#16

9.6K 586 6
                                    

Aku hanya tertawa kecil melihat tingkah laku teman-temanku. Setidaknya ini dapat mengurangi rasa sedih di hati. Teman yang baik itupun rezeki.

Pak Guru masuk kedalam kelas kemudian memberitau kepada kita semua bahwa UKOM akan dilaksanakan esok. Ada yang terkejut dan ada juga yang santai-santai. Kalo Aku? Jangan ditanya pastinya terkejut mendengar pengumuman tersebut.

Hari ini tak ada pelajaran, kami ditugaskan untuk menyiapkan materi UKOM. Mulai dari persiapan camera video sampai aplikasi pengeditan video.

Bel istirahatpun berbunyi. Seperti biasanya, Aku menuju Masjid sekolah dan seperti biasa juga hanya Atun dan Nia yang menemani. Sepanjang perjalanan, seluruh pasang mata memperhatikanku. Mungkin menurut mereka perubahanku ini aneh. Tapi menurutku perubahan ini nyaman-nyaman aja.

Sampai di Masjid, Aku masuk kedalam kamar mandi dan keluar lagi.

"Kok cepet banget wudhu nya?" tanya Atun.

"Nggak jadi Wudhu. Tamu bulanannya dateng, hehe," jawanku kemudian tersenyum.

"Yah udah jauh-jauh jalan eh nggak jadi sholat," ucap Nia.

"Nggak papa, niat mau sholat aja udah Allah kasih pahala," ucapku.

Kami duduk untuk mengurangi rasa lelah berjalan kaki. Angin sepoi-sepoi membuat niqob yang Aku kenakan bergerak melambai-lambai. Ku hirup udara yang sejuk ini. Belum terkena polusi sama sekali. Maklum, sekolahku memang ditengah persawahan. Tapi jangan salah, sekolahku ini Negeri dan predikat A.

"Din," panggil Nia.

"Hem," jawabku.

"Si Ilham minta nomor WA kamu," ucap Nia kembali.

"Nggak usah dikasih. Kalo memang suka ya dateng langsung ke Ibu dan Bapak ku. Tanpa harus hubungi Aku," ucapku biasa saja.

"Tumben nggak histeris?" tanya Nia.

"Nggak lah. Kamu belum tau ya, Dina itu lagi suka sama Gus," jawab Atun.

'Deg.

"Gus? Agus yang mana?," tanya Nia polos.

"His, Gus lo 'Generasi Ulama Salaf'. Santri gaes plus putra Kyai," jawab Atun menjelaskan.

"Sudah nggak usah bahas Gus. Dia udah khitbah seorang Ning," jawabku.

"What!," ucap mereka bersamaan.

"Jadi Dina patah hati lagi ini?" tanya Atun. Dan hanya Aku balas anggukan.

Mereka memeluk ku. Kini Aku sudah bisa tegar. Tak ada lagi air mata yang keluar. Mungkin sudah kering karna semalam.

"Udah nggak usah lebay ih," ucapku kemudian melepaskan pelukan mereka.

"Nggak lebay lo, Din. Kami tau gimana perasaanmu. Pertama, suka sama Ilham eh malah ditikung Febri. Dan sekarang suka sama Gus eh malah ditikung Ning," ucap Atun kemudian kembali memeluk ku.

'Perasaan yang patah hati itu Aku, kenapa yang histeris Atun sih?' batinku.

"Iya itu si Febri, udah suka sama Firman eh suka sama si Ilham juga. Dan si Ning, Ningsih siapa sih? Apa sekolah ditempat kita ?," tanya Nia polos.

"Astagfirullah," ucap Atun kemudian menepuk keningnya. Sedangkan Aku hanya tertawa melihat tingkah polos Nia.

"Ning itu putri Kyai, Nia," ucap Atun menjelaskan.

"Oo putri Kyai. Yah kalah doa dong si Dina," ucap Nia dan hanya Aku balas anggukan.

"Yaudah yuk ke kelas," ajakku.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang