Berdasarkan beberapa kalimat terakhir tentang ceritaku kemarin, kalian mungkin sudah memprediksi apa yang terjadi ke depannya antara aku dan keyboardist itu.
Ya, benar.
Aku malu mengakuinya, tetapi aku juga tidak bisa mengelak.
Jangan salah paham!
Aku malu bukan karena memacari anak band. Hanya saja ini benar-benar pertama kali untukku. Tidak tahu kalau untuk dia. Mungkin aku bukan yang pertama.
Bagaimana kronologisnya sampai aku dan Wino bisa bersama seperti sekarang, aku belum bisa membahasnya sekarang. Lebih tepatnya, aku belum bersedia menceritakan hal itu. Rasanya sangat malu. Terkadang aku merasa heran sekaligus takjub dengan orang-orang yang begitu gampangnya menceritakan kisah cinta mereka tanpa beban sedikit pun. Mereka dengan leluasa bisa berbagi kebahagiaan. Namun, untukku ... ah! Lain kali saja. Ama pun bahkan belum tahu tentang hubunganku dengan Wino yang sudah berjalan hampir tiga minggu.
Dalam waktu tiga mingguㅡdihitung sejak dia menyatakan perasaannyaㅡyang sudah kami lalui dengan status baru ini, sebenarnya masih banyak yang tidak kuketahui dari laki-laki bernama Wino itu. Ia juga mungkin belum mengenalku jauh. Hanya beberapa hal mendasar yang berhasil kugali tentangnya. Selain sebagai mahasiswa seni musik dan personel salah satu band kampus yang cukup populer, Wino terkadang dipanggil beberapa orang tua siswa sekolah dasar maupun sekolah menengah untuk memberikan les piano pada putra-putri mereka. Namun untuk sekarang, Wino sedang tidak memiliki murid. Informasi ini tentu saja kudapatkan langsung dari yang bersangkutan, tidak melalui perantara temannya atau siapa pun. Sejak awal aku bertekad hanya akan mengenal Wino berdasarkan apa yang ia lakukan, ia ucapkan dan ia tunjukkan, bukan berdasarkan apa kata orang.
Satu hal yang baru kuketahui dan cukup membuatku kaget adalah kenyataan bahwa Wino ternyata tiga tahun lebih tua dariku, dan sejak pertama bertemu dengannya hingga sekarang aku masih memanggilnya dengan nama, tanpa embel-embel 'Kak'. Bagaimana, ya? Bukannya tidak mau bersikap sopan, tetapi jika tiba-tiba saja aku memanggilnya dengan tambahan 'Kak' rasanya agak .... Ya, pokoknya mengubah nama panggilan seseorang tidak semudah itu. Toh, lagipula Wino tidak pernah protes walaupun aku tidak memanggilnya dengan sebutan itu. Atau jangan-jangan Wino belum tahu kalau aku lebih muda darinya? Lucu sekali jika memang benar begitu.
Karena hal seperti ini adalah yang bertama bagiku, jadi aku benar-benar tidak tahu bagaimana tugas seorang ... pac- ... duh, aku malu menyebutkannya, tetapi kalian tahu bukan apa yang kumaksud? Jika mengingat cerita teman-temanku dulu, sebenarnya tidak banyak hal yang berubah ketika dua orang memutuskan untuk mengenal lebih jauh, hanya lebih sering berkirim chat menanyakan 'Apa kamu udah makan?', 'Kenapa belum tidur?', 'Lagi ngapain?' Atau pertanyaan lain yang menurutku kurang begitu esensial. Selain itu, mungkin pergi keluar bersama di akhir pekan, yang sering orang-orang sebut sebagai kenc- ... lidahku terlalu geli untuk menyebutkannya. Ya, lagi-lagi kalian harus paham apa yang kumaksud tanpa harus kusebutkan.
Dalam kurun waktu tiga minggu ini, tidak banyak yang kami lakukan bersama. Aku dan Wino tidak banyak berubah, masih sama seperti saat kami berteman biasa. Kami tidak terlalu sering mengirim chat satu sama lain, pergi keluar bersama di akhir pekan pun belum pernah.
Lalu apa bedanya dengan berteman biasa?
Aku sendiri tak yakin, namun aku nyaman-nyaman saja dengan kami yang seperti ini, hanya bertemu di kampus tanpa sengaja, saling menyemangati dengan kalimat-kalimat yang sederhana dan membicarakan tentang diri masing-masing layaknya yang sedang kulakukan saat ini.
Wino
Ujan gini cuma tiduran aja sih, sambil bikin lagu kalo tiba-tiba muncul ide.Udah bikin banyak lagu ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
All About U(s)
Short StoryTidak mudah sebenarnya menceritakan tentang kisah ... ah, aku malu mengatakannya, kalian langsung baca saja, yah. . . . All about U(s) a series story by @rambambaram 20-03-10 .