Jeca menuangkan air hingga meluber dari gelas, membiarkan itu sampai botol yang dia tuangkan habis tak lagi bersisa.
Yoza menghampiri adiknya dan menepuk pundaknya sampai Jeca tersadar akan kecerobohan nya. Menaruh botol tersebut lalu mengelap air yang sudah membasahi permukaan meja dapur hingga ke lantai.
Dengan wajah yang masih mengantuk Yoza melihat keanehan pada adik bungsunya, terlihat salah tingkah bahkan saat mengelap bersih air yang tumpah Jeca terlihat tidak fokus.
Sampai pada Yoza menahan pergerakan tangan Jeca, membuat adiknya hanya bisa diam.
"Kenapa?" Tanyanya datar tapi tetap menatap Jeca dengan tatapan hangat khas Yoza.
Jeca menelan salivanya, sedikit gugup kalau berhadapan dengan Yoza, sama seperti Shua yang berubah begitupun dengan Yoza.
Sosok dingin seakan tak tersentuh itu membuatnya canggung kalau harus dihadapkan dalam situasi seperti sekarang ini berdua.
"Emm, apanya yang kenapa?"
Jeca dengan ragu menjawab pertanyaan Yoza dengan pertanyaan lagi. Membuat Yoza sedikit geram di buatnya.
"Kau ini kebiasaan kalau orang bertanya itu jawab!"
Yoza mengisi gelas yang dia bawa lalu meminumnya setengah, kembali menatap Jeca menunggu jawaban.
"Tidak ada apapun Kak."
Jeca selesai mengelap bekas tumpahannya, berniat untuk kembali ke kamar dengan segelas air putih tapi tangan Yoza lebih dulu menahan nya kembali.
Yoza diam belum bersuara tapi nyatanya itu membuat Jeca kembali ketakutan.
"Kak Shua mau minum, jadi aku harus cepat sebelum dia marah." Ucap Jeca memasang wajah memohon agar Yoza agar Kakaknya itu tidak banyak tanya lagi.
Perlahan tangan Yoza terlepas, dia tersenyum tanpa menunjukan giginya jadinya seperti di paksakan.
"Jaga Shua, perhatikan apa yang di lakukannya. Aku ada urusan, segera hubungi aku kalau ada hal yang bahaya pada Shua."
Jeca diam, tapi memasang wajah bingung. "Tunggu apa lagi, Shua sudah kehausan." Ucap Yoza dengan santainya, padahal tadi dia yang menghambat semuanya.
Namun Jeca tetap gelagapan meski akhirnya dia mengangguk perlahan dan langsung berjalan sedikit cepat untuk kembali ke kamar.
🍀
Jeima masuk ke dalam mobil yang di tumpangi Nirzam setelah sang supir ke luar dan membiarkan mereka berdua di dalam mobil.
Jeima yang merindu jelas langsung memeluk kakak kandung nya yang duduk di samping, mengucapkan beberapa kata rindu, karena kemarin saat mereka bertemu tak banyak yang bisa mereka bicarakan sebab situasinya yang tidak memungkinkan.
"Kau sehat?" Nirzam langsung bertanya, matanya seperti memindai Jeima dari atas sampai ke bawah.
Jeima mengangguk di pelukan Kakaknya. Melepasnya perlahan sembari menunjukan wajah sembabnya.
"Aku merindukan Kakak."
Jeima menyusut air mata dengan lengan baju, membuat wajahnya terlihat menggemaskan di mata Nirzam. Nirzam mengusap puncak kepala Jeima sembari tersenyum.
"Maaf kakak belum bisa langsung bertemu dengan Jeca. Kakak pikir lebih baik kita yang lebih dulu bertemu."
"Kau tidak memberitahu dia tentang ini kan?" Tanya Nirzam memastikan.
Jeima mengangguk, sedikit merasa bersalah atas kebohongannya tadi pada Jeca padahal dirinya hanya bertemu dengan kakak kandung nya tapi kenapa harus bersembunyi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Hole
Fanfictionini cuman kisah tentang Senandia, Yoza,Nirzam,Henry,Jeima, Vashua juga Jeca yang harus berjuang melawan perihnya kehidupan dunia.