12 : Sadar

38 4 0
                                    

Jangan tangisi apa yang sudah pergi

•••

"Enggh-" Nara membuka mata dan mengerjapkan nya beberapa kali menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya.

"Ra," vigo tersentak akibat pergerakan Nara.

"G-gue dimana?" Tanya Nara dengan lemas.

Vigo tersenyum tipis,"lo ada di UKS Ra." Jawab pemuda itu sambil memperbaiki selimut Nara.

Nara masih merasa agak pusing, gadis itu menyandarkan tubuhnya di ranjang sambil melihat kearah Vigo.

"Kok gue bisa ada disini? Seingat gue, gue ada di pinggir lapangan bareng Dante." Kata Nara dengan heran.

Vigo menggeleng dan memajukan kursinya kearah Nara.

"Lo pingsan waktu gue narik lo dari situ, kata dokter tadi lo kecapean dan telat makan. Kok lo telat sih makan?" Tanya Vigo dengan lembut.

Gadis itu menyandarkan kepalanya sambil sesekali meringis sambil memegangi bagian ulu hatinya. Jujur saja, vigo merasa khawatir dengan kondisi Nara yang selemah ini.

"Gue buru-buru tadi pagi," sahut Nara sambil memejamkan mata.

"Sabar dulu ya, ayu lagi beli bubur buat lo di kantin, kuat ya." Vigo menyemangati Nara.

Kedua sudut bibir Nara membentuk bulan sabit di wajahnya yang pucat. Senyum yang meneduhkan. Vigo tak banyak bicara karena kondisi Nara yang tak memungkinkan untuk merespon, gadis itu hanya bisa meringis sesekali merubah posisi nya dengan harapan rasa pedih itu hilang.

Tak beberapa lama kemudian Ayu tiba dengan napan yang berisi segelas teh hangat dan semangkuk bubur yang masih panas, bisa terlihat asap putihnya mengepul ke udara. Ayu duduk di sisi kiri ranjang Nara. Vigo hanya memberi kode bahwa Nara kesakitan.

"Lo kenapa sih suka banget nyiksa diri kayak gini Ra? Udah tau lo punya riwayat penyakit lambung, lo ngeyel gak makan pagi, please lah Nara jangan kayak gini." Kata Ayu sambil mengaduk bubur tadi dan meniupnya.

Nara membuka matanya dan menyandarkan tubuhnya lagi di bantu oleh Vigo yang siap siaga disebelah gadis itu.

"Maaf ya Ay," gumam Nara dengan pelan.

Ayu menghela nafas.

"Lo inget kan lo pernah kambuh kayak gini pas kita SMP? Inget kata dokter, lambung lo berisiko banget kalo gak lo telat dikit makan."

Nara tersenyum tipis mendengar ocehan Ayu ketika gadis itu khawatir akan dirinya.

"Jangan siksa diri lo cuma buat cowok kayak Dante, lo layak dapat yang lebih dari dia Ra. Gue tau lo dua hari ini boongin gue dan sekarang lo kambuh lagi gara-gara Dante, lo tuh seneng banget bikin gue khawatir tau." Kata Ayu dengan suara yang bergetar, ayu sangat khawatir akan keadaan Nara.

"Ay-"

"Diem, gue lagi marah sama lo. Buka mulut lo, makan dulu," kata Ayu dengan cepat sambil mengarahkan sendok ke mulut Nara.

Dengan tubuh yang masih lemas, nara membuka mulut nya dan memakan bubur yang telah di beli oleh rekannya itu. Ayu menyuapi Nara dengan telaten walau menahan kesal pada gadis itu.

"Yu, biar gue aja yang suapin Nara, lo siapin obatnya aja."

"Oke gue ngambil piring obatnya dulu."

Kini Vigo mengambil alih tugas Ayu untuk menyuapi Nara. Gadis itu merasa bersalah karena membuat Ayu se-marah itu padanya, tapi sudah terjadi, apa yang bisa ia harapkan kecuali Ayu sendiri yang akan menegurnya nanti.

DANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang