"Gimana sekarang? Masih pusing? Masih demam? Flu sama batuknya?"
Sejak menjenguknya dua hari yang lalu, aku sengaja tidak banyak mengirim chat pada Wino meskipun sebenarnya rasa khawatirku tak kunjung habis. Aku hanya ingin ia beristirahat. Namun, hari ini kekhawatiranku sudah ada di puncak, jadi kuputuskan untuk menghubunginya sebentar.
"Baikan kok. Demam udah ilang. Flu juga lumayan, tinggal batuknya dikit."
Memang dari suaranya jelas masih terdengar serak."Hari ini kamu ngampus?"
"Umm, enggak dulu, Ra. Hari ini cuma ada kuliah pagi dan aku baru bangun, hehe. Keburu udahan, tapi besok ngampus kok."
"Oh ya udah. Gak apa-apa, pake waktunya buat istirahat."
"Besok kamu juga ngampus?"
"Iya."
"Boleh ketemu?"
Boleh banget, Wino. Kenapa mesti nanya gitu sih. Kengen ㅠㅠ.
"B-boleh. Aku ada kelas jam 2 siang. Kamu ada kuliah jam berapa?"
"Eh, samaan."
"Umm, tapi, Win. Ketemu dulu sebelum kelas bisa gak? Dua puluh menitan aja, gak lama sih."
Ini kok kesannya kek gue bucin banget.
"Boleh. Nanti aku samperin kamu sekitar jam satu lebih, ya."
"Jangan!" kutolak spontan.
"Kenapa?"
"Kamu baru sembuh, jarak fakultas kita 'kan jauh."
"Ya ampun. Gak apa-apa. Hitung-hitung olah raga. Udah seminggu aku rebahan mulu, badan serasa kaku."
"Yakin? Tapi kalo capek gak usah maksain. Aku nanti yang samperin kamu."
"Iya, sayㅡ ... Ra."
Tuut ... tuut ... tuut
Eh, kepencet. Sialan! Barusan Wino mau bilang apa? Salah denger kali ya ini kuping.
***
Bukan tanpa alasan aku meminta untuk bertemu dengan Wino sebelum jam kuliah. Aku mau menepati janji yang tempo hari secara spontan kuucapkan.
Membuat bekal makan siang untuk Wino.
Mengingat kondisi kosan milikku yang hanya tersedia rice cooker dan pemanas air, sangat tidak memungkinkan rasanya untuk melakukan kegiatan memasak. Maka dari itu, di sinilah aku sekarang.
"Hai, Ma," sapaku pada si penghuni kosan yang dapurnya akan kujadikan tempat eksperimen.
"Pagi banget sih," keluh Ama ketika mendapatiku sudah tiba di depan gerbang kosannya pada pukul 11.
"Udah siang kali. Lo belom mandi ya?"
"Gak ada kuliah ngapain mandi. Lo bawa bahan-bahannya 'kan?"
Kupamerkan satu kantung plastik penuh berisi macam-macam bahan yang diperlukan untuk membuat bekal istimewa. "Bawa dong."
Memang masih dua jam sebelum waktu janjian kami tiba. Aku hanya berusaha mempertimbangkan estimasi waktu yang cukup jika saja percobaan memasakku tidak sesempurna ekspektasi. Jujur, pengalamanku dalam mengolah bahan-bahan menjadi sebuah hidangan yang layak dimakan masih terbilang sedikit, tidak sampai nol sih, tetapi butuh bimbingan orang lain. Dan, kebetulan Ama yang mana kosannya menyediakan dapur umum yang bebas dipakai siapa saja serta memiliki jam terbang lumayan mumpuni dalam hal memasak bersedia membantuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About U(s)
Short StoryTidak mudah sebenarnya menceritakan tentang kisah ... ah, aku malu mengatakannya, kalian langsung baca saja, yah. . . . All about U(s) a series story by @rambambaram 20-03-10 .