreng ikan lele dan membuat bumbu sayur asem. Tak ada kata istirahat untuk ku. Karna setelah selesai menggoreng ikan lele lanjut air mulai mendidih dan siap untuk memasak sayur asem. Sedangkan Mbak Ndalem sibuk keluar masuk kamar mandi.
Akhirnya masakan selesai dan sudah ku tata rapih diatas meja makan. Berasa jadi chef sehari, sungguh lelah. Padahal awal datang kesini untuk menemani Ning Zulfa main eh malah jadi chef. Nggak papa deh yang penting dapet berkahnya.
"Ngapunten nggih, Ning. Jadi ngerepotin Njenengan," ucap Mbak Ndalem setelah keluar dari kamar mandi.
"Iya nggak papa, Mbak. Masih diare to?" tanyaku.
"Nggih, Ning. Belum berhenti-henti dari tadi," jawab Mbak Ndalem.
"Banyakin makan yang berserat sama minum air bening, Mbak," ucapku.
"Ning Dokter kah?" tanya Mbak Ndalem heran.
"Bukan," jawabku lalu tersenyum.
Setelah selesai masak, Aku lanjut bermain dengan Ning Zulfa di halaman depan. Usia Ning Zulfa adalah usia dimana lagi aktif-aktifnya. Berlarian kesana kesini mengejar kucing kesayangannya yang diberi nama 'Muezza'.
"Tante, istirahat yuk," ajak Ning Zulfa kemudian menuntunku duduk di teras depan ndalem.
"Tante, boleh minta pangku nggak?," tanya Ning Zulfa.
"Iya boleh dong, apa sih yang nggak boleh buat Ning Zulfa" jawabku.
Kemudian Ning Zulfa duduk dipangkuan ku. Ku lantunkan sholawat yang Aku suka dan Aku hafal. Hingga akhirnya Ning Zulfa tertidur lelap. Saat Aku hendak menggendong Ning Zulfa untuk Aku dipindahkan ke kamarnya, tiba-tiba Aku melihat Abah dan Umi berjalan ke arah ndalem dengan beberapa orang yang berada disamping beliau. Seketika fokus ku tertuju pada wanita disebelah Umi. Betapa cantik dan anggun nya wanita tersebut. Ditambah lagi menggunakan pakaian berwarna cerah secerah kulitnya. Sungguh wanita tersebut bagai bidadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam
RomanceDina Sayyidatina Fatimah, berawal dari seorang gadis biasa hingga satu persatu jati dirinya terungkap bahwa ia adalah seorang 'Ning'. Sebelum ia mengetahui hal itu, ia telah menaruh hati kepada seorang Gus yang bernama Lana Al-Faqih. Cintanya hanya...