6.Lebih dewasa lagi.

1.6K 184 56
                                    

Jeca dengan semangat berlari masuk lebih dulu meninggalkan Jeima yang berjalan lebih santai di belakangnya.

Sedikit berteriak memanggil nama Shua ketika langkahnya telah sampai di samping ranjang milik Kakak kesayangannya itu.

Mengambil tangan Shua yang bebas dan mengusapnya pelan sembari memeriksa yang lainnya dengan mulut yang tak berhenti menanyakan keadaan Kakak tirinya itu.

"Aku baik Ca."

Suara lemah Shua menjawab pertanyaan beruntun dari Jeca yang tidak akan berhenti kalau tidak di jawab.

Jeca memamerkan giginya, lalu memberikan beberapa pertanyaan lagi sehingga mendapat teguran dari Jeima yang baru saja tiba, Kakaknya itu duduk di bangku sebelah Jeca yang berdiri membiarkan sang adik tetap pada posisinya.

Jeca yang tampak belum puas dengan jawaban Shua masih saja meneliti apa ada anggota tubuh lain dari kakaknya yang sakit, Tapi malah di respon malas oleh Shua.

"Aku bilang juga jangan sakit lagi! Kenapa masih nakal sih!"

Jeca berucap tapi langsung di beri hadiah cubitan di pahanya oleh Jeima, segera saja Jeca melotot kepada kakak nya itu karena sudah seenaknya mencubit paha berharganya.

"Aku sudah sakit dari awal Jeca, bagaimana bisa sembuh lagi."

Shua berucap dengan penuh penekanan di kalimatnya, tapi bukan Jeca kalau tidak menyahutinya kembali.

"Setidaknya Kakak jangan membuat ulah seperti itu, Kakak tau kan kita semua sayang Kakak jangan campurkan masalah Kak Nirzam dan Kak Yoza dengan kenekatan Kakak itu."

Itu yang terucap dari mulut Jeca tanpa sadar, dirinya hanya terlalu kesal dengan tindakan bodoh yang di lakukan Shua kemarin.

Menyadari wajah muram Shua, Jeca menghela napasnya, Jeima kali ini diam masih memperhatikan cara Jeca menyadarkan Shua atas tindakannya.

"Kita ini anak kecil, mana tau permasalahan orang dewasa, jadi biarkan mereka yang menyelesaikannya." Ucap Jeca setelah nya.

"Oh Tuhan, lihatlah selang apa lagi ini. Ka Shua kan bisa untuk tidak membuatnya lebih sakit!"

Shua memalingkan kepalanya, sedikit malas dengan ocehan Jeca yang mulai mengalihkan pembicaraan dan memperhatikan alat alat medis apa yang di pasangi di tubuhnya.

Jeca belum mau berhenti, masih penasaran dengan apa saja yang menjadi penopang untuk kakaknya saat ini, dia memperhatikan kemana selang yang ada di hidung Shua itu terhubung.

Matanya membulat, melihat ujungnya tidak tersambung kemanapun, karena itu adalah selang makan maka akan di pakai kalau memang sudah waktunya saja.

"Ini untuk apa Ka?" Tanya Jeca masih penasaran dengan fungsinya dia menunjuk selang di hidung nya itu dengan pelan.

"Makan!" Shua menjawab ketus tanpa harus melihat apa yang di tunjuk anak itu.

"Kakak harus makan pakai ini lagi?" Jeca kembali bertanya masih kurang puas dengan jawaban singkat Kakak nya itu.

Shua mengangguk singkat, terlalu malas untuk bertele-tele menjawab banyaknya pertanyaan si adik yang mulai cerewet dengan rasa penasaran nya. 

Jeca kalau sedang dalam mode seperti itu sungguh membuat siapa saja pusing kepala, dia akan berhenti kalau memang sudah puas bertanya.

"Aku yakin Kak Yoza akan semakin sakit kalau melihat ini." Ucap Jeca tanpa sadar.

Shua mengalihkan pandangannya menatap Jeca, ucapan adik nya barusan mengundang rasa ingin tau Shua.

Black Hole Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang