21 : Beban

25 3 0
                                    

Senyuman mu itu bagai kan anugerah dan penyegar di tengah gurun pasir

•••

Cuaca yang terik amat menyengat, peluh sudah membasahi pelipis Nara yang sebentar lagi akan berlaga memperebutkan nilai. Ayu harap-harap cemas menanti di ujung lapangan, nara bukan tipe orang yang kuat berlama-lama dibawah teriknya matahari.

Suara hiruk pikuk dua kelas mendominasi pendengaran Nara saat ini. Nara mulai merasakan pusing yang menjalar di kepalanya, diikuti sistem gerak nya yang ikut melemah dan ia tahan sekuat tenaga. Ia menoleh kebelakang, dante sama sekali tak ingin menoleh ke arahnya dan sibuk sendiri dengan dunia nya.

Pritt!!

Suara peluit pertanda di mulainya perlombaan pun di mulai. Kelompok satu melawan kelompok dua, sorak sorai terdengar untuk menyemangati masing-masing kelas. Teman sekelompok nya semakin dekat kearah nya, kejora menguatkan diri agar kuat.

"Ra! Lo bisa ra!" Seru Ayu dari ujung sana, diikuti oleh Imelda dan yang lainnya.

Nara menerima tongkat estafet dari tangan Hilmi, posisi mereka hampir di balap oleh kelompok dua. Nara berlari sekuat tenaga kearah Dante yang sudah siap di posisinya. Dante gelisah dengan Nara yang berlari dengan amat lamban.

"Buruan! Lemot lu!" Hardik Dante.

"Sabar!" Sahut Nara.

Rasa lelah dan pusing semakin mendominasi tubuh Nara, langkahnya semakin lamban, ia sampai kepada Dante dan berhasil memberi tongkat estafet kepada pemuda itu. Dengan secepat kilat Dante berlari meninggalkan Nara yang semakin drop.

Telinganya berdengung, penglihatan nya berubah menjadi titik titik gelap dan kemudian gelap total. Nara ambruk di tengah lapangan.

"Nara!" Pekik Ayu.

"Dia gak bisa capek!" Ayu panik setengah mati.

Ayu berlari kearah pak Karno saat Nara di angkat beberapa rekannya.

"Pak saya mau nemenin temen saya pak, mereka gak tahu apa yang Nara alami," pinta Ayu.

"Gak, kamu tetep disini karena tim kamu belum bertanding,"

Ayu merasa kesal, perasaan nya campur aduk memikirkan nasib Nara disana.

Nara perlahan membuka matanya. Beberapa kali ia mengerjab kan mata menyesuaikan cahaya yang masuk, silau, dan yang pertama kali ia lihat adalah plafon putih.

"G-gue dimana?" Lirih nya sambil memegangi kepalanya yang masih sakit.

"Syukur deh si biang beban udah bangun,"

Gadis itu menoleh ke samping kanan, dan terkejut mendapati Dante tengah duduk sambil membolak-balik buku yang tersedia di uks, buku tentang kesehatan.

"Kok lo ada.., disini?" Tanya Nara pelan sambil mendudukkan tubuhnya.

Dante melirik,"karena lo beban,"

"Tim kita gimana? Mereka menang?"

"Ya, beda dua poin sama kelompok dua,"

DANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang