#12

9.7K 645 8
                                    

Kami berjalan menuju parkiran tempat mobil Umi di parkir. Sampai ditempat parkiran, Aku melihat samping kiri dan kanan. Nggak ada orang yang membukakan pintu.

"Umi nyetir mobil sendiri?" tanyaku bingung karna nggak menemukan si supir.

"Nggak, Umi ada yang antar Nduk. Mungkin orangnya ada didalam mobil. Sebentar Umi ketok jendela mobilnya dulu," jawab Umi.

^tok, tok, tok.
Suara jendela mobil diketok. Tiba-tiba kaca mobil terbuka dan terlihatlah disana si sopir sedang memainkan ponselnya.

Mata ku membulat sempurna, Aku terkejut setelah mengetahui siapa ternyata si sopir. Seketika mata kami saling bertemu, dengan segera Aku memalingkan pandangan ke arah lain. Detakan jantungku berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan pelan-pelan untuk menetralkan rasa grogi ini.

'Kenapa harus grogi sih? Apa Aku suka sama si Gus reseh itu, ih nggak mungkin deh masa iya Aku jatuh cinta sama Gus reseh,' batinku tak karuan.

Gus Maulana turun dari mobil dan mendekat kearah kami.
"Sini Umi, Maulana aja yang masukin barangnya kedalam mobil. Umi masuk aja dulu," ucap Gus Maulana kemudian membukakan pintu mobil untuk Umi nya.

"Umi, Dina sekalian mau pamit pulang ya," ucapku berpamitan.

"Nduk dijemput?" tanya Umi.

"Nggak Umi, Dina naik angkot," jawabku.

"Nggak boleh, biar kami antar sampai rumah ya. Nggak boleh nolak, anggap saja sebagai tanda terima kasih karena udah bantu Umi angkat barang tadi," perintah Umi.

"Tapi Umi..." ucapku menggantung.

"Nggak boleh ditolak ya tante. Biar Zulfa antar pulang tante aja, sekalian Zulfa mau tau rumah tante," bujuk Ning Zulfa.

Hanya Aku balas senyum sebagai tanda meng-iyakan.

"Nduk Zulfa mau duduk dimana?" tanya Umi kepada Ning Zulfa.

"Zulfa duduk dibelakang aja Umi, sama tante Dina" jawab Ning Zulfa.

Umi masuk kedalam mobil dan Gus Maulana menutup pintu mobil. Kemudian membukakan pintu samping untuk Ning Zulfa.

"Ning naik dulu ya, tante nanti nyusul" ucapku kemudian menaikan Ning Zulfa dan menutup pintu mobil. Maklum mobil lumayan tinggi jadi susah untuk dinaiki oleh Ning Zulfa tanpa bantuan seseorang.

Gus Maulana menuju belakang mobil dan membuka pintu bagasi. Aku membantu Gus Maulana mengangkat barang belanjaan Umi dan memasukannya kedalam bagasi. Jarak antara kami lumayan berdekatan. Hingga tiba-tiba ada barang yang akan jatuh. Dengan sigap Aku memegang barang tersebut bersamaan dengan Gus tersebut. Tangan Gus Maulana menyentuh punggung tanganku. Dengan segera Aku tarik tanganku karna terkejut.

"Astagfirullah," ucapku lumayan keras hingga terdengar oleh Umi.

"Ada apa, Nduk?" tanya Umi seraya melihat ke kaca bagian dalam mobil.

"Nggak papa, Umi," jawabku segera. Umi hanya membalas senyum.

"Afwan, Gus," ucapku menunduk.

******
POV Gus Maulana

(11.50)
"Le, ayo anterin Umi ke Pasar sayur," ucap Umi saat Aku hendak melangkah ke kamar.

"Yaudah ayo," ucapku setelah mengambil ponsel yang berada didalam kamar

Umi dan Zulfa duduk disampingku, sedangkan Aku mengemudikan mobil.
"Umi, kenapa nggak minta temenin Mbak Ndalem juga lo? Nanti Umi bawa barangnya gimana?," tanyaku.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang