12.mengaku

226 30 3
                                    

Jeima duduk dengan gugup, sedang Yoza di hadapannya menatapnya dengan mata sipit memincing. Mereka duduk di meja makan di temani secangkir kopi milik Yoza yang asap nya mulai hilang.

"Jadi? Kau tidak mau menjawab?"

Sekali lagi Yoza bertanya, membuat Jeima semakin tertekan. Jeima jadi menyesal kenapa bisa dia tidak melihat ada Yoza di situ.

  "Aku sudah bilang kan ka, itu tadi teman ku? Memangnya kalau itu kak Nirzam kakak mau apa?" Jeima malah balik bertanya saking gugupnya.

  "Jeim bodoh kenapa harus berbohong coba."

  Yoza diam, benar kata Jeima. Memangnya dia mau apa, toh Nirzam adalah kakak kandung Jeima lalu apa haknya sampai bisa melarangnya bertemu seperti itu.

  "Bagus kalau itu teman mu, masuk ke kamar dan istirahat lah. Kau tau kan ini sudah jam berapa?" Jeima mengangguk, tidak menyangka kalau Yoza bisa langsung percaya.

Tanpa menghilangkan kesempatan Jeima mengucapkan selamat malam dan segera pergi menuju ke kamar. Baru berapa langkah dia berjalan Yoza kembali memanggil nya.

"Lain kali tidak boleh keluar sampai malam seperti ini lagi atau kau akan tau sendiri akibatnya, mengerti!" Yoza bicara tajam dengan ekspresi yang dipaksakan untuk senyum. Menyeramkan sekali.

 Sekali lagi Jeima mengangguk, dia tersenyum merasakan perhatian terselubung dari kata tajam yang Yoza ucapkan.

"Baik ka, aku janji ini yang terakhir."

 Setelahnya Jeima benar-benar pergi dari hadapan Yoza, kali ini melangkah lebih cepat. Dia tidak mau kalau semakin lama disitu Yoza bakalan bertanya yang aneh-aneh.

Yoza memperhatikan Jeima sampai adik tirinya itu memasuki kamar di lantai dua, meski tidak sempat melihat siapa orang dalam mobil yang mengantar Jeima tapi Yoza sangat yakin kalau itu orang di dalam mobil itu adalah Nirzam.

Ingin Yoza marah, tapi seperti kata Jeima tadi. 'Memangnya kalau itu Nirzam dia mau apa?' selama bukan Shua yang bertemu dirinya masih menganggap itu aman.

Melupakan kejadian itu sejenak, Yoza akhirnya membuka ponselnya melihat ada pesan masuk di sana.

  "Uangnya sudah di transfer plus bonus karena anak buah mu bekerja dengan baik, lain kali aku akan kembali memakai jasa mu."

  Yoza memasukan kembali ponselnya kedalam sakunya. Dia mengusap wajahnya, merasa hari ini terlewati dengan sangat berat.

  "Ayah, Ibu maafkan aku."

🍀

  Pagi hari keluarga berkumpul di meja makan seperti biasa. Ada juga Vashua yang ikut hadir di meja makan, meski selang makannya belum di lepas tapi anak itu tidak mau absen hari ini untuk pergi ke meja makan.

"Jeim, kakak dengar dari Yoza katanya kemarin pulang malam ya?" Sen bertanya di sela sarapannya.

Jeima menghentikan kunyahan nya, lalu menatap Yoza takut-takut sebelum mengalihkan pandangannya pada Sen yang masih menanti jawabannya.

"Iyah ka, aku ada urusan dengan teman lama ku. Maaf tidak bilang pada yang lain."

Sen mengangguk, mencoba mengerti meskipun ingat kemarin berbicara padanya kalau dia curiga Jeima pergi bersama Nirzam.

Sebenarnya Sen malas membahas ini, karena kalaupun benar Jeima pergi bersama Nirzam dia merasa bersalah kalau harus melarangnya, jadi cara mencari aman yah menuruti omongan Yoza untuk menasehati Jeima karena telah pulang terlambat.

"Lain kali kalau bisa bagaimanapun keadaannya kau harus beritahu kami, Jeima juga Jeca adikku juga jadi kalian sama tanggung jawabku." Ucap Sen dengan tegas.

Black Hole Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang