1O : parade

33 5 0
                                    

Bagamaina bisa, kamu menyakiti perasaan manusia yang tak nampak namun sakit itu nyata.

•••

Nara datang lebih awal ke sekolah. Ada beberapa panitia yang sibuk bekerja mempersiapkan acara pembukaan Temos, dan Nara melipir sebentar ke kelasnya untuk menaruh tas dan jaketnya.

"Kok gue gugup ya." Gumam Nara sambil memegang dada nya yang bergemuruh.

"Ayu kira-kira tau gak ya kalau gue mau ketemu Dante?" Lagi-lagi ia bergumam.

Menurut pesan Dante, ia akan menemuinya di aula sekolah. Nara bergegas kesana, nara tak mau Dante menunggu lebih lama lagi dan takut Ayu memergokinya.

Nara sampai di Aula sekolah yang cukup sepi. Hanya ada bu Tiwi yang membereskan aula, persiapan. Nara duduk di bangku kosong didepan aula, sesekali ia melirik kearah jalan masuk.

Beberapa saat kemudian, dante tiba seorang diri disana. Nara memberikan senyuman terbaiknya sedangkan Dante hanya menaikkan alisnya sambil duduk di bangku yang sama.

Hening. Nara bingung dengan Dante yang hanya diam menatap lurus pintu masuk Aula.

"Ehem-- kenapa lo manggil gue kesini? Kangen ya." Goda Nara seperti biasanya.

"Gak, amit-amit." Sahut Dante tanpa menoleh kearahnya.

Nara tersenyum tipis,"trus kenapa?"

"Lo suka kan sama gue?" Dante menolehkan kepalanya kearah Nara dan mengunci tatapan nya.

Nara gugup bukan main. Lidahnya kelu tak tahu harus menjawab apa, padahal Dante sudah tahu jawabannya, untuk apa ia pertanyakan?

"I-iya, kan lo tahu sendiri gue suka sama lo. Kan gue bucin sama lo hehe." Jawab Nara sambil mengipasi dirinya.

Dante menatap nya lagi,"kalo lo suka sama gue, buktiin." Ucap Dante tajam.

"Buktiin gimana coba?" Tanya Nara heran, kurang apa lagi buktinya.

"Gue mau minta tolong dong." Dante kembali pada inti maksudnya memanggil Nara.

"Bawain tas gue ke ruang sekretariat trus beliin gue minum, abis parade lo antar ke gue." Ucap Dante sambil menaruh tasnya keatas paha Nara, dan isinya lumayan berat.

"Cuma itu doang?" Tanya Nara yang tengah berbunga-bunga bisa sedekat ini dengan Dante.

Dante bangkit berdiri dan melihat jam tangannya,"trus lo beliin siomay mang Kardi di depan sekolah ya, kalo gak ada lo beliin pentol goreng aja." Intruksinya.

"Duitnya?"

"Duit lo dulu, nanti gue yang ganti."

Nara mengangguk dan berdiri di samping Dante. Ia memeluk tas tersebut dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.

"Gue taruh tas lo dulu, ampe ketemu di parade, dah!" Pamit Nara.

"Mudah banget begoin orang yang bucin." Kekeh Dante.

***

DANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang