"Aku minta bayaran lebih, kalau tambah dua puluh persen lagi aku mau mengambilnya."
"Targetnya cukup sulit, juga aku sedang butuh uang lebih akhir-akhir ini. Kalau tidak mau aku lepas!"
Yoza, mengintip keluar jendela ada mobil Sen yang baru saja memasuki halaman rumah nya.
"Aku akan atur anak buah ku, nanti aku hubungi lagi."
Yoza mematikan sambungan teleponnya saat melihat Sen sudah menepikan mobilnya di halaman.
Yoza lantas berjalan ke depan lalu membuka pintu utama, Sen hanya tersenyum lalu mendorong kursi roda Shua hingga memasuki kamar Adiknya.
Yoza tetap diam, membiarkan Sen membawa Shua beristirahat. Mereka berdua baru pulang dari rumah sakit pasti akan lelah kalau harus di ajak berbincang langsung.
Beranjak pergi ke dapur, Yoza berinisiatif membuatkan kopi untuk dirinya juga Sen. Dia yakin Kakak sulungnya butuh itu, hampir seharian di rumah sakit membuat energi Sen berkurang banyak dan pasti segelas kopi barang kalau bisa menaikkan mood kayaknya itu.
Dua cangkir kopi panas sudah siap dengan asap yang mengepul di atas meja ruang TV, aroma nya sangat harum membuat Yoza tidak tahan untuk tidak menghirup nya. Yoza memperhatikan pintu kamar Shua yang tak kunjung terbuka. Memikirkan banyak hal apa yang di lakukan kedua saudaranya itu di dalam sana.
Ingin rasanya menyusul untuk melihat apa yang dua orang itu lakukan, tapi hasrat malasnya menariknya agar tetap tinggal diam di sofa panjang sembari menjulurkan kakinya yang pegal.
Sen keluar dari kamar Shua beberapa menit kemudian, menghampiri Yoza yang hampir tertidur di sofa panjang, Sen duduk di samping adiknya itu membuat Yoza terusik dan bangun.
Mengusap matanya, dengan enggan lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Sejak kapan Kakak disitu?"
Sen tanpa ijin menyesap kopi yang hampir dingin, lalu melirik Yoza yang terlihat sangat ngantuk.
"Baru, kalau mengantuk kenapa tidak tidur di kamar saja, hmm?" Sen bertanya tidak tega melihat mata merah Yoza yang di paksakan terbuka.
Sen menaruh cangkir kopinya, lalu memperhatikan Yoza yang mulai duduk di sebelahnya. Menyugar rambutnya ke belakang membuat Surai kecoklatan itu berantakan.
"Sengaja menunggu Kakak, Shua bagiamana?" Tanya Yoza dia penasaran dengan hasil cek up adik nya.
Tangannya tanpa minat mengambil cangkir kopi meniupnya sekali lalu meminumnya sedikit, sembari menunggu Sen menjawab pertanyaan nya.
"Buruk, ada peradangan lain di lambungnya, jadi selang NGTnya belum bisa di lepas. Tadi hanya di ganti dan anak itu sedikit rewel setelahnya."
Sen menjelaskan, sambil mengingat kejadian di rumah sakit tadi. Adiknya yang kesal karena harus di pasang kembali selang makan, dengan sengaja membuat kekacauan.
Bukan kekacauan besar hanya saja cukup membuat perawat jengkel. Bagaimana tidak kalau setiap perawat akan memasangkan kembali selang makan itu, Shua dengan sengaja bersin hingga beberapa kali.
Butuh rayuan ekstra untuk menghentikan kenakalan anak itu, dan akhirnya berhasil.
"Tapi aku liat dia tidak terlihat buruk saat datang. Bahkan dia tersenyum, aneh sekali apa yang terjadi sebenarnya?"
Sen tersenyum juga, dia ingat wajah adiknya terlihat berbinar ketika dia membelikan beberapa helai baju juga peralatan melukis.
Itu terlihat seperti pemaksaan ketika Shua menyuruh mobil Sen menepi di toko perlengkapan lukis. Memborong beberapa cat untuk melukis juga kuas yang cukup membuat dompetnya sedikit terkuras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Hole
Fanfictionini cuman kisah tentang Senandia, Yoza,Nirzam,Henry,Jeima, Vashua juga Jeca yang harus berjuang melawan perihnya kehidupan dunia.