Chapter 3

249 28 9
                                    


Kantor sudah benar benar kosong saat aku menuju ke parkiran depan, tersisa hanya Pak Daan Satpam kantor yang baru saja meninggalkan pos jaganya untuk membeli makan malam di langganan nasi gorengnya di pojok jalan sana.

Baru saja aku akan menancapkan kunci di slot kunci motorku tiba tiba Aku di dikagetkan dengan kedatangan seseorang berjaket hoodie hitam dan memakai masker disposible yang menutupi separuh wajahnya.

Dengan secepat kilat menarik tasku dan berlari kencang menuju gerbang kantor, aku sontak berteriak minta tolong dan dengan susah payah mengejar, tiba tiba sebuah mobil berwarna hitam buram tepat melintas di depan pria misterius tersebut, hampir saja dia tertabrak jika saja dia tidak jatuh tersungkur sebelumnya.

Pria itu sedang siap siap berlari lagi saat sosok yang tak asing buatku turun dari mobil tersebut.

Teriakanku membuat Thariq buru buru berlari dan berhasil menyergapnya plus menghadiahi bogem mentah tepat mendarat di wajah pria itu sehingga masker yang hanya di kaitkan di telinganya terlepas dan betapa kagetnya aku, saat melihat ternyata pria berhodie hitam itu adalah kakakku sendiri kak Rahmat.

Hampir saja bogem kedua mendarat di pelipisnya, untung saja aku datang dan menarik Thariq hingga kak Rahmat terlepas dan melarikan diri bersama dengan tasku yang berisi dompet, ponsel dan lain lain.

" Riq stop." Pintaku saat Thariq sedang bersiap menyusulnya.

" Loh kenapa dilepasin sih?"

Thariq mengajakku pergi, dalam perjalanan aku pun bercerita panjang lebar tentang kak Rahmat, hingga tanpa terasa tibalah kami basement sebuah Hotel.

" Turun yuk," Ajak Thariq sambil melepas seat beltnya.

" Kita ngapain disini?"

" Ya chek in lah."

Aku menatap Thariq waspada, apa yang sedang di fikirkan bocah ini, awas saja kalau berani macam macam.

" Ayo...." Ajaknya lagi.

" Sorry ya Riq, maksud kamu apa?" Tanya ku setengah emosi.

Thariq menekan tombol lock di sampingnya dan mendekat ke arahku, dekat dan semakin dekat sampai beberapa senti saja wajahnya di depan wajahku, sialan jangan jangan bocah ini predator juga kayak yang lagi ramai di sosmed, bisa saja selama ini dia cuma pura pura baik lama lama predator mode on, awas saja maju sesenti lagi mukanya akan aku tonjok sampe bonyok.

" Hahaha...." Thariq tertawa terbahak bahak dengan puasnya sambil sesekali memukul mukul setir mobil di depannya, kenapa bocah ini kesambet atau kumat sakitnya, aduh jadi parno.

" Takut ya?" Tuturnya lalu lanjut tertawa lepas lagi seolah olah ini hal yang sangat menggelitik dan pantas membuatnya terbahak bahak.

" Gak lucu ah!" Protesku.

" Chek in! Emang aku cowok apaan."

syukurlah , jantungku hampir saja berhenti karena kekonyolannya.

" Terus kita disini mau ngapain?"

" Yuk turun."

Lantai 5 hotel Safron, di sebuah ballroom besar dengan dekor bling bling dan spanduk besar bertuliskan happy new year yang menjadi latar sebuah panggung, ada live musik dan Ada banyak orang dengan kostum formal dan dandanan semaksimal mungkin. Aku masih pasrah mengikuti Thariq yang jalan lebih dulu di depanku, sangat ramai sampai sampai Thariq harus memegang tanganku menyusuri keramaian itu untuk menuju suatu tempat.

" Hi Ma, Pa." Sapa Thariq.

Di sebuah meja paling ujung dengan view kolam renang di depannya, ada Om Rasyid, Tante Gefa, Bang Atma plus tunangannya serta beberapa orang lagi disana.

" Hi sayang, ada Kiara juga, apa kabar sayang?" Sapa Tante Gefa hangat.

Loly pacar Bang Atma betul betul glowing malam ini, pakainnya glamor dan dandanannya menawan ala boneka barbie, gadis di sebelahnya yang bernama Stefani tak kalah cantiknya juga, baby face dan dandanannya tak kalah fashionable dari Loly, hm... sementara aku merasa lain sendiri dengan pakaian kantor dan sepatu stileto berwarna nude favoritku.

Thariq dan Bang Atma pergi entah kemana meninggalkanku dengan geng wanita cantik ini, Aku berusaha senyaman mungkin dan berusaha menjadi pendengar yang baik dalam obrolan mereka yang berputar putar di fashion, make up dan brand mahal yang sumpah aku tidak mengerti sama sekali soal ini.

Setelah berbincangan yang membuatku ternganga itu mereka lalu mengajak makan malam, fix aku betul betul merasa seperti tuan putri dan dayangnya saat jalan dengan mereka, aku yang merasa segitu jomplangnya dengan outfit alakadarnya dan polos tanpa dandanan ini, cukup membuat kepercayaan diriku turun ke titik nol tapi sudahlah sudah kelanjur disini juga, pura pura fun aja dengan senantiasa memasang tampang palsu kalau aku sedang baik baik saja.

Di meja ini tersaji banyak makanan, mulai dari masakan nusantara, makanan barat, Makanan China, Korean, bahkan makanan dari Arab pun ada. Pokoknya lengkap belum lagi makanan penutupnya menggugah selera sekali.

Aku fokus ke piring ditangan Loly dan Stefani, pantas mereka langsing langsing tanpa lemak sama sekali. Porsinya waw sedikit sekali dan yang di ambil juga cuma menu salad sayur dan beberapa potong buah saja, sementara dipiringku tersaji lengkap, sate plus lontong yang kata Loly " So much kalori say."
Kalau Makan segitu katanya dia harus treatmil 60 menit , zumba 30 menit dan yoga 20 menit setelahnya. Waw amazing, betul betul terbuat jaga badannya salut sama mereka, kalau aku sih semua makanan masuk saja tanpa perlu repot repot menghitung jumlah kalorinya asal halal saja sudah cukup.

Dan Setelah sekian lama Thariq baru datang, dengan pakaian yang sudah berganti dan rambut yang setengah kering.

" Dari mana seh kalian kok pada habis kehujanan gitu sih?" Buka tante Geva.

" Ini Ma, Si Bang Atma nyeburin kekolam." Lapor Thariq manja persis anak SD yang ngerengek minta di belikan permen.

" Habisnya aku gemes lihat rambutnya Thariq, kuning kuning Gak jelas gitu kayak habis ketumpahan sayur nasi padang,"

" Eh ini fashion katro" Protes Thariq lagi.

" Hus sudah, apa apaan kalian ini kayak anak kecil saja."

" Seruan seruan Ma." Tutup Bang Thariq.

Aku senyum sendiri mendengar perdebatan kocak mereka, Thariq yang manja yang sering jadi korban kejahilan sama Bang Atma yang iseng .

Aku permisi ke toilet setelahnya aku tak langsung lagi gabung dengan mereka, aku memilih menikmati pemandangan dari balkon. Disini lebih terasa nyaman di banding di dalam.

" Hi," Sapaan Stefani.

" Hi," balasku.

" Kamu sudah brapa lama temenan dengan Thariq?"

" Ya lumayan sekitar dua tahunan."

" Oh ya, tapi kalian terlihat sangat akrab, menurut kamu, Thariq suka cewe yang kayak gimana sih? " Pertanyaan Stefani tiba tiba membuatku berfikir kalau dia sepertinya naksir sama si Thariq.

" Hm... gimana ya, aku kurang tahu juga tipe cewek yang dia suka kayak apa? eh kenapa gak nanya sendiri ke Thariqnya langsung."

" Aku malu,"

" Kenapa malu, Thariq baik kok orangnya."Lanjutku.

" Hi guys," Tiba tiba Thariq datang dan menyapa dengan gayanya yang khas.

" Maaf ya ganggu, aku pinjam kiaranya dulu ya?" Thariq menarikku keluar dari tempat itu meninggalkan Stefani sendiri, jujur agak merasa tidak enak sama stefani soalnya baru saja kita ngobrol eh si Thariq datang.

" Mau kemana sih Riq?"

" Udah ikut aja."

My boyfriend is "bocah" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang